Share

BAB 3 Dibohongi

Aku kembali dibodoi oleh orang yang mengaku baik padaku

»|«

Jihan merapikan tempat yang sempat berantakan karena tertiup angin malam. Saat ini, dia sedang menemani Bara untuk makan malam di sebuah restoran terbuka yang terdapat di salah satu hotel Bogor.

Langkah kaki Bara yang terdengar dari sepatu pantofelnya membuat Jihan menoleh, memberikan senyum khas miliknya. “Sudah selesai, Mas?”

“Sudah. Kalau begitu Mas antar pulang sekarang, ya?” ajakkan Bara langsung di balas anggukan oleh Jihan.

Seperti di malam-malam sebelumnya, Jihan selalu di jemput atau kadang-kadang melakukan janji temu dengan calon suaminya hanya untuk menemani Bara makan malam sekaligus melakukan pendekatan lebih dalam lagi.

Uluran tangan kokoh itu di sambut dengan lembut oleh Jihan yang tersenyum seperti biasanya. “Mari, Mas.”

Bara tersenyum, semakin terkagum pada Jihan yang dapat menyesuaikan diri dengannya cepat. Padahal dalam jarak umur, mereka berdua terpaut cukup jauh yaitu lima tahun. Bukankah jika bersama mereka akan memiliki perbedaan yang kontras serta seringnya bertengkar karena pertentangan yang tak sejalan?

Jihan berdiri dari duduknya di bantu Bara. Pegangan tersebut terlepas karena gadis itu menusuk untuk membenarkan letak roknya yang sempat terlipat. Setelah selesai, keduanya pergi meninggalkan restoran tersebut tanpa menyadari ada mata yang memperlihatkan tajam dengan senyum memandang remeh pada Jihan dan Bara.

»|«

Hari pertama Ujian Nasional

Pagi hari di SMK Pramudya kekhawatiran sekaligus kekhawatiran yang terjadi di antara para siswa-siswi. Tak ada siswa yang nongkrong di warung samping sekolah untuk merokok, ada siswi yang bergosip ria di kantin ataupun di depan kelas. Hanya ada penampakan yang memegang buku serta ocehan-ocehan yang mengingat pelajaran.

Jangan salah sangka, meski begitu tetap saja ada siswi yang bergosip dan siswa laki-laki pun tak segan untuk ikut bergosip ria karena penasaran.

Bagaimana tidak, foto Jihan yang memakai gaun pendek bersama Bara di sebuah restoran hotel di malam hari itu mengundang berbagai asumsi dan tersebar dari satu ponsel ke ponsel lainnya, meski belum sampai ke telinga guru.

Semalam, Jihan pulang terlalu larut setelah menemani Bara makan malam. Alhasil, dia harus bekerja keras untuk kembali membaca materi hingga dini hari dan berakhir dengan bangun terlambat.

Setelah turun dari mobil Bara yang mengantarnya, pasang mata langsung tertuju pada Jihan yang saat ini sedang merapikan rambut juga seragam yang dikenakannya. Sebenarnya, hal seperti itu sudah biasa Jihan lakukan karena gadis itu selalu rapi dan menomorsatukan penampilan karena kedua orang tuanya juga terlihat.

Namun, karena foto-foto tersebut pemandangan hal seperti itu menimbulkan cibiran tersembunyi juga pandangan yang meremehkan untuk Jihan yang tidak menyadarinya.

“Pasti dia baru aja di apa-apa sebelum turun tadi”, bisikan itu hadir setelah melewati perjalanannya sehingga tak mendengar.

Setelah menyimpan tasnya, Jihan berjalan ke luar kelas dengan buku paket di tangan memilih untuk membaca lagi materi yang belum selesai.

Dari ujung koridor, Kia berjalan menjauh dari acara gosip dadakan bersama teman-temannya tadi. “Gue ke Jihan dulu,” ucapnya tawa dari teman-teman pergosipannya tadi.

“Dor!”

Jihan berdecak pelan saat tau pelaku yang sudah membuat terkejut, lalu kembali melanjutkan membaca.

“Han, gimana persiapan lo untuk hari pertama Ujian Nasional hari ini?” tanya Kia duduk di samping Jihan yang sedang menunduk membaca buku di bangku depan kelas mereka.

Kebetulan Jihan dan Kia satu ruangan saat ditanya nanti. “Gue lihat lo enggak lepas mantengin itu buku bikin pusing jadinya. Lo fokus banget,” kekeh Kia, lalu merangkul bahu Jihan.

Jihan terkekeh. “Lo pikir apaan, ya? Ini penentu UN akhir kita tau!” Tangannya menoyor pelan kening Kia. “Emangnya lo yang masih sempet-sempetnya nyantai di saat begini?”

Kia menggerutu sebal, balik menoyor kepala Jihan ke samping. “Otak gue enggak semampu itu, lulus aja gue masih bersyukur.”

Jihan tertawa sebagai jawaban, lalu menutup buku paketnya. Tak lama, bel berbunyi membuat beberapa siswa-siswi yang mengamati sekitar koridor berlari masuk ke dalam ruangan masing-masing dengan rusuh. Begitu pula dengan Jihan dan Kia.

Jihan duduk lebih dulu, berdiskusi dengan Kia yang terhalang satu meja dengan Jihan. Seperti biasa, para siswa-siswi yang mengungkapkan dua puluh di kelas tersebut mempersiapkan kartu ujian setelah latihan komputer.

Jihan melongokkan kepalanya ke samping dari sekat pembatas, menoleh pada Kia yang ternyata sedang melihat ke arahnya. “Semangat!” Bibir Jihan berucap tanpa suara dengan tangan yang terkepal seolah memberi isyarat penyemangat pada sahabatnya.

“Lo juga,” balas Kia tanpa suara.

»|«

Bukannya pulang selepas ujian, tapi siswa-siswi itu memilih menongkrong di dekat warung untuk melanjutkan kembali gosip tadi pagi.

Ketika Jihan memutuskan untuk pulang lebih dulu menggunakan taksi online, Kia berbelok arah untuk bergabung dengan teman-teman pergosipannya.

Ya, Jihan di bodoi oleh orang-orang yang dia anggap baik dan tulus. Teman-teman yang dia anggap sebagai seperjuangan UN, tapi berbicara tentang buruk tentangnya.

Kia mengedarkan rumor dari sebuah foto yang diambil saat melihat Jihan makan malam bersama Bara. Bagaimana sahabat Jihan itu bisa tau, yaitu dengan menguntitnya.

Tak tau apa motif yang di lakukan Kia pada Jihan yang jelas-jelas adalah sahabat dekat dari awal menginjakkan kaki di sekolah ini.

Resa sebagai saksi perbuatan Kia hanya bisa menghela napasnya dan bingung untuk mencari cara agar Jihan tau tanpa perasaanya.

Nyatanya, semua teman tak ada yang bisa di percaya dan dibohonginya Jihan masih tersenyum pada orang-orang di sekitarnya selama dia datang ke sekolah tersebut.

»|«

Kebetulan, Resa bertemu dengan Jihan yang sedang cuci tangan di wastafel sekolah. Rasanya mulut gadis berambut sebahu itu sudah ingin berbicara pada Jihan.

“Han?”

Jihan berdehem, lalu tersenyum singkat sebagai balasan.

"Lo oke?" tanya Resa sambil memandang Jihan dari kaca.

“Hah?” Jihan mengernyit bingung. “Maksud lo apa sih?”

“Gue cuma khawatir lo kenapa-kenapa, Han. Anak-anak sekolah enggak semuanya baik-baik saja, lo-”

“Termasuk lo?” Jihan berbalik untuk menghadap Resa.

Resa mengangguk. “Iya, gue emang bukan orang baik, tapi gue cuma pengen kasih tau kalau mereka semua ngomongin tentang lo. Pelakunya adalah orang yang paling dekat sama lo.”

Jihan mendelik tak suka. “Lo ngawur banget, Sa.”

Resa menghela napasnya pelan. “Gue cuma mau ngasih tau lo itu, jangan marah sama gue ya?”

Setelah alas bahu teman, Resa berlalu pergi meninggalkan Jihan sendiri.

“Apa yang enggak gue tau selama ini?” gumam Jihan termenung di depan koridor toilet.

»|«

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status