Aku bangun lama hari ini, mungkin efek karena tadi malam aku bergadang hampir semalaman. Ternyata menggangu om Aska itu sangat menyenangkan ya, hehehe. Lain kali aku coba lagi deh mengganggunya.
Dengan sedikit tergesa-gesa aku menuruni anak tangga, tujuanku sekarang adalah dapur. Aku sangat lapar sekarang, dasar pria tua kenapa dia tidak membangunkanku dari tadi sih.
Aku melihat ke arah lemari makanan, bersyukur karena dia menyisakan sepiring nasi goreng di sana. Mungkin ini untukku karena tidak ada orang lainkan di rumah ini.
Dengan lahap aku makan nasi goreng itu, terasa sangat enak begitu suapan pertama masuk ke dalam mulutku. Sepertinya nanti aku harus belajar masak padanya. Aku juga ingin pintar memasak, karena selama ini aku hanya bisa menggoreng telur ceplok dan masak mie instan, sangat tak pantas untuk di banggakan.
Akhirnya aku siap dengan sarapanku yang sedikit terlambat ini. Setelah siap mencuci piring bekas makanku, aku mengambil b
Beberapa minggu sudah terlewat, kini hubunganku dengan om Aska semakin membaik. Dan dia juga mulai membuka diri padaku.Tidak banyak yang ku lakukan bersamanya, lggipula dia juga setiap harinya kerja di perusahaan milik papanya, yang sekarang juga sudah jadi papaku.Setiap hari sambil menunggunya pulang aku hanya bisa menonton film di laptop milikku sendiri.Aku ingat waktu itu aku datang ke rumah masih dengan perasaan kesal, merasa kalau mama dan papa itu egois, tidak memikirkan perasaanku.Walau sekarang aku juga masih kesal aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin ini sudah takdir dari yang kuasa, aku juga bisa apa?Sekarang aku mulai menerima pernikahan ini dengan lapang hati, tapi aku tidak tahu kalau dengan om Aska. Walaupun hubungan kami sudah membaik dia juga sepertinya tidak tertarik padaku. Itu merupakan keuntungan bagiku, karena akan merepotkan kalau sampai dia suka padaku.Kalau seandainya aku ya
Hari ini adalah hari minggu, hore aku bisa berteriak senang hari ini. Aku menyibak gorden kamarku, seketika cahaya-cahaya lembut dari matahari pagi langsung menerobos masuk ke dalam kamar. Udara segar langsung kuhirup dalam-dalam begitu jendelanya ku buka. Ah, hari ini sangat cerah sekali.Setelah membereskan tempat tidur aku langsung bergegas mandi. Kalian harus tahu, aku sangat tidak suka menunda-nunda waktu mandi. Tidak butuh waktu yang lama bagiku untuk mandi. Ini masih pagi, kalau aku mandi lama-lama bisa mati karena kedinginan nanti. Wkwkwk.Siap berpakaian, hari ini aku memakai setelan training hitam dan t-shirt berwarna abu-abu, rencananya sih aku ingin mengajak om Aska joging bareng, ya walaupun udah agak siangan gak apa deh. Daripada di rumah terus aku bosen, kebetulan hari ini kan om Aska kan libur juga, iya kali dia hari minggu pergi ngantor.Ok, setelah berpakaian aku langsung turun ke bawah, perutku sudah minta jatah dari tadi. Sesampai
Dengan tergesa aku mengambil HP ku yang berbunyi, aku tahu ini. Ini pasti bunyi alarm yang sudah ku setel tadi malam. Dengan cepat ku matikan alarm itu, sangat berisik.Aku duduk sambil menyandar di kepala tempat tidur, mengumpulkan nyawaku yang masih setengah tersadar.Mataku mengarah ke seluruh sudut ruangan, tidak ada. Si pria tua itu sudah tidak ada di dalam kamar. Ah, mungkin dia sudah bangun duluan.Setelah kurasa tubuhku sudah mendingan di ajak utntuk beraktifitas akupun langsung beranjak ke kamar mandi.Hah, rasanya sangat segar mandi pagi-pagi begini. Siap dengan acara mandi pagi aku langsung mengenakan pakaian yang sudah di tentukan untuk mengikuti OSPEK di kampus.Baju kemeja putih, rok hitam panjang selutut. Hah aku bersyukur tidak di suruh pakai yang aneh-aneh seperti masa-masa MOS di SMA dulu.Aku masih berdiri di depan cermin, sedikit mengernyitkan dahi. Merasa ada yang kurang dari apaa yang ku pakai. Tapi apa? Aku
Sesampainya di rumahku, langit sudah gelap dengan sempurna. Ternyata memakan waktu yang lumayan juga ya pulang ke rumah."Makasih ya Nad." Aku sedikit berteriak sambil melambaikan tangan pada Nadia yang sudah beranjak pergi dari rumahku.Tidak ada jawaban, tentu dia sudah melaju dengan cepat. Dasar.Aku masih memperhatikan mobil Nadia smapia menghilang di tikungan jalan. Setelah puas melihat Nadia pergi, aku baru masuk ke dalam rumah.Ah, rasanya badanku sudah minta di baringkan saja. Aku ingin segera tidur di kasurku yang empuk.Begitu aku buka pintu Bik Inah langsung menghampiriku. Masih dengan senyum hangatnya, aku rasa Bik Inah ini selain suka memasak, dia juga suka menebarkan senyumnya ini. Untung dia sudah berumur, apa jadinya kalau dia masih muda. Bisa-bisa Om Aska suka pula dengannya.Hei Yara, kau kenapa terus-terus mengingatnya sih?Aku rasa otakku sudah terdoktrin dengannya."Haduh kok lama ba
Aku duduk lemas di bangku, sambil membiarkan Bik Inah menyiapkan sarapan untukku."Non yakin bakalan ikutan OSPEK hari ini?" tanya Bik inah."Yakin-yakin aja sih Bik, kan Yara udah sehat." Aku tersenyum manis padanya. Aku sudah merasa mendingan dari tadi malam. Bersyukur karena aku sakit tidak berlama-lama. Ya, walaupun masih agak sedikit pusing."Nanti kalau Non sakit di sana gimana?" Bik Inah memasang wajah cemas."Kan ada anggota PMR nya Bik." Aku mulai menyantap sarapan pagi ku. "Bibik gak usah khawatir, Yara kan kuat.""Kuat darimananya, baru begitu aja udah sakit," seru Om Aska yang tiba-tiba duduk si sampingku. Wakahnya itu, kenapa seolah-olah mengejekku?"Heboh banget sih." Aku menggeser bangku agar sedikit menjauh darinya. Aku tidak tahu, jantungku tiba-tiba saja berdetak cepat lagi hanya berdekatan dengannya."Terserahmu kalau begitu, aku tidak mau bersusah payah merawatmu lagi nanti kalau kau sakit," dia menatap
Sama seperti semalam, hari ini aku juga pulang saat matahari sudah tenggelam di ufuk barat.Untungnya hari ini tidak terlalu melelahkan, kami hanya berkeliling sebentar melihat kampus, lalu para panitia mengajak kami melihat gedung fakultas yang akan kami gunakan untuk kuliah nantinya.Bosan? Ya jelaslah, tapi untung saja aku sudah punya teman yang di ajak bicara. Si Fanie, aku sudah ingat namanya. Hehehehe.Aku berguling-guling di lantai mencari bagian yang dingin dari lantai keramik ini. Kenapa rasanya sangat panas begini sih?Aku melirik sekilas pada AC yang terpasang di atas dinding, hidup. Bahkan angka di layar itu sudah menunjukkan pada angka 17°C.Biasanya aku sudah merasa cukup dingin.Pikiranku teralih saat pintu kamar terbuka, dan langsung terlihat sosok Om Aska memasuki kamar dengan wajah tripleksnya itu.Untuk sesaat pandangan kami sempat beradu satu sama lain, tapi dengan cepat dia langsung memutuska
"Om mampir bentar ya nanti di depan!" kataku saat Om Aska mulai menghidupkan mesin mobil."Depan mana?" tanyanya datar."Depan situ om!""Ngomong tuh yang jelas dong! Gak usah setengah-setengah kayak gitu, tunjuk gitu biar lebih jelas," dia ini kenapa senang sekali sih mengomeliku?Kali ini aku benar, dia sudah mirip sekali dengan ibu-ibu cerewet."Minimarket depan situ om!" Aku menunjuk ke arah minimarket yang letaknya di ujung jalan sana. "Ada yang mau aku beli, lagi butuh bangettt." Aku cengar-cengir di depan wajahnya."Ya ya ya," timpalnya dengan nada seperti mengejekku. Kalau ku pukul dia, dosa gak ya? Aku kesal sekali, baru saja tadi dia bersikap manis padaku. Ternyata sikap manisnya itu tidak tahan lama-lama ya. Dan lagi lumayan langka ternyata. Huh.Kami sampai di minimarket yang ku tunjuk tadi padanya, begitu sampai aku langsung turun tanpa mengatakan apapun.Beberapa langkah lagi aku akan sampai di pintu masuk,
"Ini beli di mana non? Kok enak gini ya rasanya," tanya Bik Inah yang duduk di seberangku, dia tampak begitu menikmati sate yang ku beli bersama Om Aska tadi.Karena moodku yang berubah jadi buruk, aku langsung menawari Bik Inah makan sate miliknya Om Aska. Karena di saat-saat seperti ini aku tidak akan sanggup makan dua bungkus sekaligus."Hehehe, bibi suka ya?" tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaan dari Bik Inah."Iya non." Bik Inah tertawa pelan."Yaudah, kalau nanti Yara keluar lagi. Nanti Yara belikan, khusus buat Bik Inah," tawarku yang langsung mendapat jempol dua oleh Bik Inah."Eh tuan Aska mana non?" tanya Bik Inah kemudian."Bukannya tadi non keluar barengan sama ya?" lanjutnya lagi."Emmm itu." Aku bingung mau jawab apa."Itu Om Aska tiba-tiba mules, jadi langsung naik ke atas," jawabku yang tentunya seratus persen hoax alias bohong."Ooooo gitu, mau bibi beliin obat?" tawar Bik Inah yang menganggap serius