Share

4. Ke Mana Gadis Itu Pergi?

“Tante akan memanggilkan perawat agar lukamu bisa dijahit,” kata Ibuku lalu berbalik, namun langkah Ibu terhenti karena gadis itu memegang tangannya, Ibuku tak dibiarkan pergi.

“Tidak perlu Bibi, tunggu orangtuaku datang terlebih dahulu,” katanya sambil menahan Ibuku dengan memegang tangan Ibuku.

Ibuku memicingkan mata sambil menatap gadis itu, lalu secara sekilas memandangku.

“Saya tidak apa-apa, Bibi,” kata gadis itu untuk meyakini ibuku.

“Benarkah kamu baik-baik saja?” Ibuku nampak tidak tenang. “Tapi jika luka ini dibiarkan, bisa menyebabkan Infeksi!” ucap Ibuku dengan raut wajah yang nampak begitu khawatir.

“Benar, Bibi. Saya baik-baik saja.”

Ibu mengembuskan napas kasar. “Iya sudah kalau begitu.” Ibu mengalihkan pandangannya padaku untuk sejenak, lalu kembali menatap gadis itu dan Ibuku kembali berucap, “Bibi pulang dulu, Bibi akan diantar oleh Nando. Tapi Nando akan datang kembali untuk menjagamu nanti.”

Sebelum pergi, Ibuku memberikan senyuman terakhirnya kepada gadis itu sambil membelai kepala gadis itu. “Nanti bibi akan memanggilkan kamu perawat untuk menjahit luka kamu, jadi kamu jangan pergi kemana-mana, okay?”

Gadis itu mengangguk, lalu kami meninggalkannya.

-o0o-

“Bagaimana kamu bisa menemukan gadis dengan keadaan seperti itu?” tanya Ibuku yang kini tengah duduk di jok samping kursi kemudi.

Aku yang sedang mengemudikan mobil hanya bisa menjawab sambil melirik Ibuku secara sekilas, “Saya menemukan gadis itu di atas gedung dalam keadaan hampir dibunuh oleh vampir—“

“Vampir?” Ibuku terkejut.

“Iya!” aku membenarkan meskipun makhluk yang telah kutemui mungkin saja bukanlah vampir.

Sebelum aku menyelamatkan gadis itu, hanya Ibuku dan Ayahku yang mengetahui kemampuanku, kemampuan yang bagi mereka menakjubkan, namun tidak bagiku. Karena bagiku, kempampuan yang kumiliki ini hanyalah kutukan yang membuatku terlihat aneh dan berbeda dari orangtuaku dan menusia lainnya.

“Jadi, vampir itu benar-benar ada.”

Aku tidak dapat memperhatikan raut wajah Ibu dengan jelas, tetapi sepertinya ia sedang tercenung.

“Apakah mungkin jika vampir itu berkaitan dengan hilangnya bayi-bayi di Rumah Sakit belakangan ini?” kata-kata Ibuku membuat hatiku merasa sedikit tersentak.

“Bayi yang hilang?” ucapku sambil memandangi Ibuku secara sepintas.

Ini baru pertama kalinya ibuku menuturkan tentang bayi-bayi yang hilang.

“Iya, bayi-bayi yang hilang. Polisi sedang menyelidiki kasus ini. Apakah kamu tidak pernah mendengarkan kabar tentang itu?”

Aku menggeleng, karena memang benar aku belum pernah mendengar apapun tentang itu. Aku bukanlah penggemar berita, entah media yang berasal dari media apapun. Karena setahuku, berita-yang tersebar di media belakangan ini lebih banyak berita yang berbau sensasi ketimbang berita yang berbau informasi. Tapi aku tidak merasa hean dengan hal itu, karena kebanyakan penghuni negeri ini memang menyukai segala hal yang berbau sensasi.

Jarak rumahku dari Rumah Sakit tidak terlalu jauh. Setelah melewati beberapa persimpangan lampu merah, mobil yang kukemudikan tiba di gerbang rumah kami.

Ibuku turun terlebih dahulu di depan gerbang rumahku. Sebelumnya, aku mengira Ibuku turun untuk membukakan pintu gerbang Rumah yang tertutup. Akan tetapi, Ibuku malah berkata kepadaku setelah turun dari mobil, “Sampai di sini saja. Kamu harus kembali untuk menemui gadis itu. Kasihan dia.”

“Tapi Nando punya kelas pagi besok, Ibu,” ucapku karena aku merasa sedikit keberatan dengan permintaan itu. Sebagai Mahasiswa akhir, aku harus lebih disiplin, karena jika tidak disiplin,maka aku tidak akan bisa lulus tepat waktu.

“Aku tahu. Tapi kamu bisa pulang setelah orangtuanya datang nanti, Sayang. Jika besok kamu bangun terlambat, aku akan membangunkanmu.”

Aku tidak bisa menolak keinginan Ibuku, karena mengikuti perintahnya adalah mutlak bagiku. Walau merasa terpaksa, aku harus tetap menemani gadis itu dan mendengarkan kata-katanya yang menyebalkan.

-o0o-

Setelah tiba di halaman Rumah Sakit, aku bergegas berjalan menuju ruangan di mana gadis itu dirawat. Suasana Rumah Sakit sudah mulai sepi, hanya ada beberapa orang yang berpapasan di lobi Rumah Sakit. Begitu juga dengan suasana di koridor Rumah Sakit saat aku melewatinya. Dan setelah melewati berbagai ruangan, aku tiba di ruangan yang kutuju. Tetapi ketika aku tiba di ruangan itu, gadis itu sudah meninggalkan ruangan itu.

Saat melihat seorang suster yang akan memasuki ruangan itu, aku bertanya kepada suster itu, “Permisi suster! Kemana gadis yang tengah dirawat di ruangan ini tadi?”

Perawat yang baru tiba itu pun nampak bingung melihat ruangan yang nampak kosong, “Saya juga tidak tahu, Mas. Ibumu memintaku menjahit lukanya, tetapi saya baru saja akan memeriksanya sekarang.”

Gadis itu memunculkan teka-teki baru. “Kemana gadis itu pergi? Bagaimana jika dia tidak bisa selamat dengan kondisinya yang seburuk itu? Tapi, kemana aku harus mencarinya agar bisa memastikan kalau ia akan baik-baik saja?”

Pertanyaan-pertanyaan itu menyerang segala pikiranku. Meskipun sebenarnya, aku tidak begitu memedulikannya. Aku hanya mengkhatirkannya yang sedang dalam keadaan terluka parah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status