Share

Pria Arogant

Jordan berjalan menuju kamar Michael, ia membuka pintu yang tidak terkunci dan melihat pria tampan sedang membaca sebuah buku bisnis yang hanya menggunakan celana pendek sebatas paha berbaring di kursi malas yang berada di balkon kamar.

“Apa aku perlu membereskan koper saudaraku?” Jordan duduk di depan Michael.

“Aku akan menghubungi Fanny.” Michael akan mengambil ponsel.

“Tidak perlu.” Jordan menahan tangan Michael.

“Ada apa?” tanya Michael heran.

“Mama yang akan melakukannya. Jangan biarkan orang asing masuk ke dalam ruangan pribadi kamu!” Jordan menatap Michael. Dia paham benar dengan kakaknya yang selalu di layani bak Raja sejak lahir.

“Sekretaris ku adalah seorang pelayan yang akan melakukan semua pekerjaanya.” Michael kembali membaca buku.

                                                                 

“Apakah kamu akan menjadikan istrimu seperti pelayan?” tanya Jordan.

“Tidak, ia akan jadi Ratu yang hanya perlu menghabiskan uangku.” Michael tersenyum.

“Wanita yang bagaimana yang kakak sukai?” Jordan mengambil sebuah buku tebal yang ada di atas meja.

“Bagaimana dengan dirimu?” Michael balik bertanya.

“Seperti Mama, lembut, ramah, menyukai anak-anak dan selalu tersenyum dengan kulit sawo matang tapi terang.” Jordan tersenyum.

“Sepertinya selera kita sama.” Michael meletakkan buku di atas meja.

“Tidak biasanya kakak jadi peniru.” Jordan memicingkan matanya.

“Aku harus meniru adikku yang punya banyak pengalaman dengan wanita.” Pria tinggi dan putih itu beranjak dari kursi. Dia mengenakan kemeja biru langit untuk menutupi tubuh seksi dengan otot-otot dan kulis putih bersih.

“Mau kemana?” Jordan memperhatikan saudaranya.

“Jalan-jalan.” Tangan kekar itu mengancingkan kemejanya.

“Bagaimana jika kita pergi ke kampung Pecinaan?” Jordan terlihat bersemangat.

“Untuk apa?” tanya Michael.

“Dasar pria tidak percaya pada Tuhan.” Jordan menepuk pundak Michael.

“Sebenarnya siapa kakak? Aku atau kamu?” Jordan keluar dari kamar Michael.

“Jo, apa kakak kamu sudah berberes?” tanya mama ketika melihat Jordan menuruni tangga kamar.

“Apa yang bisa dilakukan El selain mengurus bisnis?” Jordan duduk di ruang tengah.

“Tidak ada.” Mama tersenyum dan berjalan menuju kamar putra pertama yang terlalu dimanja itu.

“Putraku mau kemana?” Mama melihat Michael di depan pintu kamar.

“Jo, mengajakku bermain ke kampung Pecinaan.” Michael menatap mamanya.

“Baiklah, jangan pulang terlalu malam.” Wanita itu menjentikkan jarinya agar Michael menunduk dan ia bisa memberikan ciuman di pipi putranya.

“Aku tidak pernah bisa membantah Mama.” Michael melihat Mama yang telah masuk ke kamar untuk membereskan koper.

“Apa kamu jadi ikut?” tanya Jordan.

“Ya, besok aku akan pergi ke Bangka dan tidak bisa menghabiskan waktu bersama kamu.” Michael melemparkan kunci mobilnya kepada Jordan.

Jordan mengendarai mobil menuju Gladak yang merupakan salah satu kawasan yang dikenal sebagai Chinatown-nya Jakarta. Michael memejamkan matanya menikmati perjalanan dengan tidur dan menjadikan adiknya seorang supir pribadi. Jordan hanya bisa menggelengkan kepala melihat sifat Bossy dari kakaknya.  Michael adalah pria nomor satu dimanapun dia berada begitu juga di dalam rumah, Mama membiasakannya seperti seorang raja yang selalu dituruti semua kemauannya dan menjadikan manusia yang harus dilayani.

“Bagaimana dengan Cleya?” tanya Jordan tanpa melihat Michael.

“Aku tidak tertarik pada wanita penggoda dan mencari perhatian,” jawab Michael.

“Cleya wanita karier dan seperti seorang tuan putri.” Jordan tersenyum.

“Aku mau menikah dengan wanita rumahan seperti mama, pandai memasak, merawat suami dan anak-anak penuh cinta kasih.” Michael melirik Jordan.

“Mama adalah wanita lembut tapi tegas dan ketika marah seperti Singa,” lanjut Michael.

“Sebagai seorang bos kaya dan tidak pernah berada di lingkungan menengah ke bawah, bagaimana bisa kamu bertemu dengan wanita seperti itu?” Jordan melihat kearah Michael.

“Pulau Bangka hanya di huni manusia biasa saja kan?” Michael merapikan duduknya.

“Apa maksud kamu dengan kata manusia biasa?” Jordan menoleh pada Michael.

“Tidak ada artis atau model di sana,” jawab Michael acuh.

“Apakah kamu berniat mencari wanita di pulau Bangka?” Jordan menghentikan mobil di tempat parkir.

“Mama adalah wanita yang berasal dari Pulau Bangka.” Mata tajam yang tersembunyi dari balik kaca mata hitam melihat sekeliling.

“Mengapa kita pergi ke tempat seperti ini?” Michael melihat kearah Jordan.

“Kita akan pergi berdoa kepada Tuhan.” Jordan keluar dari mobil.

“Apa? Aku tidak percaya dengan semua ini.” Michael membuka sabuk pengaman dan membuka pintu mobil. Pria itu melihat sebuah Klenteng yang sangat Indah.

Berkunjung ke Chinatown Jakarta, tentu akan ada banyak bangunan kuil atau vihara-vihara yang salah satunya adalah Vihara Dharma Bhakti atau dikenal juga dengan nama Klenteng Jin De Yuan. Vihara ini sendiri merupakan salah satu dari vihara-vihara tua yang ada di kawasan pecinan Gladak dan menjadi salah satu destinasi wisata dan juga ziarah khususnya bagi masyarakat penganut ajaran Kong Hu Cu.

Menjelang hari-hari besar seperti Waisak dan tahun baru Imlek vihara ini akan sangat ramai dikunjungi serta kerap dimeriahkan berbagai acara-acara sosial ataupun pertunjukan seni tradisional khas Tiongkok. Tak cuma tempat ibadah Vihara, di sekitar kawasan pecinan Gladak, bisa menemukan tempat ibadah umat Katolik yang cukup unik, yakni Gereja Santa Maria de Fatima yang dibangun dengan arsitektur bergaya oriental bak kuil-kuil di China. Dengan arsitektur dan ornamen khas pecinan, tentu gereja ini menjadi salah satu destinasi wisata religi yang cukup menarik di Chinatown Jakarta. Bahkan, gereja ini juga memiliki jadwal khusus untuk misa yang diselenggarakan dalam bahasa mandarin.

“Ayolah.” Jordan tersenyum melihat Michael yang masih berdiam diri di depan mobil.

“Apakah tempat ini memang sepi?” Michael berjalan mendekati Jordan.

“Tentu saja, ini bukan jadwal ibadah dan masih jauh dari tanggal perayaan keagamaan.” Jordan melangkah masuk ke dalam Klenteng dengan nuansa merah itu. Lampion-lampion merah menghiasi bagian depan tempat ibadah begitu indah.

“Apa yang mau  kamu lakukan di sini?” Michael memperhatikan sekeliling begitu tenang.

“Berdoa,” jawab Jordan.

“Kamu saja, aku tidak mau.” Michael menghentikan langkah kakinya.

“Kapan kamu akan percaya dengan adanya Tuhan? Kamu adalah pria yang cerdas.” Jordan menatap sedih pada Michael, ia tidak tahu apa yang membuat saudaranya tidak memiliki agama di hatinya. Sikap Michael yang tidak mau melakukan semua ritual keagamaan membuat Jordan harus menggantikannya.

“Entahlah, aku tidak tahu,” jawab Michael.

“Aku akan masuk.” Jordan meninggalkan Michael berjalan menuju sebuah tempat di samping Klenteng, ia tertarik pada sebuah patung yang terlihat seperti wanita yang akan terbang ke langit dan meninggalkan pasangannya. Pria itu melangkahi kolam kecil yang mengeliling patung.

“Jangan sentuh!” Sebuah kalimat larangan yang sangat Michael benci. Mata tajam itu melihat kearah sumber suara. Tangan Michael berada tepat pada bunga yang di pegang oleh patung pria dan wanita. Da ingin mengetahui jenis bunga itu.

“Kenapa aku tidak boleh menyentuhnya!?” bentak Michael pada pria tua itu.

“Itu adalah patung cinta terlarang.” Tubuh pria tua itu gemetar melihat tatapan tajam dan suara keras dari Michael.

“Apa yang akan terjadi karena aku telah menyentuhnya?” tanya Michael marah.

“Anda akan jatuh cinta pada wanita yang tidak menginginkan anda sama sekali karena banyak perbedaan dan anda akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan wanita itu,” jelas pria tua dengan tetap menunduk.

“Apa? Tidak ada wanita yang akan menolak seorang El.” Michael mencekik leher pria itu dengan sangat emosi, dua kalimat yang sangat tidak ingin ia dengarkan.

“Maafkan saya, Tuan.” Pria itu kesulitan bernapas.

“Semuanya mitos bodoh.” Michael melepas tangannya dengan kasar dari leher pria tua hingga terjatuh ke lantai.

“Apa yang kamu lakukan?” Jordan membantu pria dengan pakaian biksu itu berdiri.

“Hancurkan patung ini!” Tangan Michael menyentuh wajah patung wanita dengan emosi.

“Apa kamu gila?!” Jordan menatap tajam pada Michael.

“Dengar Jordan! Untuk apa ada patung bodoh seperti ini?” Michael mencengkram kerah baju saudaranya.

“Kenapa kamu emosi? Apa salah patung itu?” Jordan memegang tangan Michael yang hanya terdiam.

“Kenapa ada patung terlarang di tempat seperti ini?” Michael menarik tangannya.

“Kamu harus membaca buku sejarah keagamaan.” Jordan mendekati pria tua.

“Maafkan saudara saya.” Jordan membungkuk tubuhnya memberi hormat dan meminta maaf.

“Apa yang kamu lakukan?” Michael menarik Jordan dengan kasar.

“Dengar El, kita harus menghormati pelayan Tuhan.” Jordan menatap tajam pada Michael.

“Kau mengajari diriku!” Michael membalas tatapan Jordan dengan lebih tajam.

“Sebaiknya kita pulang, ini semua salahku.” Jordan memberikan amplop pada Pria tua yang masih berdiri.

“Menyebalkan.” Michael berjalan cepat menuju mobil.

Jordan mengelengkan kepala melihat sikap kasar dan pemarah Michael. Pria itu kembali mendekati Pak Tua yang bertugas menjaga tempat ibadah. Lelaki yang dengan pakaian biksu itu memperhatikan Michael.

“Sekali lagi, tolong maafkan saudara saya.” Jordan tersenyum dan membungkukkan tubuhnya memberi hormat.

           

“Dengar Nak, patung ini bukan mitos, saudara kamu akan jatuh cinta pada wanita yang bahkan mungkin sangat membenci dirinya.” Pak Tua menggengam tangan Jordan.

“Aku berharap bisa menyaksikan keajaiban itu.” Jordan tersenyum.

“Ah, apa saudaraku akan mendapatkan wanita itu?” tanya Jordan penasaran.

“Itu tergantung usahanya.” Pak Tua menepuk pundak Jordan.

“Baiklah, terima kasih. Aku akan mengikuti perjalanan cinta saudaraku.” Jordan kembali membungkuk dan berjalan menuju mobilnya. Ia melihat Michael berbaring di kursi samping pengemudi dengan mata terpejam.

“Aku tidak tahu jika temperamen kamu sangat buruk.” Jordan menjalankan mobilnya meninggalkan klenteng.

“Apa kamu lapar?” tanya Jordan.

“Terserah,” jawab Michael sekenanya. Dia terus memikirkan perkataan biksu tadi. Ada rasa khawatir yang cukup menggangu dan berusaha disembunyikan dari Jordan.

“Kita akan mencari makan di sini.” Jordan memarkirkan mobilnya di Gang Gloria.

“Tempat apa lagi ini?” Michael menatap tajam pada Jordan.

“Jika tidak mau turun tetaplah berada di dalam mobil.” Jordan segera keluar dari mobil,

“Aku juga lapar.” Michael sangat kesal.

“Tempat apa ini?” Michael mengulangi pertanyaan dengan mengernyitkan dahi.

“Sangat ramai,” ucap pria arogan itu lagi dan kembali ke dalam mobil.

“Dasar.” Jordan berdecih melihat saudaranya. Ia berjalan menuju kedai Es Kopi dan membeli dua gelas.

“Halo Tuan, apa Anda mau saya ramal?” Seorang wanita tua berdiri di samping pintu mobil dengan kaca yang terbuka.

“Kenapa aku terus bertemu dengan orang-orang bodoh?” Michael menatap tajam pada wanita itu.

“Itu hanya mitos!” bentak Michael.

“Bisakah Nyonya meramal saya?” Jordan meletakkan dua gelas es kopi di atas bagian depan mobil.

“Tentu saja, anak muda.” Wanita itu menyentuh telapak tangan Jordan.

“Kisah cinta yang rumit,” ucap wanita itu.

“Maksudnya?” tanya Jordan penasaran.

“Anda akan bertemu dengan wanita yang membuat benar-benar jatuh cinta dengan indah tetapi harus bersaing dengan orang yang kuat.” Wanita itu menepuk tangan Jordan.

“Nyonya, aku mempunyai banyak kekasih.” Jordan menarik tangannya.

“Tetapi tidak ada diantara mereka yang benar-benar kamu cintai.” Wanita paruh baya dengan pakaian tradisional Cina itu tersenyum.

“Bagaimana dengan kakakku?” Jordan menarik tangan Michael.

“Apa yang kamu lakukan?” Michael terlihat kesal dan berusaha untuk menarik tangannya tetapi dipegang kuat oleh Jordan.

“Hmm, pria posesif yang akan jatuh cinta pada wanita yang membenci dirinya.” Wanita itu tersenyum.

“Apa?” Michael menatap tajam dan penuh kebencian pada wanita itu.

“Terima kasih.” Jordan menjauhkan wanita itu dari Michael dan memberikan uang.

“Dia adalah saingan cinta kamu,” ucap wanita itu dan berlalu.

“Apa?” Jordan terkejut dengan kalimat yang terdengar samar-samar.

“Apa yang wanita itu katakan?” tanya Michael pernuh emosi.

“Kamu adalah saingan cintaku.” Jordan memberikan Es Kopi Takkie pada Michael.

“Itu tidak mungkin, tidak ada satupun dari kekasih kamu yang menarik perhatianku.” Michael tersenyum dan meminum kopi.

“Aku bahkan belum bertemu dengan wanita yang membuat aku jatuh cinta dan menjadi rindu bila tidak bertemu,” ucap Jordan duduk di samping saudaranya.

“Apa kamu akan memberikan wanita itu kepada diriku jika kita mencintai orang yang sama?” tanya Jordan menatap serius pada Michael.

“Apa maksud kamu? Kita tidak mungkin jatuh cinta pada wanita yang sama. Ada banyak wanita di dunia ini.” Michael tersenyum.

“Kenapa tidak? Kita memiliki kriteria yang sama dan berdasarkan ramalan itu kita akan menjadi saingan cinta.” Jordan menghabiskan minumannya.

“Dengar Jordan, kita hidup di zaman modern, tidak usah percaya dengan hal-hal seperti itu.” Michael menyerahkan gelas kosong pada Jordan agar membuangnya.

“Hmm.” Jordan mengambil gelas dan keluar dari mobil untuk membuang pada tempat sampah.

“Cari restaurant mewah, aku sangat lapar.” Pria itu tersenyum.

“Baiklah.” Jordan segera mengendarai mobil menuju restaurant sesuai perintah Michael.

Berkunjung ke pecinan Gladak, takkan lengkap tanpa menjelajahi kuliner-kulinernya. Salah satu destinasi kulineran legendari khas Chinatown Jakarta adalah Gang Gloria. Berbagai kuliner khas pecinan bisa ditemukan di kawasan ini. Beberapa diantara kedai makanan bahkan sudah sangat terkenal sebagai salah satu destinasi wisata kuliner legendaris di Jakarta seperti Rujak Shanghai Encim, Mie Kangkung, dan Es Kopi Takkie.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status