Saat ini dadaku terasa semakin sesak karena lilitan siliman ular itu, tulang-tulangku terasa seperti telah diremukkan. Aku ingin menjerit menahan sakit, namun suaraku tak mampu keluar. Dan sialnya, aku merasa sedikit ngeri. Mungkin tak ada kesempatan lagi bagiku untuk hidup."Eh!"Setengah mati aku berusaha menghirup napas, kurasakan tenagaku yang cukup besar terkumpul di dadaku. Sekuat tenaga, aku mencoba merenggangkan tanganku yang terlilit bersama tubuhku. Tubuh ular mulai melenggang. Namun sepertinya manusia setengah ular itu tahu apa yang kupikirkan, ia membanting tubuhku di jalanan hingga aku terpelanting begitu kuat."Brugh! Bugh! Bugh!"“Akh!” sekarang aku bisa menjerit."Hi-yahh."Aku berhasil berdiri, namun kalajengking telah menyerangku dengan ekor raksasanya yang berbisa, tanganku berhasil menangkisnya dengan cekatan. Namun racunnya terasa berpacu di sebelah tanganku, dan rasanya lebih menyakitkan dari panasnya lahar yang mampu membuat semua benda meleleh."Aakh!"Benar-be
Melihat cakar di tanganku, mata Shelly melotot, sementara siluman ular berderak-berderak ke arahku. Cakarku masih menyala. Begitu manusia ular itu menjerit dan menyerangku dengan cakar di tangannya. "Matilah!""Hiyaahh!"Dengan sekali ayunan tangan, berguguran kuku-kuku dan sisik-sisik siluman ular itu. Nampak dadanya terbelah, sebelum pada akhirnya makhluk itu menjadi hologram dan hilang dalam kegelapan.Ratusan-ratusan makhluk-makhluk seperti vampir melesat ke arahku, namun sia-sia saja serangan mereka, cakarku takkan membuat kulitku tersentuh sama sekali. Dalam beberapa kali ayunan tangan, aku telah membunuh lusinan manusia vampir yang mencoba menyerangku.Tiba-tiba energi terasa bergejolak di dalam tubuhku. Energi itu tidak hanya mengalir ke tanganku, tetapi juga ke punggungku. Terasa seperti sesuatu akan keluar dari punggungku, sementara jemariku kian memanas."Aku harus segera memusnahkan sisa-sisa vampir ini sebelum aku kehilangan kesadaran," batinku.Aku mencoba menahan energi
Ketika aku membuka mata, sekujur tubuhku tidak bisa digerakkan karena puluhan rantai melilit dan menutupi tubuhku. Aku mencoba melepaskannya, "Le-pas!"Tapi tenagaku tidak cukup untuk membuka rantai itu. Aku menyapu sekelilingku, aku berada di sudut ruangan yang tertutup."Di mana ini?" batinku.Karena penasaran akan apa yang ada di balik ruangan itu, aku berteriak untuk mencari jawaban, "Apakah ada orang di balik ruangan ini?""Nando!" suara Selly terdengar menggema, meski jaraknya tidak jauh dari tempatku berada."Kamu di mana, Sel?!""Aku berada di balik ruangan mu," jawab Shelly."Apa yang kamu lakukan di situ?!" tanyaku."Sama sepertimu, aku disekap sebelum dihukum. Aku akan dihukum, tetapi kau akan lebih dulu menerima hukuman dari Raja Lacodra," jawab Shally."Sebelum dia menghukum kita, aku akan lebih dulu menghukumnya," ucapku dengan yakin."Apakah kamu masih memiliki sayap itu?" tanya Shelly.Aku yang baru saja menyadari kalau Sayapku sudah tidak ada di punggungku berusaha me
Aku berhasil berdiri meski dengan susah payah. Tenagaku telah terkuras karena kehilangan banyak darah pada pertempuran sebelumnya, ditambah lagi ratusan rantai yang berbobot beberapa ton menambah bebanku. Kedelapan siluman berkepala buaya dan berbadan kekar yang memegang rantai dengan sigap telah lebih dulu berdiri sebelum aku berdiri.Sementara Raja Lacodra nampak masih emosi menatapku dengan mata reptilnya yang kini telah memerah seperti terbakar, ia kini mulai berceloteh, "Aku sudah tidak sabar ingin membunuhmu, akan kuminum darah seribu tahun di tubuhmu sebelum kujadikan jantungmu hidangan penutupku malam ini."Sepertinya pria itu tidak main-main dengan ucapannya, ke delapan tentakel guritanya keluar dari punggungnya seperti ular yang menjalar menudingku. Seperti kata Shally, racun di tentakelnya itu pasti akan merusak jantungku. Dan saat ini, aku tidak akan mungkin menang melawannya. Aku tidak akan bisa lolos dari tempat ini jika tidak menggunakan otak.Terpaksa aku akan mengecoh
Entah apa yang merasukiku hingga melahap kepala ikan hiu itu seperti binatang buas yang melahap mangsanya. Tapi kondisi perutku menjadi jauh lebih baik. Beberapa manusia setengah ular berlumut melesat ke arahku, tetapi aku tidak gentar kali ini, karena tenagaku sudah pulih setelah menyantap kepala siluman ikan itu."Matilah!" deru siluman itu seperti badai.Aku berhasil melesat meninggalkan atap istana.Seandainya kurang beberapa milidetik saja aku telat menghindar, maka tubuhku akan terlepas badai siluman itu. Aku terus melesat menuju ke permukaan yang berjalan beberapa kilometer dari dasar laut. Sementara puluhan manusia ular berlumut mengejarku dari dasar laut."Hei! Berhentilah pengecut!""Ayo kita bersenang-senang! Jangan lari!"Puluhan manusia ular berlumut yang mengejarku terus menggonggong dan mengejekku, tetapi siapa yang peduli dengan ucapan mereka. Karena bertarung di alam mereka tidak akan membuatku lebih unggul. Dan tentu saja itu akan banyak mengambil energiku, aku akan
"Akan kubunuh kau bocah sialan!" seru salah satu siluman Ular yang melesat maju untuk menghunusku.Dengan sigap, aku menghindar beberapa langkah ke samping, kemudian menyambar ujung ekor ular itu. "Kaulah yang akan kubunuh ular peyot!" sorakku sambil memegang kulit ular raksasa yang dipenuhi lumut.Jika aku tidak memiliki cakar yang tumbuh di pergelangan tanganku, maka sudah tentu ular itu akan terlepas dari genggamanku. Tetapi cakar tajamku yang menyala dapat menghunus dan masuk ke dalam daging ular itu."Aakh! Tidak!" jerit siluman ular itu sambil menahan sakit.Sementara aku mengangkat tubuhnya, lalu memutarnya seperti baling-baling hallycopter. Angin menderu, dan lautan di sekelilingku meninggi membentuk pusaran yang berputar-putar ke arah kumemutar tubuh siluman ular itu. Seluruh kawan siluman itu mundur dan menjaga jarak, sebagian dari mereka nampak kebingungan ingin menyelamatkan temannya yang terluka di tanganku.Setelah puas memutar tubuh siluman ular itu, aku mengempaskannya
Sebelum membuka kelopak mataku, aku merasakan pergelangan tangan dan kakiku terbelenggu. "Apakah aku kembali tertangkap oleh Raja Lacodra?" batinku.Tetapi tidak mungkin, karena saat membuka mata, aku terbaring di atas ranjang dengan kasur yang sangat empuk. Aku mencoba memicingkan mataku, mencoba membiasakan mataku dengan pendar cahaya sore yang menembus gorden jendelaku. Aku mengenali pemandangan di luar jendela itu, itu adalah awan di atas pulau Tumaya. "Apakah ini adalah kamarku?" gumamku sambil mengamati sekitarku."Benar," jawabku sebelum mengembuskan napas lega karena telah selamat dari cengkraman maut raja Lacodra. "Tapi kenapa aku bisa berada di tempat ini? Siapa yang menyelamatkanku?"Pertanyaan-pertanyaan itu terasa menyeruak di dalam otakku, berbagai jawaban tak mampu aku dapatkan. Dan pertanyaan yang paling besar untukku saat ini, "Kenapa aku dirantai seperti ini?""Rupanya kau sudah bangun anak manja?" ujar Alora yang tiba-tiba saja muncul dari pintu dan memasuki kamarku
Letra hampir saja menusukku, tetapi gerakanku jauh lebih cepat. Salah satu batang cakarku menghunus tangannya sehingga belati tajamnya menukik ke langit-langit."Eekkhh!" sambil meringis menahan sakit Letra melepaskan cengkeramannya dari leherku.Aku berniat menusuk jantungnya dengan cakar di tangan kananku agar Jin Hal menyebalkan itu segera tamat, tetapi Ayahku tiba-tiba muncul dari angin dan menghentikan ku."Tahan dirimu, Nando!""Iyyaakkhh!" teriakku sambil mengempaskan Letra yang nampak lemah ke arah jendela hingga pemuda itu terjengkang ke udara.Sambil memendam kobaran kemarahanku, aku menoleh pada Ayahku dan bertanya, "Kenapa Ayah menghentikanku? Dia yang datang kemari untuk mencari masalah denganku.""Masalah yang sebenarnya bukan pada Letra, Nak. Tetapi sisa-sisa racun dari Raja Lacodra masih membuat emosimu jadi tidak stabil," ucap Ayahku sambil melangkah mendekatiku.Entah kenapa ucapan Ayahku terdengar menyebalkan. "Kenapa Ayah membelanya?" kataku sambil mengacungkan cak