Share

BAB 22 Permulaan

Aku bersedia menjadi tempat bersandar

Dikala kamu membutuhkan sebuah tumpuan

»|«

Tepat pukul 8 malam, hujan mengguyur kota Bandung dengan hawa dingin yang menusuk membuat siapapun enggan beranjak dari kasur kesayangannya.

Beda halnya dengan Kenzo yang sedang duduk termenung di teras rumahnya seraya memandangi rintikan hujan membasahi tanah. Pikirannya melayang jauh, memikirkan seseorang yang akhir-akhir ini sering memenuhi otaknya.

“Kira-kira, Jihan lagi apa, ya?” gumamnya seraya memandang langit gelap.

“Lagi mikirin kamu, dong.” Tiba-tiba saja, Rey datang merecoki acara melamun Kenzo.

“Ganggu banget, sih. Sana masuk, belajar biar masuk kampus negeri.”

Rey ikut duduk di samping Kenzo seraya mengangkat kedua bahunya acuh. “Ogah, ah. Swasta aja biar lebih bergengsi.”

Adiknya ini memang agak menyebalkan dengan segala tingkah lakunya yang nyeleneh itu.

Bahu Kenzo di tepuk keras oleh Rey yang menggurui. “Gini, ya, A. Menurut pepatah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status