"Pak Darma. " Athira, segera melepaskan diri. Bagaimana bisa dosen paling muda di kampusnya dulu itu ada di depannya.
"Maaf," Ucap pria, yang dipanggil Darma spontan melepaskan diri. Wajah tampannya sejenak memerah karena malu. Kok bisa-bisanya dia meraih pinggang Athira. Persis, adegan dalam sinetron ikan terbang yang sering diceritakan Fira adik ceweknya. Kalau sampai bocah tiga SMU itu tahu, pasti akan tertawa dan meledek nya. Bagaimana bisa pria kutub itu melakukan hal spektakuler atau malah memalukan seperti itu?
"Maaf, Bapak , sedang apa di sini? " Athira berbasa-basi penuh rasa tak enak. Teringat dulu dia tidak bisa ikut ujian gara-gara kehadiran di mata kuliah dosen jutek satu itu dinilai kurang.
Tak terasa lima tahun berlalu. Tapi segalanya masih tampak belum berubah wajah dosen favorit itu masih ganteng dan menawan. Ih, apa-apa aku? Malah menaksir wajah di hadapannya. Tak tahu malu, Athira menyumpahi diri sendiri.
"Aku sedang menun
Wajah Meri kalap saat membaca, pesan Athira.[ Aku punya semua video mesum milikmu. Jangan macam-macam. ]Sialan.Tunggu pembalasanku, Athira.***Hari masih pagi. Athira baru saja menyuapi Cira dan memandikannya. Setelah merasa segar dan cantik, bocah yang belum genap lima tahun ini berlari riang ke halaman untuk mengejar kucing kecil peliharaanya. Setelah lelah bermain di luar, Cira duduk di lantai dan anteng bermain boneka di depan TV.Setelah Cira anteng , Athira bergegas untuk mengecek barang dagangan yang dia simpan di kamar sebelah kamar tidurnya.Tak banyak pekerjaan Athira akhir-akhir ini, selain mengurus Cira dan berjualan baju punya temannya via online. Kadang ada juga melayani kawan dan tetangga yang membeli baju-baju jualannya langsung datang ke kontrakan.Beruntung, kontrakan ini tak terlalu sempit. Bangunan yang sepe
Athira memekik kaget. Dorongan Meri yang keras membuat tubuhnya oleng. Beruntung tubuhnya tak terhempas ke belakang dan menghantam tanah. Tubuh Athira sedikit oleng tapi kembali tegak saat tiba-tiba, ada tangan kukuh yang dengan gesit menariknya."kamu tidak apa-apa? "Athira menggeleng. Parasnya memerah. Dadanya berdebar kencang saat wajah Shaka memandang parasnya tidak berkedip. Tuhan... Bagaimana mungkin, setelah begitu banyak luka pengkhianatan yang ditorehkan pria itu dalam hidupnya, pun waktu yang penuh luka yang dia lewati selama ini, belum mampu juga mengusir rasa itu sepenuhnya?Athira mendesah gelisah. Bagaimanapun dulu, bertahun lamanya pernah menjadi makmum pria di hadapannya. Tapi kini, semuanya telah usai. Shaka bukan hanya tinggal mantan, tapi apapun tentang pria itu telah Athira tutup rapat."kamu tidak kenapa-kenapa, Athira?" tany
"Kenapa harus Darma?""Dia pria baik, Athira. Dia mampu menjadi imam untukmu, " jawab Shaka pelan."Jika kau menikah kembali dengan Darma, aku ikhlas. Terpenting bagiku, engkau ada yang melindungi. Meri itu nekat dan pendendam."Athira hanya terdiam, ada yang mengambang di sudut hatinya. Betul Darma adalah pria yang baik dan kini diketahui masih sendiri, tapi untuk melabuhkan hati begitu saja pada pria itu, jelas Athira tidak berpikir sejauh itu.Luka hatinya karena ditalak Shaka tanpa alasan dan karena pria itu lebih mementingkan Meri, masih menggoreskan luka yang sangat dalam.Bagaimana mungkin tiba-tiba pria itu menyuruh dirinya menikah kembali dengan laki-laki lain ?"Maaf, Mas. Tak semudah itu aku menikah kembali. " Athira menggeleng dengan tegas."Aku butuh waktu untuk melupakan Sakit hatiku karena perbuatanmu. Aku b
Apa yang lebih indah dari rasa bebas dan merdeka? Adakah yang lebih berharga dari perasaan bahagia? Athira tersenyum saat menutup panggilan telepon dari Haifa. Wanita itu selalu gembira jika Haifa menghubunginya meski hanya untuk menanyakan kabar, meskipun kadang dirinya sedang repot seperti hari ini.Athira baru saja keluar dari pasar tradisional saat Haifa menghubunginya. Senang sekali ada seseorang yang bisa diajak berbagi dan bertukar cerita. Setelah sekian lama Shaka pergi dari hidupnya, Athira benar-benar menikmati hidup barunya.Tak ada lagi pandangan sinis Ibu mertua, suami dingin dan angkuh pun deretan kisah kelam selama bertahun-tahun menjalani mahligai pernikahannya dengan Shaka. Athira merasa terlahir kembali.Memilih melepaskan lebih baik dari pada bertahan dalam bara yang membakar. Hidup sendiri lebih membahagiakan dari pada berumah tangga berkubang duka. Athira tersenyum. Membetulkan hijabnya yang terasa gerah, be
Athira meremas jemarinya yang mendadak dingin. Apalagi saat Raka kembali menghela napas. Sepertinya pria itu ingin mengucapkan hal serius. Berkali tangan kukuhnya mengusap wajah."Mas, mau bicara apa? Bicaralah," ucap Athira berusaha memecah kekakuan yang tiba- tiba saja hadir di antara mereka. Apalagi kini mereka hanya berdua dan hanya ditemani Cira yang kembali berlari- lari mengejar kucing kecil milik Ziddan yang kebetulan main ke halaman.Raka terlihat canggung. Sungguh sulit mengatakan sesuatu yang dia simpan sendirian selama ini. Jangankan Athira bahkan Ibu dan saudara-saudaranya tidak tahu kalau....Kalau Athira lah sesungguhnya cinta pertamanya.Dulu Raka pikir setelah Athira menikah dengan Shaka, takdir tidak akan mempertemukannya kembali, apalagi setelah dia juga memutuskan untuk menikah dengan Meri. Tertutup sudah rasa untuk perempuan yang lain sendiri di keluarganya.Athira yang lembut, yang tidak banyak tingkah dan cenderung pemalu
Wajah lembut Athira tampak cantik dalam balutan baju tidur warna Salem yang tampak lembut dan serasi dengan kulitnya yang kuning Langsat. Malu- malu saat sosok kukuh di hadapannya mendekat dan perlahan duduk di sisinya. Ini adalah malam pertama mereka sah menjadi suami istri. Tanpa pacaran dan tanpa persiapan yang ribet dan menguras energi, setelah saling menyadari kalau masing- masing adalah jiwa yang dulu hadir dalam doa, Raka dengan mantap meminang Athira. Tidak seperti Meri yang ribet dan berselera wah, Athira betul- betul sosok wanita yang bersahaja, lembut dan pengertian. Tak ada yang rumit buat wanita itu, bukan semata menyadari statusnya yang sudah janda, tapi Athira merasa tak harus membuat ribet jika segalanya bisa dibuat mudah. Terpenting bagi mereka adalah restu semua fihak dan bisa segera menjadi pasangan yang halal agar bisa saling menguatkan dan menyempurnakan.
Athira tampak sedikit terkejut saat menatap wajah mantan Mama mertua nya tanpa polesan make up glamour seperti biasanya.Wajah Mama mertua tanpak layu dan letih, kedua matanya sedikit membengkak, menandakan kalau perempuan paruh baya yang selama ini selalu tampil trendi banyak menangis. Ada luka di netra matanya yang selalu memakai bulu mata palsu, dan lekat dengan tatapan jumawa yang mengintimidasi.Athira sedikit salah tingkah melirik ke arah Raka meminta persetujuan untuk menjawab panggilan video call mantan mertuanya. Atira takut Raka merasa tidak enak hati karena di hari pertama mereka sah menjadi suami istri, mantan Mama mertua tiba-tiba saja hadir mengusik kebersamaan mereka yang baru saja dimulai.Raka yang duduk di samping Athira mengangguk kecil, menandakan setuju dan memberi izin. Perlahan Athira bangkit, dia ingin menerima panggilan mantan mertuanya tidak di meja makan, takut kalau perempuan angkuh itu membuat huru- hara dan menghinanya. Athira
Tiga hari sudah. Semenjak Mama meminta Athira datang membawa Cira bertemu papanya. Angin malam berhembus lirih. Sinar lampu kristal di ruang tengah memantul lbut sinarnya menyelinap di celah pintu kamar Shaka yang sedikit redup.Entah kali keberapa Shaka mengurut pelipisnya yang terasa pening. Badannya sepertinya memang sedang tidak fit. Selera makannya terbang entah kemana. Seminggu ini beberapa hari dia tidak masuk kantor dan meminta Handi, tangan kanannya, untuk menghendel dulu sebagian tugasnya. Sesekali Shaka memeriksa laporan yang dikirim Handi via email. Shaka yang selama ini begitu ambisius seperti kehilangan banyak semangat.Tak dipungkiri kabar pernikahan Athira dengan Raka beberapa waktu lalu, sangat memukul perasaannya. Alih- alih dia bisa merebut kembali hati Athira dan memulai kembali hidup baru, kini wanita itu malah sudah resmi menjadi istri orang.Mata Shaka terpaku pada deretan anyelir dan anggrek yang berjejer rapi di halaman rumahnya. Bunga-