Share

Mengejar Cinta Jesselyn

Pagi itu Shahnaz sengaja mengantar laporannya langsung ke ruangan Brams.

"Selamat siang pak Brams." 

"Selamat siang Shahnaz," jawab Brams.

"Ini pak,aku mengantarkan laporan keuangannya."

"Ohhh silahkan masuk dan taruh di atas meja !"

Shahnaz melangkah sopan dan senyum manis menatap Brams.Shahnaz mulai salah tingkah di depan Brams.

Pena Brams sengaja disenggol oleh Shahnaz.Secara bersamaan keduanya sama-sama meraih pena tersebut.

Tangan Brams memegang tangan Shahnaz secara tidak sengaja.

"Maaf Shahnaz,"ucap  Brams.

"He he  enggak apa-apa pak,"jawab  Shahnaz.

"Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini," bathin Brams.

"Brams menarik tangan Shahnaz,sekaligus merangkul pinggangnya."

Muka Shahnaz saat itu juga berubah menjadi merah.

"Pak Brams?"

"Shahnaz,kamu tidak usah bohong.Kamu juga pasti suka kan?"Brams mengangkat dagu Shahnaz.

"Benarkan  apa yang aku katakan?"

"Jawab Shahnaz! Kamu tidak usah malu."

"Iya pak Brams, semenjak jumpa pertama kali dengan pak Brams aku sudah menaruh hati. "

Tanpa melewati kesempatan, Brams mencium Shahnaz dengan sedikit hasrat.

"Pak Brams, sudah pak!" Nanti ada orang yang datang.

"Kamu tenang aja Shahnaz,"tidak akan ada yang berani datang tanpa permisi dulu. 

Brams semakin menjadi-jadi. Kesunyiannya selama ini  kini berganti semangat.

Baju keduanya kerlihat kusut.Brams dan Shahnaz sama-sama merapikan kembali pakaian masing-masing.

"Pak Brams, aku kembali ke ruangan dulu." ucap Shahnaz.

"Iya Shahnaz," jawab Brams.

Saat di dalam ruang kerja, Shahnaz mengambil kaca dari dalam tasnya.

Mata Shahnaz melotot,dia melihat ada cap merah di lehernya.

" Ya ampun, bagaimana ini?"

Shahnaz mengambil alas bedak dan mengoleskannya agar cap tersebut kelihatan seperti kulitnya.

Shahnaz bahagia sekali,dia seperti ketiban bintang saat itu.

Brams duduk kembali ke kursi kerjanya.

"Maaf Shahnaz, aku tidak seutuhnya cinta pada kamu," bathin Brams.

"Kringgg,"

Brams melihat ada panggilan dari Jesselyn.

"Bidadari cantikku" ucap Brams.

"Hallo,"

"Hallo Brams,"kamu lagi ngapain?

"Hai Jesselyn,"biasalah aku lagi kerja nih.

"Kapan kamu bisa datang lagi ke Singapore?"

"Memangnya aku boleh datang ke tempat kamu?"

"Brams, kapan saja kamu mau pintu rumahku akan terbuka untuk kamu."

"Bagaimana dengan pintu hatimu, apakah terbuka untukku?"

Jesselyn terkejut,dia tidak menyangka kalau Brams berkata demikian.

"Brams, kamu kenapa berkata begitu?"

"Ya enggak salah kan, lagian kamu juga belum jadi status istri orang lain."

"Brams, kalau kamu serius datanglah!"

"Kamu yakin berkata demikian Jesselyn?"

"Iya Brams, aku ingin lihat seberapa serius kamu bicara."

"Oke oke minggu depan aku akan datang membuktikan semuanya pada kamu."

"Yakin?"

"Pasti Jesselyn," jawab Brams.

"Ditunggu ya!"

"Oke, so pasti."

Setelah menutup telepon, Jesselyn terlihat bahagia. Dia yakin kalau Brams lelaki yang akan menjadi pilihannya.

"Sorry Peter, mulai saat ini kamu bukan lagi pilihanku," bathin Jesselyn.

"Aku lebih baik bilang sama papa agar aku menikah dengan Brams,"ucap Jesselyn.

Shahnaz yang merasa sudah seratus persen dicintai Brams dan curhat pada ibunya.

"Ibu, berkat saran ibu Brams sudah jadi pacar Shahnaz bu."

"Benarkah Shahnaz?"

"Iya bu, sebentar lagi kita akan menjadi bagian dari keluarga darah biru."

"Hebat, kamu hebat Shahnaz." Dengan mudahnya kamu bisa mendapatkan Brams.

"Siapa dulu dong,"itukan berkat saran ibu juga.

"Shahnaz, itu semua demi kebahagiaan kamu sayang," ucap Ibunya.

Malam sebelum tidur, ada banyak rencana yang ingin di jalankan oleh Shahnaz demi mendapatkan Brams.

"Aku akan nekat agar Brams lebih cepat untuk menikah denganku."bathin Shahnaz.

"Dengan demikian,harta kekayaan Brams akan jadi milikku juga." ucap Shahnaz.

Sebentar  lagi aku tidak akan capek lagi untuk bekerja setiap hari.Dengan gepokan uang yang akan aku miliki,semuanya akan bisa didapatkan. Khayalan Shahnaz semakin tinggi.

"Ohhh sayangku, rasanya aku ingin cepat-cepat mendapatkan hari esok untuk kembali berjumpa denganmu."ucap Shahnaz.

"Oh Brams,"ucap Jesselyn sambil rebahan terbayang wajah Brams.

"Rasanya aku tidak sanggup menunggu waktu seminggu untuk berjumpa denganmu,"bathin Jesselyn.

"Kenapa aku baru sekarang bisa kenal dengan kamu Brams?" Coba dari dulu kita saling kenal, mungkin sekarang kamu sudah jadi suamiku."

Dalam waktu yang sama, Jesselyn dan Shahnaz sama-sama mengharapkan Brams untuk jadi pendamping mereka.

"Jesselyn," terdengar pak Hadi memanggil.

"Iya pa," jawab Jesselyn.

"Kamu kesini sebentar sayang!"

Jesselyn keluar dari kamar dan datang ke ruang tamu.

"Ada apa pa?" tanya Jesselyn.

"Jesselyn, apa kamu sudah yakin tidak ingin lagi menikah dengan Peter?"

"Iya pa,aku bahkan ingin cepat-cepat menikah dengan Brams."

"Apakah kamu yakin Brams mau sama kamu?"

"Yakin pa, bahkan minggu depan dia akan datang kesini."

"Papa,aku ingin Brams jadi suamiku."

"Iya Jesselyn,kalau memang Brams mau datang kemari papa akan bicara langsung pada dia."

"Papa, apa Brams masih punya orangtua?" 

"Kedua orangtua Brams sudah meninggal setahun yang lalu. Sekarang semua harta orangtuanya jatuh pada Brams."jawab papanya.

"Apa mereka kaya raya pa? 

"Iya Jesselyn, mereka turunan darah biru dan terkenal di Jakarta. "

"Wow,"

Jesselyn terpukau dengan ucapan papanya.

" Jesselyn, kalau memang benar Brams suka sama kamu, itu berarti kamu sangat beruntung." Kata papanya.Secara materi Brams jauh lebih unggul daripada Peter dalam segala hal. 

"Tapi?"

"Tapi apa Jesselyn?"

"Tapi kalau Brams setuju, aku akan memilih untuk tetap tinggal di Singapore."

"Kenapa Jesselyn?"

"Rasanya aku tidak mampu melepaskan pekerjaanku pa." Aku telah lama memegangnya.

"Jesselyn,itu adalah kesepakatan antara kamu dan Brams."Selagi dia ijin, apa salahnya kamu tinggal disini.

"Iya pa, Jesselyn akan berusaha nanti untuk merayunya."

"Ya sudah, papa mau istirahat dulu."

"Baiklah pa, Jesselyn juga seharian sudah capek dan ingin cepat istirahat."

 Jesselyn kembali masuk ke dalam kamar

"Kringgg,"

Suara handpone Jesselyn berbunyi, Jesselyn mengira kalau itu adalah Brams.

Tanpa melihat panggilannya, Jesselyn langsung mengangkatnya.

"Hallo Tampan,"

"Hallo honey," jawab Peter.

Jesselyn terkejut dan sadar kalau yang menghubunginya adalah Peter.

"Akhhh ternyata Peter,"  bathin Jesselyn.

"Kamu apa kabar Jesselyn?"

"Baik Peter," jawab Jesselyn cuek.

"Jesselyn, kamu kenapa?" Sepertinya kamu terdengar cuek.

"Hahhhh, aku lagi tidak enak badan Peter."

"Kamu harus jaga kesehatan dong, sebulan lagi kita kan mau menikah."

"Peter, sepertinya kita akan batal menikah."

"Kamu kenapa berkata begitu Jesselyn?"

"Peter, aku rasa diantara kita tidak ada kecocokan.Aku telah berpikir lebih baik mengatakannya sekarang daripada setelah menikah nanti." 

Peter semakin bingung,dia merasa Jesselyn bercanda.

"Kamu enggak lagi bercanda kan Jesselyn?"

"Tidak Peter,"aku serius mengatakannya. 

Peter terlihat semakin penasaran dengan ucapan Jesselyn, Peter tidak yakin kenapa secepat Itu Jesselyn bisa berubah.

"Paling tidak aku sudah lebih lega sekarang," bathin Jesselyn.

Jesselyn berencana akan menghubungi Peter lagi, Dia juga akan mengatakan kalau dia akan menikah dengan lelaki pilihannya.

"Apa yang terjadi pada Jesselyn ya? " Ucap Peter.

"Aku akan pergi ke Singapore hari Minggu depan untuk membuktikan kejelasannya." Kata Peter sambil menggelangkan kepalanya.

"Kringgg,"

Telepon kantor yang ada di meja Brams berbunyi.

"Hallo,"

"Iya Hallo," Brams ini aku pak Hadi.

"Oh pak Hadi," ada keperluan apa pak? "

"Kata putriku Jesselyn pak Brams mau datang ke Singapore ya?"

Brams sontak terkejut, dia seakan tidak percaya kalau Jesselyn sudah mengatakan semuanya pada Pak Hadi.

"Iya pak, rencananya nanti siang aku akan berangkat."

"Kalau memang demikian,kami akan menunggu bapak di Bandara."

"Tidak usah repot-repot pak Hadi,"Akukan bisa naik taxi.

"Pak Brams jangan berkata begitu,satu kehormatan bagi keluarga kami bila pak Brams bersedia datang."

"Akh pak Hadi terlalu berlebihan,bapak jangan berkata demikian."

"Ha..ha..ha,"kami akan menunggu kedatangan pak Brams di Bandara.

"Oke pak Hadi,nanti siang aku pasti berangkat."

Brams keluar ruangan untuk mencari pak Langkahnya sedikit lebih cepat karena ingin memburu waktu.

"Pak Budi!"

"Iya pak,"jawab pak Budi.

"Nanti siang bapak antar aku ke Bandara ya!"

"Oh iya,siap pak."

Shahnaz kebetulan lewat,dia mendengar ucapan Brams.Raut wajah jengkel dibalut cemburu sangat terlihat jelas di muka Shahnaz.Kaki Shahnaz melangkah ke ruangan Brams.

"Pak Brams,tadi aku dengar pak Brams mau diantar ke Bandara.Memangnya pak Brams mau kemana?"

"Shahnaz,aku mau ke Singapore." 

"Kunjungan kerja pak?"

"Tidak, hanya kunjungan rekan kerja."

Muka kusut dari Shahnaz terlihat,dia kecewa dengan ucapan Brams.

"Pak Brams sendirian?"

"Iya Shahnaz,"memangnya  kenapa?

"T_tidak apa-apa pak,"jawab  Shahnaz kecut.

Brams melihat dan mengerti dengan Shahnaz.Tapi hati Brams lebih memilih Jesselyn dari pada Shahnaz.

"Oke Shahnaz aku mau pulang dulu, aku ingin berkemas dan berangkat ke Singapore."

"Iya pak,"jawab  Shahnaz dengan kesal.

"Andai saja pak Brams mengajak aku kesana," bathin Shahnaz.

Shahnaz keluar dari ruangan Pak Budi dan kembali ke ruang kerjanya.

Di rumah pak Hadi, ketiganya sedang bersiap-siap untuk berangkat ke Bandara menyambut kedatangan Brams.

"Jesselyn!" 

"Iya pa," jawab Jesselyn.

"Kamu sudah siap?"

"Iya pa,aku sudah siap kok."

"Papa dan mama tunggu kamu diluar ya !"

"Oke pa," jawab Jesselyn.

Dengan balutan busana yang glamour, Jesselyn keluar laksana bidadari yang turun dari khayangan.

"Ayo pa kita berangkat!"

 Jesselyn dan kedua orangtuanya berangkat ke Bandara.

"Jesselyn,papa harap nanti kamu bisa membuat Brams semakin suka pada kamu."

"Iya pa, Jesselyn paham dengan semuanya."

Mobil telah sampai ke Bandara, Jesselyn turun dan menunggu kedatangan Brams.

Sebuah pesawat telah tiba dan mendarat.

"Pa, mungkin itu pesawat yang ditumpangi Brams."

"Mungkin saja Jesselyn," jawab papanya.

"Aku sudah tidak sabaran pa," ucap Jesselyn.

"Iya sayang, sebentar lagi Brams bakal sampai kok."

Jesselyn melihat para penumpang yang baru datang.Matanya melihat orang yang keluar satu persatu.

"Pa,itukan Brams?"

"Oh iya benar-benar,"ucap Pak Hadi.

"Ayo kita sambut dia pa !"

Jesselyn dan kedua orangtuanya menyambut kedatangan Brams.

"Hai Brams," tegur Jesselyn.

"Hai Jesselyn,jawab Brams.

Brams berpelukan dengan Jesselyn dan kedua orangtuanya.

"Ayo pak Brams,kita langsung ke mobil aja!"

"Iya pak," jawab Brams.

Selama diperjalanan pak Hadi dan Brams terlihat kompak dalam bicara bisnis.Sesekali Jesselyn mengikuti alur pembicaraan keduanya.

Tidak berapa lama mobilpun telah sampai di rumah.

"Oke pak Brams,kita sudah sampai.Ayo kita masuk!" Semuanya melangkah masuk kedalam rumah Hadi.

"Silahkan pak Brams,anggap saja seperti rumah sendiri."

"Iya pak Hadi,jawab Brams.

Semua duduk di sofa ruang tamu,Jesselyn langsung mengambil minuman untuk mereka.

"Pak Brams, bagaimana kondisi perusahaan bapak saat ini ?"

"Perusahaan sampai saat ini masih lancar dan aman pak," jawab Brams.

"Syukurlah,"ucap Pak Hadi.

"Apa pak Brams sudah berkeluarga ?" Tanya bu Rebecca pura-pura tidak tahu.

"Belum bu,sampai saat ini aku masih sendiri."

"Kapan lagi pak Brams, apalagi yang mau ditunggu ?"

"Calonnya belum ada bu," jawab Brams.

Pak Hadi dan Rebecca saling berpandangan.Keduanya yakin kalau rencana Jesselyn akan berhasil.

"Ayo silahkan diminum," kata Jesselyn datang membawa minuman.

"Ayo pak Brams!" 

"Iya pak Hadi," jawab Brams.

Setengah jam kemudian Rebecca melihat jam tangannya.

"Jesselyn, kamu temani Brams dulu."

"Pak Hadi mau kemana?" Tanya Brams.

"Kami mau keluar sebentar kerumah teman, sebentar aja kok." 

"Oh baiklah pak," jawab Brams.

Keduanya meninggalkan Brams dan Jesselyn berdua.

Satu kesempatan yang bagus bagi Jesselyn bisa berdua dengan lelaki pujaannya.

"Jesselyn, bagaimana dengan rencana pernikahan kamu?"

"Apakah kamu sudah menyusun acaranya?"

Hahhhh, Jesselyn menghela napas yang panjang.

"Brams kemungkinan pernikahan kami akan batal."

"Kenapa?" tanya Brams.

"Aku rasa kecocokan diantara kami sudah tidak ada Brams." Menurutku lebih baik dibatalkan sekarang daripada menyesal setelah menikah.

"Wahh, berarti rencanaku tepat sasaran," bathin Brams.

"Lantas, bagaimana rencana kamu kedepannya ?"

"Itulah sekarang yang jadi masalah dalam pikiranku," ucap Jesselyn.

" Masalah apa Jesselyn ?"

"Masalah siapa yang jadi penggantinya Brams,"

"Ini kesempatan buat kamu Brams,"bathin Brams.

"Jesselyn, seandainya aku yang jadi penggantinya apa kamu mau Jesselyn?"

Kulit wajah Jesselyn terlihat memerah.Jantungnya dag dig dug mendengar ucapan Brams.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status