Share

49. Menemui Lensana Merah

“Oh Nando! Selamat datang kembali di istana pamanmu!”

Lelaki yang usianya lebih tua dari ayahku itu terlihat ramah, meski kutahu ia hanya mencoba bersikap baik padaku. Sebenarnya ia bisa saja mengusirku, dan akupun tidak akan membencinya jika ia bersikap seperti itu. Tapi syukurlah lelaki itu bisa bersikap lebih bijaksana ke padaku.

“Hormat saya paman,” kataku seraya membungkut dengan melipat sebelah tangan ke dada untuk memberi hormat.

"Silahkan duduk nak,” katanya seraya menunjukkan salah satu singgasana kosong yang posisinya lebih rendah dari singgasananya.

Penataan singgasana itu persis seperti penataan singgasana di Istana Alora, jadi aku duduk menyudut dengannya. Sementara prajuritnya telah turun ketika aku datang, mereka berdiri berderet di lantai bawah seperti ajudan kepresidenan Rusia yang pernah kulihat di televisi.

Setelah aku mendaratkan tubuhku di salah satu singgasana yang paling dekat dengannya, Lensana Merah berkata, “Aku senang kau mau berkunjung kembali ke istan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status