Rooooarrr roaaaarrr!
"Ah sial, berisik sekali monster sialan!'' teriak Allein yang terbangun dari tidurnya dengan wajah yang kusut. Suara para monster di pagi hari ini memang sangat berisik, terlebih lagi suara tersebut terdengar dari berbagai arah seolah sedang bersahutan.
Setelah terbangun dengan cara yang tidak nyaman, ekspresi Allein kini langsung tiba-tiba berubah menjadi waspada. Dia menyadari ada monster yang sedang mengawasinya dari balik pohon yang tak jauh dari tempatnya.
"Keluarlah!" Allein berseru.
"Grrr grrrr."
Benar saja kini sesosok ogre hijau tinggi besar muncul dari balik pohon, matanya tajam memandangi Allein seolah-olah makanan untuk sarapannya pagi hari ini. Sebuah pedang yang terbuat dari tulang monster pun tergenggam di tangan kanannya.
"Ini akan merepotkan." Setelah melihat ogre hijau itu Allein pun langsung berdiri dan mundur beberapa langkah. Dia sadar ogre tersebut sedang dalam keadaan lapar, menurut pengalamannya di kehidupannya dulu ogre yang lapar akan dua kali lebih agresif dari biasanya.
Allein terus berjalan mundur beberapa langkah sambil melihat gerak gerik ogre hijau itu. Dia harus menjaga jarak. Tapi ogre hijau tidak membiarkannya melakukan itu, sang ogre langsung berlari sekuat tenaga ke arah Allein.
Allein sadar bahwa ogre hijau itu menyadari tindakannya, lantas dia pun langsung mencoba menghentikan ogre hijau yang berlari.
"Shadow hand."
Kali ini tangan hitam yang muncul dari bawah tanah langsung mencengkram kaki kiri milik ogre hijau, mencoba menghentikan dan menganggu keseimbangannya saat berlari.
Gbrruuukk!
Dan benar saja, karena serangan mendadak dari shadow hand ogre hijau itu pun langsung terjatuh karena hilang keseimbangan.
"Grrr grrrr gruuuaaa gruaaa." Ogre hijau lalu kembali berdiri sambil menghentakan kaki kirinya dengan sekuat tenaga, dia mencoba melepaskan cengkraman shadow hand. Wajahnya nampak kesal karena shadow hand jelas mengganggu kesenangan berburunya.
Karena tetap tidak bisa terlepas, kini ogre hijau yang sudah sangat lapar tersebut tiba-tiba berhenti dan kepalanya menunduk sebelum kembali menatap Allein. Matanya pun kini berubah menjadi warna merah darah.
"Cih! dia mulai masuk ke dalam mode rage, ini akan semakin sulit bagiku." Allein jelas menyadari situasi nya saat ini. Karena kekuatannya saat ini sangat lemah dan ogre hijau yang telah masuk mode rage adalah lawan yang sangat kuat untuk dirinya saat ini. Tapi, inilah yang Allein inginkan yaitu pertarungan yang cukup menantang, sehingga dia bisa melewati batasan kekuatan tubuh barunya pada saat bertarung.
Lonjakan kekuatan ogre hijau ketika dalam mode rage kini sangat terasa oleh Allein, karena setelah masuk dalam mode rage hanya butuh dua kali hentakan kaki saja bagi ogre hijau untuk lepas dari cengkeraman shadow hand.
Sadar jika tangan hitam yang mencengkram kaki kirinya telah terlepas, ogre hijau langsung kembali berlari ke arah Allein.
"Shadow hand."
Allein justru seperti kembali melakukan hal yang sama. Tetapi, sebenarnya tidak karena kali ini dia mengincar kaki yang berbeda dari sebelumnya yaitu kaki kanan.
"Grrruuuuuaaaaa grrrrrrruuuuuaaaaa."
Ogre hijau menjadi jauh lebih kesal dari pada sebelumnya, tangan hitam itu kini kembali menganggunya. Sebenarnya ogre hijau bisa melepaskan kakinya dari cengkeraman shadow hand dengan mudah seperti sebelumnya. Namun, dia kini sedang sangat kesal sehingga melemparkan pedang yang sedang digenggamnya dengan sekuat tenaga ke arah Allein.
Allein menyadari arah lemparan pedang tersebut ditujukan tepat ke arah jantungnya, dengan reflek dia pun mencoba menghindarinya.
Sreeet sreeettt!
Namun, reflek Allein masih sangat lambat, meskipun dia bisa menghindari lemparan pedang ogre hijau yang mengarah ke jantungnya. Nyatanya lemparan pedang itu mengenai lengan kirinya sebelum akhirnya menancap pada pohon yang berada di belakang Allein. Akibatnya, serangan itu merobek kulitnya dan darah pun mulai mengucur.
"Cihh tubuh ini terlalu lambat," Allein bergumam dalam hatinya sambil memegangi luka tersebut dengan tangan kanannya. Tak lama setelah itu tiba-tiba Allein roboh dan posisinya menjadi berlutut, tangan kirinya yang terluka itu pun terlihat lemas dan ujung jarinya menyentuh tanah.
"Grruaaa grrurraaaaa."
Ogre hijau yang melihat calon mangsanya sudah tak berdaya dan sedang berlutut itu pun terlihat semakin bersemangat. Tak menunggu waktu lama ogre hijau langsung melepaskan cengkraman shadow hand dengan mudah dan kembali berlari ke arah Allein.
Tepat satu langkah lagi sebelum ogre hijau itu sampai Allein tiba-tiba melemparkan tanah tepat ke mata ogre hijau dengan tangan kirinya. Sontak saja pandangan ogre hijau jadi gelap karena butiran tanah itu masuk ke dalam matanya. Karena panik ogre hijau pun langsung menyerang secara membabi buta ke arah Allein yang hanya satu langkah di depannya.
Allein langsung menghindarinya dan dia dengan segera mencabut pedang ogre hijau yang menancap pada pohon di belakangnya, setelah berhasil mencabutnya dia langsung melakukan serangan balik.
"Shadow hand.''
Kali ini tangan hitam yang keluar dari tanah mencengkram kuat kedua kaki ogre hijau. Setelah itu tercengkram, serangan membabi buta ogre hijau jadi sangat lambat. Allein sadar ini hanya akan terjadi sementara, dia kemudian menggunakan satu teknik sihir lagi untuk menguatkan semua otot yang ada di tubuhnya.
"Shadow aura."
Dengan shadow aura semua otot yang ada tubuh Allein akan semakin kuat, karena sihir hitam kini menyelimuti seluruh tubuhnya tentu saja kecepatan dan tenaganya akan bertambah pesat.
Allein tak menyia-nyiakan kesempatan ini, kini setelah menggunakan shadow aura dia bisa menghindari pukulan ogre hijau yang membabi buta dengan sangat mudah. Karena penglihatan ogre hijau belum kembali setelah terkena lemparan tanah, Allein tak ragu dia langsung menebaskan pedang yang tadi telah dicabutnya dari pohon ke arah kedua kaki ogre hijau.
Srrreeet Srrreeet!
Kedua tebasan Allein itu cukup dalam dan hampir memisahkan kedua kaki ogre hijau itu dari tubuhnya. Sang ogre hijau itu pun roboh dan terbaring, dia tak bisa berdiri dengan sempurna.
Allein tak membuang kesempatan di depannya, dengan cepat dia langsung menusukkan pedang itu tepat ke kerongkongan sang ogre. Darah pun memuncrat deras sampai ke wajah Allein, membasahi separuh wajahnya dengan cairan berwarna merah.
"Haaaahh haaaahh aku masih terlalu lemah, sial aku hampir kehabisan mana hanya karena melawan ogre hijau." Nafas Allein kini terengah-engah sambil melihat jasad ogre hijau yang telah mati.
"Black hole!"
Lubang hitam pun muncul menyedot jasad ogre hijau yang telah mati tadi. Sekali lagi, darah memuncrat deras ketika tubuh ogre hijau itu mulai menghilang dan masuk ke dalam lubang hitam.
"Ah sihir hitam memang luar biasa." Allein menatap penuh kekaguman pancuran darah itu sembari merasakan energi kehidupan ogre hijau yang mulai masuk ke tubuhnya.
Hari sudah semakin menjelang siang, matahari yang bersinar itu kini tepat berada di atas kepala Allein. Meskipun ini area hutan dengan pohon yang rindang tapi tetap saja cuaca terasa sangat panas. Tetapi itu tidak menghentikan perjalannya, dia terus berjalan mengabaikan teriknya cahaya matahari. Setelah menyerap energi kehidupan milik ogre hijau tadi, staminanya bertambah lumayan besar. Allein merasakan dengan jelas perubahan stamina di tubuh barunya itu, sekarang dia juga lebih percaya diri apabila harus berhadapan melawan ogre hijau lagi. Bruuussh bruuussh! Tiba-tiba suara terdengar, Allein yang sedang berjalan pun langsung mencari sumber suara tersebut. Tak lama setelah beberapa langkah dia berjalan menuju sumber suara itu, ternyata ada sebuah sungai dangkal yang penuh dengan bebatuan. Sepertinya beberapa kelinci bertanduk putih sedang meminum air di sungai. Melihat kedatangan Allein sontak saja membuat para kelinci itu waspada. Kini hampir semuany
Allein kini sedang fokus, matanya terus memandangi setiap bagian dari pedang perak yang mengkilap dan terlihat sangat mewah itu. Berat dan panjang dari pedang itu sangatlah proporsional, setidaknya itulah yang di rasakan Allein saat menggenggamnya.Dia langsung menyadari jika ini adalah pedang yang berkualitas. "Siapa manusia yang sudah jadi kerangka ini?" Allein merasakan kebingungan sambil menatap kerangka manusia tersebut dengan penuh rasa penasaran.''Aku tahu bahwa bukan orang sembarangan yang bisa mempunyai pedang seperti ini. Kualitas pedang ini hampir sama dengan kualitas pedang buatan para dwarf untuk para ksatria di aliansi pada saat perang melawan iblis dulu.''Rasa penasaran kini terus mengisi kepalanya. Pedang perak yang kini di genggamnya, identitas tengkorak manusia dan apa itu ksatria suci, semuanya menjadi tanda tanya untuk Allein.''Haaaaahh, akan kucari tahu nanti saja ketika aku sudah kembali ke benua Skoupidia. Untuk sekarang aku akan
Para ogre hijau itu tampak waspada dengan kemunculan Allein. Hal itu karena mereka melihat salah satu pedang tulang milik salah satu kawan mereka yang kini berada di genggaman tangan Allein. Para ogre hijau mulai mengambil posisi bersiap. Mereka saling menatap satu sama lain, seolah sedang merencanakan sesuatu untuk membunuh Allein. "Shadow aura!" Namun, sebelum mata mereka kembali menatap ke arah musuhnya. Allein langsung berlari menyerang dengan kecepatan penuh ke arah ogre hijau itu. Kali ini dia langsung menggunakan shadow aura untuk menguatkan fisiknya. Para ogre hijau tersebut langsung kaget melihat Allein yang berlari dengan kecepatan tinggi untuk menyerang mereka. Salah satu ogre hijau pun dengan refleks berlari menyambut Allein. Ogre hijau itu sepertinya berencana akan menghadang serta menghentikan Allein yang sedang berlari. Tangan besar ogre hijau pun mulai terkepal, dia te
Melihat Allein yang sudah tersudutkan, ogre hijau itu terus menyerang secara bertubi-tubi. Kini setiap pukulan yang dilancarkan ogre hijau tentu menjadi semakin menyulitkannya. Benar saja, pukulan yang semakin bertubi-tubi itu mulai membuat Allein tidak bisa mempertahankan pijakannya. Tubuhnya kini benar-benar tersudutkan, bahunya sudah bersandar pada pohon dibelakangnya. Dengan posisinya sekarang Allein sangat kesulitan, dia tidak punya pijakan yang cukup untuk melakukan gerakan berpedangnya dengan baik. Kemungkinan hanya dengan beberapa pukulan lagi dari sang ogre hijau maka Allein benar-benar tidak bisa menangkisnya lagi. “Cih! aku tidak punya pilihan lain. Shadowblade!!” Sambil menggertakkan giginya, Allein mengeluarkan salah satu teknik sihir miliknya dari kehidupan sebelumnya. Selain menyelimuti tubuhnya, kali ini sihir hitam juga menyelimuti pedang tulang yang digenggamnya. Perlahan wa
Allein berdiri mematung di bawah bukit kecil sambil menatap pedang tulang yang kini sudah patah. Sudah enam bulan berlalu sejak ia berhasil membunuh ketiga ogre hijau, yang secara bersamaan dengan momen pertama kali ia menggunakan shadow blade. Tentu saja dalam enam bulan ini dia terus menerus melawan monster dan melatih teknik shadow blade beserta dengan teknik berpedang maupun teknik sihir miliknya yang lain. Tak terlewat meski satu hari pun ia terus berlatih. Sebenarnya Allein sudah memprediksi pedang tulang itu akan cepat rusak, karena material pedang yang cocok untuk penyihir hitam seperti dirinya hanyalah adamantium. Jika pedang tersebut bukan dari material adamantium maka akan cepat rusak, karena sihir hitam memiliki sifat korosif terhadap material apapun selain adamantium. "Pedang hitamku apakah masih ada saat ini? Dengan kekuatanku sekarang aku belum bisa memanggilnya, tapi kuharap pedang itu masih
Melihat raja ogre yang sudah pasrah dalam cengkraman shadow hand, Allein tanpa ragu langsung menusukkan pedang peraknya ke arah dada raja ogre.Tusukan itu tepat mengenai jantung sang raja ogre. Setelah dirasa raja ogre sudah mati, Allein langsung mencabut pedangnya kembali dan melepaskan cengkraman shadow hand. Bruuk! Tubuh raja ogre langsung jatuh ke tanah. black hole langsung muncul dan menyedot tubuh raja ogre. Tapi tak ada pancuran darah seperti biasanya. Kali ini Allein langsung duduk bersila di depan black hole yang masih terbuka. Ia memejamkan matanya seolah sedang berkonsentrasi akan sesuatu. Beberapa menit kemudian Allein membuka matanya dan langsung berdiri kembali. "Bangkitlah!" Dia berteriak cukup keras ke arah black hole yang masih tetap terbuka. Raja ogre yang sudah mati tadi itu kini secara perlahan keluar. "Grrrrrrr." Suara geraman terdengar dari mulut
Suhu di rumah kayu terasa sedikit panas dan udara terasa menyesakkan. Hawa membunuh terasa hampir ke semua sudut ruangan. Allein marah besar saat ini, dia tidak pernah menduga kejadian yang tragis bisa menimpa kawan baiknya. Semakin dalam dia memikirkannya kepalanya semakin terasa panas dan hatinya terasa sakit. "Fyuuuhhhh...." Udara keluar dari mulutnya. Allein mengambil tarikan nafas yang dalam, mencoba menurunkan emosinya. Dia kembali melihat sekeliling ruangan. Namun, tak ada yang membuatnya tertarik lagi. Daging panggang yang sebelumnya terlihat lezat pun kini seolah seperti makanan basi. Allein sudah kehilangan selera makannya. Dia akhirnya memutuskan untuk keluar dari rumah kayu ini, mencoba mencari udara segar yang setidaknya bisa sedikit menjernihkan pikirannya. Setelah keluar dari rumah kayu, Allein langsung berjalan ke bagian tengah markas ini. Yang kebetulan juga di tengah markas
Allein berbaring sendirian diatas rumput. Malam hari ini pun dia kembali memandangi bulan yang bersinar terang di langit, kehadiran ratusan bintang di langit malam ini juga seolah menambah kecantikan sinarnya. Bulan begitu setia, setidaknya itulah yang Allein rasakan. Meskipun kadang cahayanya redup dan terhalang, nyatanya sang bulan akan selalu kembali untuk menerangi malam. Sudah seminggu berlalu sejak dia mulai memasuki area padang rumput ini. Tak ada hambatan berarti di perjalannya kali ini, dia selalu menghabisi para monster yang menyerangnya. Kekuatannya terus berkembang hari demi hari. Namun, ini masih jauh dari kekuatan dia yang sebenarnya. Setidaknya untuk saat ini dia bisa tertidur nyenyak tiap malam. Dia tidak perlu lagi khawatir ada monster yang menyerangnya ketika tertidur. Selain ada Amund yang bertugas menjaganya, insting Allein juga semakin tajam. Dia bisa merasakan dalam ra