Share

3. Awal Masalah

Kiano menghadapi masalah produksi, serial TV yang sedang diproduksinya dianggap sudah 'over budget.' Meyling bagian Accounting, menahan pengeluaran anggaran untuk judul tersebut. 

"Bu Mey bisa jelaskan, di mana over budgetnya?" tanya Kiano

"Budget produksi untuk satu episode maksimal hanya Lima Ratus Juta, sementara pengeluaran sudah mencapai hampir Tujuh Ratus Juta pak."

Mendengar jawaban Meyling Kiano menahan kekecewaannya, dia merasa apa yang dikatakan Meyling itu tidak substantif dan sangat elementer. Kiano merasa kalau Meyling kurang lentur dalam memahami anggaran produksi sinetron. 

"Kita ada berapa judul yang sudah tayang?"

"Tiga judul pak." jawab Meyling

"Berapa episode setiap judul yang sudah tayang?" selidik Kiano

"Semua diatas lima puluh episode pak."

"Berapa penghasilan perusahaan dari tiga judul tersebut? Gak usah bu Mey jelaskan, karena bisa saya hitung di luar kepala." jelas Kiano

"Tapi kan berdasarkan standar produksi, tidak boleh ada yang merugikan, yang merugi harus di 'cut out,' bukan begitu aturannya pak?"

"Ibu benar, tapi ini pengecualiannya, tiga produksi jalan mensubsidi satu produksi, itu masih bisa dimaklumi bu."

Kiano mulai mengajak Meyling untuk berpikir lebih realistis, sementara Meyling hanya berpikir sebatas tugas dan tanggung jawabnya. 

"Pak Sukoco kasih warning ke saya seperti itu pak." pungkas Meyling

Kiano langsung telepon Sukoco, yang merupakan komisaris MarkiArt Entertainment, juga adalah ayahnya Kiano. Dia menjelaskan pada ayahnya, kalau dia akan deposit Lima Ratus Juta, dengan catatan, kalau produksi itu sukses, maka uangnya harus kembali plus keuntungannya. 

"Bu Mey dengar tadi pembicaraan saya sama pak Sukoco?" tanya Kiano

"Dengar pak, nanti saya akan telepon pak Sukoco untuk lebih jelasnya." jawab Meyling

"Saya cuma mau bilang sama bu Mey, saya orang yang sangat bertanggung jawab sama perusahaan ini."

"Siap pak, saya mengerti, saya cuma menjalankan tugas pak, saya permisi pak." ujar Meyling sekalian pamit. 

Kiano merasa dia sudah mempertaruhkan reputasinya sebagai produser, dia sudah banyak membuktikan kalau dia penuh perhitungan. Dia tidak gembling dalam memproduksi sebuah serial TV. Dari tiga produksi yang sudah jalan, memberikan keuntungan yang tidak sedikit. 

Dia merasa kecewa, baru satu judul ini bermasalah mau langsung di stop. Dia mempertaruhkan uang pribadinya, demi sebuah obsesinya untuk mengorbitkan Cassie, karena dia sangat yakin produksi kali ini akan sukses. Dia sampai minta Cassie membantunya dengan Sholat dan doa. 

Kiano memanggil Adhinatha, Produser Pelaksana ke ruangannya, 

"Pak Adhinatha, tolong diredam kalau ada isu produksi ini akan di stop." pinta Kiano

"Tadi pak Sukoco juga telepon saya pak, beliau minta produksi ini di stop." ujar Adhinatha

"Bapak tahu apa penyebabnya? Ini dis-informasi, ada yang melaporkan pada beliau yang enggak-enggak, beliau kan gak tahu seperti apa saya bekerja!!" tempo suara Kiano sedikit meninggi

"Tapi secara anggaran, sudah melebih platform pak.." 

"Saya tidak suka ukurannya seperti itu pak, meskipun aturan itu saya yang bikin, tapi cara melihatnya tidak seperti itu."

Adhinatha memberikan argumentasi sesuai dengan kapasitas dan tanggung jawabnya, sementara Kiano lebih kepada wewenang, juga tanggung jawabnya. 

"Bapak masih mau bantu saya? Kalau masih mau, Tolong support saya, kita hentikan atau pun terus, anggaran yang keluar tetap sama!!"

"Tapi pak.." belum selesai Adhinatha bicara, Kiano sudah berdiri dan meninggalkannya di ruang kerjanya. 

Begitu Kiano keluar ruangan, di depan ruangannya Cassie sedang berdiri, "Ada apa Cassie? Kamu perlu dengan saya? Kamu dengar semua pembicaraan tadi?" cecar Kiano

"Ya pak, saya mau bicara sama bapak, saya gak dengar apa-apa pak." jawab Cassie

Kiano mengajak Cassie duduk di sofa yang ada di koridor dekat ruang kerjanya, "Kamu mau bicara soal apa?" tanya Kiano sambil menatap Cassie

Sebelum menjawab, Cassie melihat kiri-kanan, "Apa benar produksinya mau di stop pak? Saya bingung mau kembalikan uangnya pak." ucap Cassie penuh kecemasan

Kiano memegang bahu Cassie, "Kamu tahu dari mana cerita tentang itu? Kamu hanya boleh dengar sesuatu dari saya ya, jangan dengar pembicaraan apa pun di luar itu." pesan Kiano

"Berarti gak benar ya pak? Alhamdulillah ya pak, saya takut sekali pak.." tutur Cassie

"Kamu terus aja seperti biasa, minggu depan kita mulai shooting, siapkan diri kamu untuk berakting, cuma itu yang harus kamu lakukan ya.."

"Bapak mau kemana? Kok tadi buru-buru keluar?" tanya Cassie

"Saya cuma mau keluar sebentar tadinya, ketemu kamu gak jadi deh.." jawab Kiano sambil senyum pada Cassie

"Saya ganggu ya pak? Maaf ya pak, saya cuma mau tanya itu aja pak."

"Udah kita keruang casting aja, saya mau lihat kamu akting."

"Jangan pak!! Saya malu pak, akting saya masih jelek." tolak Cassie

"Sekarang kamu masih latihan atau sudah selesai? Kalau sudah selesai silahkan kamu pulang, kalau terlalu lama di sini, nanti kamu dengar cerita yang enggak-enggak lagi." suruh Kiano

"Udah selesai sih pak, cuma tadi saya lihat-lihat yang lagi di casting aja, ya udah kalo gitu saya permisi pulang ya pak?" pamit Cassie

"Ok Cassie, besok seperti biasa aja ya, jangan dengar omongan yang gak penting ya?" pinta Kiano. 

Begitu Cassie pulang, Kiano kembali duduk di sofa sebentar, setelah itu dia berdiri, dan kembali masuk keruang kerjanya. Dia melihat ke dalam, sudah tidak ada Adhinatha di dalam ruangannya, dia kembali duduk di meja kerjanya. Kiano membuka laptop, dan melihat perincian anggaran yang sudah dikeluarkan. 

"Hadeuh ... baru melihat seperti ini aja sudah pada panik, gimana kalau sudah tekor milliaran? Bisa pada mati berdiri kali." ujar Kiano dalam hati.

Kiano membuat rencana kerjanya, dan juga post budget yang masih harus di keluarkan. Dia membuat strategi untuk shooting langsung dua episode, agar berbagai anggaran bisa lebih hemat. 

Dengan strategi ini dia berhitung akan lebih menghemat banyak anggaran. Ini harusnya pekerjaan Produser Pelaksana atau Desain Produksi. Namun dia mencoba untuk mencari akal agar shooting tetap bisa berlanjut. 

Kiano pergi ke ruangan editing, dia melihat materi hasil shooting yang masih bisa dipakai, dari episode yang sudah di bungkus. Ternyata, banyak materi yang masih bisa di manfaatkan. 

Shooting episode satu, hanya akan mengganti pemain utama wanita. Pemain utama pria masih tetap bisa dilanjutkan. Retake sebagian adegan, akan banyak menghemat anggaran. 

Kiano konsultasi dengan editor, juga dengan sutradaranya. Dia panggil sutradaranya untuk datang ke kantor, yang tadinya harus diganti, akhirnya tetap akan diteruskan. Solusi ini dianggap lebih efektif. 

Begitu Kiano masih sibuk di ruang editing, ada salah satu artis terkenal yang mencarinya. Artis itu nylonong masuk ke ruang editing, dan bermanja-manja sama Kiano, karena Kiano lagi suntuk, dia pun tidak layani artis tersebut. 

"Lain kali, kalau saya tidak ada di ruangan, itu artinya saya tidak bisa di temui, kalau di ruangan editing, itu artinya saya sedang kerja, dan tidak bisa di ganggu, faham ya?" ujar Kiano masih dengan sangat santun

"Aku ada yang mau diomongin mas, soal kontrak, boleh gak aku bicara sebentar aja..?"

"Gak bisa Katrina, kamu bicara sama pak Adhinatha aja soal itu."

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status