Awan begitu tebal dan gelap menutupi seluruh cahaya matahari yang akan menyinari sebuah wilayah yang tandus. Tanah begitu kering, banyak pepohonan yang mati berjajaran di mana-mana. Kesan menyeramkan sudah jelas akan dirasakan oleh siapa pun yang melihat wilayah ini.
Kesan menyeramkan itu pun bertambah dengan adanya ratusan mayat yang berserakan. Darah setiap mayat seolah membasahi tanah yang kering ini. Menyesakkan hidung, bau amisnya mencemari udara.
Pertempuran besar baru saja terjadi di sini. Kini puluhan orang sedang berdiri tegak, mengepung seorang pria yang nampak sudah tak berdaya. Empat orang berdiri paling depan sedang memimpin pengepungan ini. Wajah mereka semua nampak lelah. Namun, di dalam hati mereka terselip kepuasan karena sudah berhasil memenangkan pertempuran ini.
Pria yang sedang terkepung itu hanya bisa duduk bersandar pada sebuah batu. Dia membalas tatapan dari puluhan orang yang sudah mengepungnya tanpa rasa takut sedikit pun.
Hampir semua badannya bersimbah darah karena luka. Tangan sebelah kirinya sudah putus. Hampir semua organ dalam tubuhnya sudah hancur karena sebuah pedang berwarna perak yang kini tertancap di perutnya. Tak sampai di situ, bahkan di mulutnya pun darah tak henti hentinya menetes, jatuh membasahi tanah yang kering di bawahnya.
Namun, tangan kanannya masih menggenggam erat sebuah pedang berwarna hitam. Tidak ada tanda-tanda dia akan melepaskan pedangnya. Terus menggenggamnya dengan tenaga yang tersisa seolah-olah dia masih sanggup bertarung melawan puluhan orang yang sudah mengepungnya itu.
"Sekarang sudah selesai, Allein. Kau tidak bisa lari lagi!" Dengan Wajah penuh keangkuhan seorang pria pun berbicara. Dia merupakan salah satu dari empat orang yang memimpin pengepungan ini.
"Itu benar, Clive. Bahkan lihatlah darah terus menetes dari mulut sang penyihir hitam terkuat di benua ini. Ini menandakan racun yang sudah kubuat bersama dengan para alchemist kerajaan berhasil hahaha." Seorang wanita yang berdiri di samping Clive pun ikut menjawab.
"Itu benar, Alice! Racunmu mengerikan juga. Cihh! ini ternyata sudah selesai. Ayo, Clive. Cepat bunuh dia dan biarkan mayatnya membusuk disini." Kini giliran seorang pria berbadan besar yang berada tepat di samping Clive dan Alice ikut menjawab.
"Oy! Jack. Setelah pertempuran melelahkan ini aku merasa lapar sebaiknya kau mentraktirku makanan!" Dengan suara yang ketus seorang wanita elf yang berdiri bersama ketiga orang itu pun ikut berbicara.
"Baiklah, Myra. Aku yang akan mentraktirmu nanti. Namun, tunggu dulu. Kita akan membiarkan racunku yang membunuhnya secara perlahan lahan. Kita semua akan menikmati penderitaan dari sang penyihir hitam hahaha.'' Alice pun menyela pernyataan wanita bertelinga runcing itu diikuti dengan senyuman lembut di bibirnya.
Setelah mendengarkan ucapan Alice barusan, puluhan orang yang berdiri di belakang mereka berempat pun merasa takut dengan kesadisan Alice. Mereka secara alami mulai membayangkan bagaimana seandainya jika merekalah yang terkena racun itu.
Allein yang sudah sekarat sebenarnya masih bisa mendengar ucapan dari keempat orang itu. Sakit hati, itulah yang Allein rasakan setelah dia mendengarnya. Bagaimana tidak, satu tahun yang lalu keempat orang tersebut adalah mantan rekannya yang tergabung ke dalam lima pahlawan benua Skoupidia. Kelima pahlawan yang dibentuk oleh aliansi antar kerajaan dan antar ras yang ada di benua ini, sebuah aliansi yang bertujuan untuk mengalahkan ras iblis dan memerdekakan semua ras yang dijajah oleh ras iblis.
Bahkan jika Allein memikirkannya kembali selama perang itu dia mengambil peran yang sangat besar untuk kemenangan pihak aliansi, dia juga selalu melindungi keempat mantan rekannya itu dari serangan ras iblis. Kekuatan sihir hitam milik Allein membuatnya menjadi manusia yang dihormati dan ditakuti saat itu karena setelah Allein membunuh musuhnya dia bisa menjadikan musuhnya menjadi pasukan mayat hidup atau bisa juga disebut undead.
Dia bisa mengontrol dan memperbudak mayat musuhnya dengan sempurna. Kekuatan musuhnya sebelum dan setelah jadi undead tidak banyak berubah bahkan bisa cenderung lebih kuat. Tidak hanya itu kemampuan berpedangnya juga sangat mengagumkan, dengan kemampuan yang hebat antara sihir dan pedang membuat Allein berkontribusi sangat besar untuk kemenangan telak pihak aliansi.
Hampir semua ras di benua ini tahu siapa itu Allein. Kekuatan dan kontribusinya selama perang melawan ras iblis membuat namanya menggema ke seluruh penjuru benua. Namun, saat ini situasi Allein sudah sangat menyedihkan, sang penyihir hitam terkuat di Benua Skoupidia itu sekarang sedang diujung tanduk.
"Sialan, apa aku mulai merasakan penyesalan. Keputusanku meninggalkan kedua sahabatku lima tahun yang lalu untuk bergabung dengan aliansi pada akhirnya hanya menghasilkan kondisi yang menyedihkan seperti ini.'' Allein yang kini sudah sekarat hanya bisa berbicara dalam hatinya.
"Sudah lama kita tidak bertemu, Walter, Grace, Luna, sudah lama aku merindukan kalian. Kini aku tidak bisa mengucapkan permintaan maafku terutama untuk Walter dan Grace, setelah menghilangnya Luna karena ulah ras iblis aku meninggalkan kalian berdua. Aku terlalu terobsesi mencari Luna serta berharap dia masih hidup dan mengabaikan saran kalian berdua."
"Dan lucunya sampai detik ini aku pun masih berharap bahwa Luna masih hidup. Maaf, maafkan aku, kita tidak bisa bertemu lagi. Kita berempat tidak akan bisa berkumpul lagi."
Gbrruuukk!
Tiba-tiba seseorang muncul dari langit dan mendarat tepat di depan puluhan orang tersebut seolah-olah akan menghalangi mereka semua untuk membunuh Allein. Sontak kejadian itu pun membuat puluhan orang yang sedang berdiri itu kaget. Tetapi, Allein tidak bisa melihatnya dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi karena kini penglihatannya sudah sangat kabur.
"Ah, siapa itu? Tampaknya ada seseorang yang datang, aku tak bisa melihatnya dengan jelas. Apakah mungkin ini halusinasi sebelum mati?''
"Haha sekarang tidak ada yang bisa kulakukan lagi, hidupku terasa sangat melelahkan. Kuharap jika semua kejadian pahit yang menimpaku ini mimpi, setelah ini aku akan terbangun di atas tempat tidurku yang nyaman." Tepat setelah ucapan yang penuh keputusasaan dalam hatinya tersebut berakhir, penglihatannya kini berubah menjadi gelap sepenuhnya.
Allein pun akhirnya mati di tempat tandus dan sangat menyeramkan ini dengan membawa penyesalan yang besar dihatinya. Namun, tidak pernah sekali pun terpikirkan di benaknya bahwa kematiannya hari ini akan membawa perubahan yang sangat besar bagi kehidupan semua ras yang ada di Benua Skoupidia.
Hari mulai sore, angin berhembus kencang dari utara. Suara raungan puluhan monster terdengar silih berganti membuat pulau yang sangat luas ini terkesan mengerikan. Pertarungan para monster terus terjadi hampir setiap hari, dengan alasan berebut wilayah atau hanya karena berebut makanan.Ada sesuatu yang menarik di bagian utara pulau ini. Di area pantai sebelah utara itu ada seorang manusia yang sepertinya baru saja terdampar. Tampaknya itu adalah seorang anak laki-laki yang kira-kira berumur dua belas tahun. Wajahnya menyiratkan kesedihan, dia terbaring tepat di pinggir pantai bersama dengan perahu nya yang sudah hancur.Kondisinya sangat menghawatirkan, pakaiannya compang camping serta dalam kondisi basah karena air laut. Anak laki-laki itu juga sepertinya sudah tidak bisa bergerak dari posisinya saat ini, selain penampilannya yang sangat menghawatirkan dia juga sedang menahan rasa sakit di bagian dalam tubuhnya."Berisik sekali! suara monster terdengar dari ma
Seolah mendapatkan tujuan baru, Allein pun mulai melangkahkan kakinya menuju area dalam pulau. Masuk kedalam hutan yang ditinggali para monster dan meninggalkan pantai yang menjadi saksi kebangkitannya. Dia optimis bisa dengan cepat meningkatkan kekuatannya, mengingat tipe kekuatannya sama seperti di kehidupannya dulu yakni sihir hitam. Allein pernah menjadi penyihir hitam terkuat. Kini dengan pengetahuan dan pengalamannya, dia optimis tak butuh waktu yang lama untuknya meraih kembali puncak kekuatan tertingginya lagi. Allein pun terus berjalan memasuki area hutan ini semakin dalam. Tetapi dalam pikirannya masih banyak pertanyaan mengenai sihir hitam yang mana itu sangat menganggunya dan menyebabkan dia berjalan sambil terus merenung. "Terlalu jahat jika kubilang ini keberuntunganku, karena aku hidup kembali dengan tubuh yang cocok dengan sihir hitam. Allein Springtopia sangat menderita, dia terlalu awam terhadap sihir hitam sehingga dia tidak bisa mengontrol
Rooooarrr roaaaarrr! "Ah sial, berisik sekali monster sialan!'' teriak Allein yang terbangun dari tidurnya dengan wajah yang kusut. Suara para monster di pagi hari ini memang sangat berisik, terlebih lagi suara tersebut terdengar dari berbagai arah seolah sedang bersahutan. Setelah terbangun dengan cara yang tidak nyaman, ekspresi Allein kini langsung tiba-tiba berubah menjadi waspada. Dia menyadari ada monster yang sedang mengawasinya dari balik pohon yang tak jauh dari tempatnya. "Keluarlah!" Allein berseru. "Grrr grrrr." Benar saja kini sesosok ogre hijau tinggi besar muncul dari balik pohon, matanya tajam memandangi Allein seolah-olah makanan untuk sarapannya pagi hari ini. Sebuah pedang yang terbuat dari tulang monster pun tergenggam di tangan kanannya. "Ini akan merepotkan." Setelah melihat ogre hijau itu Allein pun langsung berdiri dan mundur beberapa langkah. Dia sadar ogre tersebut sedang dalam keadaan lapar, menurut pengalama
Hari sudah semakin menjelang siang, matahari yang bersinar itu kini tepat berada di atas kepala Allein. Meskipun ini area hutan dengan pohon yang rindang tapi tetap saja cuaca terasa sangat panas. Tetapi itu tidak menghentikan perjalannya, dia terus berjalan mengabaikan teriknya cahaya matahari. Setelah menyerap energi kehidupan milik ogre hijau tadi, staminanya bertambah lumayan besar. Allein merasakan dengan jelas perubahan stamina di tubuh barunya itu, sekarang dia juga lebih percaya diri apabila harus berhadapan melawan ogre hijau lagi. Bruuussh bruuussh! Tiba-tiba suara terdengar, Allein yang sedang berjalan pun langsung mencari sumber suara tersebut. Tak lama setelah beberapa langkah dia berjalan menuju sumber suara itu, ternyata ada sebuah sungai dangkal yang penuh dengan bebatuan. Sepertinya beberapa kelinci bertanduk putih sedang meminum air di sungai. Melihat kedatangan Allein sontak saja membuat para kelinci itu waspada. Kini hampir semuany
Allein kini sedang fokus, matanya terus memandangi setiap bagian dari pedang perak yang mengkilap dan terlihat sangat mewah itu. Berat dan panjang dari pedang itu sangatlah proporsional, setidaknya itulah yang di rasakan Allein saat menggenggamnya.Dia langsung menyadari jika ini adalah pedang yang berkualitas. "Siapa manusia yang sudah jadi kerangka ini?" Allein merasakan kebingungan sambil menatap kerangka manusia tersebut dengan penuh rasa penasaran.''Aku tahu bahwa bukan orang sembarangan yang bisa mempunyai pedang seperti ini. Kualitas pedang ini hampir sama dengan kualitas pedang buatan para dwarf untuk para ksatria di aliansi pada saat perang melawan iblis dulu.''Rasa penasaran kini terus mengisi kepalanya. Pedang perak yang kini di genggamnya, identitas tengkorak manusia dan apa itu ksatria suci, semuanya menjadi tanda tanya untuk Allein.''Haaaaahh, akan kucari tahu nanti saja ketika aku sudah kembali ke benua Skoupidia. Untuk sekarang aku akan
Para ogre hijau itu tampak waspada dengan kemunculan Allein. Hal itu karena mereka melihat salah satu pedang tulang milik salah satu kawan mereka yang kini berada di genggaman tangan Allein. Para ogre hijau mulai mengambil posisi bersiap. Mereka saling menatap satu sama lain, seolah sedang merencanakan sesuatu untuk membunuh Allein. "Shadow aura!" Namun, sebelum mata mereka kembali menatap ke arah musuhnya. Allein langsung berlari menyerang dengan kecepatan penuh ke arah ogre hijau itu. Kali ini dia langsung menggunakan shadow aura untuk menguatkan fisiknya. Para ogre hijau tersebut langsung kaget melihat Allein yang berlari dengan kecepatan tinggi untuk menyerang mereka. Salah satu ogre hijau pun dengan refleks berlari menyambut Allein. Ogre hijau itu sepertinya berencana akan menghadang serta menghentikan Allein yang sedang berlari. Tangan besar ogre hijau pun mulai terkepal, dia te
Melihat Allein yang sudah tersudutkan, ogre hijau itu terus menyerang secara bertubi-tubi. Kini setiap pukulan yang dilancarkan ogre hijau tentu menjadi semakin menyulitkannya. Benar saja, pukulan yang semakin bertubi-tubi itu mulai membuat Allein tidak bisa mempertahankan pijakannya. Tubuhnya kini benar-benar tersudutkan, bahunya sudah bersandar pada pohon dibelakangnya. Dengan posisinya sekarang Allein sangat kesulitan, dia tidak punya pijakan yang cukup untuk melakukan gerakan berpedangnya dengan baik. Kemungkinan hanya dengan beberapa pukulan lagi dari sang ogre hijau maka Allein benar-benar tidak bisa menangkisnya lagi. “Cih! aku tidak punya pilihan lain. Shadowblade!!” Sambil menggertakkan giginya, Allein mengeluarkan salah satu teknik sihir miliknya dari kehidupan sebelumnya. Selain menyelimuti tubuhnya, kali ini sihir hitam juga menyelimuti pedang tulang yang digenggamnya. Perlahan wa
Allein berdiri mematung di bawah bukit kecil sambil menatap pedang tulang yang kini sudah patah. Sudah enam bulan berlalu sejak ia berhasil membunuh ketiga ogre hijau, yang secara bersamaan dengan momen pertama kali ia menggunakan shadow blade. Tentu saja dalam enam bulan ini dia terus menerus melawan monster dan melatih teknik shadow blade beserta dengan teknik berpedang maupun teknik sihir miliknya yang lain. Tak terlewat meski satu hari pun ia terus berlatih. Sebenarnya Allein sudah memprediksi pedang tulang itu akan cepat rusak, karena material pedang yang cocok untuk penyihir hitam seperti dirinya hanyalah adamantium. Jika pedang tersebut bukan dari material adamantium maka akan cepat rusak, karena sihir hitam memiliki sifat korosif terhadap material apapun selain adamantium. "Pedang hitamku apakah masih ada saat ini? Dengan kekuatanku sekarang aku belum bisa memanggilnya, tapi kuharap pedang itu masih