Michael Hardianto duduk di sofa dan memperhatikan guci yang akan diberikan kepada mamanya. Dia melihat boneka benang jodoh yang berdiri di atas meja. Pria itu melamun dengan pikiran yang cukup kacau. Dia seakan tidak berani ke luar dari kamar karena takut dengan kesialan yang mungkin akan menimpanya.
“Berapa lama dia di Serang?” tanya Michael pada dirinya sendiri.
“Satu hari.” Tangan kekar Michale menggenggam patung jodoh.
“Ah.” Benang dari kaki patung melukai jari Michael.
“Sial.” Pria itu ingin melempar patung ke tempat sampah, tetapi tidak jadi karena ingat perkataan Pak Wang yang mengatakan pasangan patung itu ada pada Fahima. Dia meletakkan patung wanita di atas meja dan mengambil tisu untuk mengeringkan darah.
“Apa?” Michael terkejut karena darah dari jarinya telah terserap oleh benang merah yang melekat pada patun
Michael duduk masih di bandara. Dia tidak peduli dengan mobil mewah yang telah datang menjemputnya untuk pulang ke rumah. Pria itu menyilangkan kaki duduk dengan elegan di kursi tunggu dan terlihat sedang berpikir. Fendy hanya diam menunggu tuanya membuat keputusan untuk tujuan selanjutnya.“Dimana posisi Fahima?” tanya Michael pada Fendy.“Saya tidak tahu, Tuan.” Fendy gugup.“Apa aku harus bertanya padanya?” Michael menatap tajam pada Fendy yang terdiam.“Apa saya boleh meminta nomor ponsel nona Fahima?” tanya Fendy pelan.“Aku bisa menghubunginya.” Michael mencari nomor ponsel Fahima yang telah dia simpan dan melakukan panggilan. Tidak ada jawaban dan pria itu bukanlah orang yang sabar. Dia segera mematikan panggilan.“Bagaimana, Tuan?” tanya Fendy.“Apa kita
Mobil hitam dan tinggi memasuki tempat parkir khusus di kawasan perkantoran milik keluarga Hardianto. Pria tampan dan tinggi dengan setelan jas biru berjalan tegak penuh wibawa. Semua orang membungkuk menyambut kedatangan bos besar. Langkah panjang memasuki lift tanpa mempedulikan orang lain.“Selamat datang, Tuan.” Fanny mengikuti Michael masuk ke ruangannya.“Di mana Fendy?” tanya Michael menghempaskan bokongnya di kursi kerja.“Saya datang, Tuan.” Fendy masuk dengan tergesa-gesa.“Apa kamu sudah menghubungi bibi Rara?” tanya Michael.“Sudah, Tuan. Hari ini bibi Rara akan ke rumah keluarga Nona Fahima,” jawab Fendy. Fanny menaikkan alinya. Dia sangat penasaran dengan wanita bernama Fahima yang disebutkan Fendy.“Aku mau hasil lebih cepat dan kamu siapkan tiket ke Serang,” tegas Michael.
Kunday, Bangka.Rara bersiap untuk pergi ke rumah Fahima. Wanita cantik dan tinggi dengan kulit putih bersih berjalan menuju kamar menemui orang tuanya untuk meminta izin. Bibi dari Michael harus mencari informasi tentang jodoh keponakannya di Serang.“Kamu mau kemana?” tanya Oma.“Ke Sinjay,” jawab Rara duduk di tepi kasur.“Kenapa?” tanya Opa.“Michael mau aku mencari wanita bernama Fahima di sana,” ucap Rara.“Kamu harus cari tahu dengan jelas latar belakang keluarga wanita itu,” tegas Oma.“Ma, cukup.” Rara menatap Oma.“Michael tidak akan suka,” ucap Rara.“Rara. Michael harus mendapatkan istri yang sederajat dengannya,” tegas Oma.“Ma. Apa kalian mau dibenci Michael selamanya? Dia bah
Mobil hitam dan tinggi dengan harga selangit itu sudah memasuki halaman depan kampus Untirta yang berada di Ciwaru. Mesin telah dimatikan dan pria tampan masih duduk diam di kursinya. Mata tajam memperhatikan sekeliling dan melihat beberapa mahasiswa yang berjalan menuju gerbang untuk pulang.“Wah, mobil mahal. Punya siapa ya?” tanya orang-orang yang lewat dan memperhatikan mobil Michael.“Di mana dia?” Michael mengambil ponsel dan menghubungi nomor Fahima. Pria itu tidak bergerak sama sekali dari kursinya. Dia tidak mau menjadi pusat perhatian kauh hawa dengan kesempurnaan yang dimilikinya.Fahima yang baru saja selesai membereskan laptop dan buku. Dia bersiap pulang bersama teman sekelas dan satu kosan melihat ponsel berdering dengan nomor tidak dikenal muncuk di layar.“Siapa ini?” Fahima menatap layar ponsel.“Imah, yuk pulang. Kita m
Mobil Michael berhenti tepat di depan masjid. Pria itu menoleh pada Fahima yang masih menunggu dan duduk diam.“Apa kamu tidak mau turun?” tanya Michael.“Apa kamu tidak berniat mengembalikan tasku?” Fahima balas bertanya.“Ah.” Michael segera memberikan ransel pada Fahima.“Tunggu.” Fahima ingin membuka patung jodoh yang tergantung di tasnya.“Apa yang kamu lakukan?” Michael menggenggam tangan kecil Fahima dan dengan cepat wanita itu tarik.“Bukankah kamu meminta patung ini?” Fahima menggeserkan duduknya. Beberapa temannya mengintip dari pintu gerbang kosan.“Kamu harus menyimpan patung itu dengan baik,” tegas Michael.“Untuk apa?” tanya Fahima heran.“Jangan sampai hilang!” Michael menatap Fahima.
Setelah mengantarkan Fahima, Jordan langsung kembali ke hotel tempatnya menginap selama mengawasi proyek di kota Serang. Pria tampan dan tinggi itu tersenyum memasuki kamar khusus yang hanya digunakan oleh Michael.“Apa kamu sudah tidur?” Jordan langsung masuk ke kamar Michael karena di tahu kode kunci pintu.“Kenapa kamu sangat lama?” Michael menatap Jordan. Pria tanpa baju itu duduk di sofa dengan elegan ditemani segelas angaur merah.“Aku sedang mendekati seorang wanita yang special dan ini untuk pertama kalinya aku bertemu dengan gadis cantik, ceria dan baik.” Jordan menghempaskan tubuhnya di sofa depan Michael.“Pertama kali? Bukannya kamu sudah bertemu puluhan wanita dan gadis sejak sekolah?” Michael tersenyum sinis.“Hey, El. Ini berbeda. Usiaku sudah dewasa dan aku ingin menjalin hubungan serius hingga jenjang pernikah
Pagi Minggu yang sepi untuk Fahima. Dia sendirian di kosan. Semua teman pulang ke rumah masing-masing di akhir pekan agar bisa berkumpul dengan sanak saudara, keluarga dan orang tercinta. Wanita cantik dan masih lajang itu telah selesai membersihkan kamar dan halaman. Terlihat cantik dengan gamis jeans biru langit dan hijab segiempat berwarna merah muda dan tas punggung hitam.“Hm, aku akan pergi jalan-jalan ke mall.” Fahima melangkahkan kaki ke depan gerbang.“Sekalian beli hadiah untuk mama sama nenek.” Fahima membuka aplikasi grab. Dia lebih nyaman dengan mobil sehingga tidak berdekatan dengan sopir.“Tin.” Sebuah klakson mobil mengejutkan Fahima. Dia segera mendongak dan melihat pria tampan sudah berdiri di depannya.“Kamu mau pergi?” tanya Jordan dengan senyuman paling menawan.“Ya,” jawab Fahima bingung. D
Mobil Michael memasuki tempat parkir. Pria itu mengenakan kaca mata hitam dan masker. Dia tidak mau menarik perhatian banyak orang. Bos besar yang sering muncul di majalah bisnis berjalan di mall hanya untuk mencari gadis desa dari pulau kecil Bangka yang terkenal dengan pantai indah dan laut yang bersih. Kaki panjang turun dari mobil dan melangkah dengan santai memasuki kawasal mall. Michael langsung menuju café dan mencari wanita berhijab, tetap tidak ditemukan. Tangan kekar mengambil ponsel dan melakukan panggilan berharap akan dijawab oleh pujaan hati yang terus menghindari. “Kemana dia?” Michael sangat kesal karena Fahima tidak menjawab panggilannya. Pria itu berdiri di depan pintu mall dan kembali ke mobil. “Jordan.” Michael melihat mobil saudaranya meninggalkan area parkir MOS. “Apa yang dia lakukan di sini?” Michael menggati panggilan dengan menghubungi Jord