Share

2. Gadis Itu Akan Dibunuh

Sesuatu yang berembus seperti angin bersusulan membangkitkan suhu yang aneh di sekitar tubuhku ketika aku memasuki lobi Rumah Sakit.

“Apakah itu angin?”

Bukan! Itu bukan angin, karena angin tidak akan begitu leluasa di lorong-lorong Rumah Sakit dengan jendela yang tak bercelah. Suhu malam yang sedikit menyengat kulit membuat gorden di tiap ruangan ditutup rapat oleh petugas Rumah Sakit.

“Sekarang pukul berapa, Sayang?” tanya salah seorang pengunjung wanita yang berpapasan denganku.

Pria yang berjalan berdampingan dengannya menjawab, “Masih pukul 19:20, Sayang.”

Waktu memang masih belum terlalu larut, dan suasana di lobi utama Rumah Sakit masih belum sepi dari pengunjung. Namun semua orang yang berada di ruangan ini tidak menyadari embusan lembut yang aneh dan mengerikan itu.

Ketika aku melangkahkan kakiku memasuki Rumah Sakit lebih dalam lagi dan melewati kursi-kursi panjang yang berisi beberapa pengunjung Rumah Sakit dan makhluk-makhluk yang tak kasat mata, hembusan dari arah berlawanan kembali membangkitkan suhu yang aneh di tubuhku, dan sepintas mataku dapat menangkap dua makhluk berbentuk rumbai-rumbai yang saling mengejar dengan begitu cepat. Itu pasti dua bayangan yang kulihat tadi. Makhluk-makhluk itu tidak disadari oleh siapapun selain aku. Makhluk-makhluk seperti itu memang tak mungkin terlihat oleh manusia biasa. Aku berniat mengejar, namun ponsel di saku celanaku bergetar dan mengalihkan perhatianku.

“Hallo!” aku menjawab panggilan itu. “Ibu berada di ruang apa? Aku hampir sampai di ruang TB Paru.”

“Aku sedang menangani pasyien khusus di UGD, tunggu Ibu di ruang TB sebentar iya, Sayang.

“Iya, Ibu.”

Setelah menutup panggilan dari Ibuku, aku melanjutkan langkahku menuju ke ruang TB. Rumah Sakit yang seluas ini memiliki banyak lorong yang harus kulewati untuk sampai ke ruangan itu.

Ketika aku menelusuri lorong Rumah Sakit yang lumayan panjang, embusan itu kembali menarik perhatianku. Kini bayangan itu nampak lebih jelas, seorang manusia berbentuk bayangan berwarna hitam mengejar makhluk merah yang aku tidak tahu makhluk apa itu, tetapi keduanya hampir tak terjangkau mataku.

Aku menarik napas sedikit lebih panjang sambil menyesuaikan kecepatan yang tidak berbeda dengan kecepatan bayangan-bayangan itu. Loncatan demi loncatan dari kakiku yang begitu terasa ringan membuatku seperti bergerak di tempat yang tidak bergravitasi.

Setelah beberapa detik mengejar dan melewati beberapa gedung, akhirnya aku tida di titik akhir pelarian mereka, tempat yang lapang di atas gedung Rumah Sakit.

Aku yang telah berhasil mengejar mereka berusaha melemahkan hawa keberadaanku agar tak terdeteksi oleh makhluk-makhluk tak kasat mata itu. Dari sebuah celah di sudut tembok sekitar tujuh puluh meter dari tempat bayangan-bayangan itu mendarat, bukan bayangan yang kulihat sekarang, melainkan seorang lelaki berkuku runcing yang berwarna hitam pekat dan kuat seperti baja dan bertaring tajam yang mungkin membuatnya mudah mencabik-cabik setiap lawannya. Mungkin itu sejenis bampir, atau entahlah.

Makhluk apapun itu, itu bukanlah hal yang penting, karena yang jelas makhluk seperti vampir itu semakin mendekati seorang gadis yang terluka parah di depannya. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan makhluk-makhluk seperti bampir itu. Yang jelas kuku-kukunya menukik ke wajah gadis yang terbaring tak berdaya itu. Oh tidak, makhluk itu akan membunuh gadis itu dengan menghunuskan kuku runcingnya.

“Aaakkhh!” pekikan yang nyaring terdengar dari makhluk itu ketika sebuah balok beton yang kulempar membuatnya terpental jauh ke luar sisi Rumah Sakit.

Sebelumnya, aku tak berpikir panjang. Demi menyelamatkan nyawa gadis itu, aku memanfaatkan balok beton yang seukuran tubuhku dan tidak terlalu berat yang kutemukan di sampingku. Kini, makhluk sejenis bampir itu telah lenyap dari tempat ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status