Allein kini sedang fokus, matanya terus memandangi setiap bagian dari pedang perak yang mengkilap dan terlihat sangat mewah itu. Berat dan panjang dari pedang itu sangatlah proporsional, setidaknya itulah yang di rasakan Allein saat menggenggamnya.
Dia langsung menyadari jika ini adalah pedang yang berkualitas. "Siapa manusia yang sudah jadi kerangka ini?" Allein merasakan kebingungan sambil menatap kerangka manusia tersebut dengan penuh rasa penasaran.
''Aku tahu bahwa bukan orang sembarangan yang bisa mempunyai pedang seperti ini. Kualitas pedang ini hampir sama dengan kualitas pedang buatan para dwarf untuk para ksatria di aliansi pada saat perang melawan iblis dulu.''
Rasa penasaran kini terus mengisi kepalanya. Pedang perak yang kini di genggamnya, identitas tengkorak manusia dan apa itu ksatria suci, semuanya menjadi tanda tanya untuk Allein.
''Haaaaahh, akan kucari tahu nanti saja ketika aku sudah kembali ke benua Skoupidia. Untuk sekarang aku akan memasukan pedang ini kembali ke dalam cincin penyimpanan."
Allein mengalirkan mananya ke cincin penyimpanan dan membayangkan pedang yang kini di genggamnya masuk kesana. Ternyata pedang itu berhasil masuk kembali. Allein hanya mengeluarkan senyuman kecil, karena ternyata ingatan Allein Springtopia berguna untuknya.
Andaikan dia tidak memiliki ingatan tersebut, dia pasti tidak menyadari kegunaan dari cincin penyimpanan ini. Kemugkinan dia menganggap cincin tersebut tidak berguna dan tidak akan mengambilnya.
Setelah pedang itu masuk kembali kedalam cincin. Allein kemudian duduk dan mulai membuka gulungan surat yang berasal dari cincin penyimpanan itu. Dengan santai dia mulai membaca surat tersebut, kata demi kata dia baca dengan seksama.
“Hari ini aku terluka parah, Behemoth itu terlalu kuat. Kemungkinan aku tidak akan selamat. Aku tidak bisa mencapai jurang hitam untuk menyelamatkan mu. Luka di dadaku begitu dalam sampai merusak tulang dan jantungku, jika dibilang sakit ini tidak lah seberapa dengan rasa sakit yang selama ini kau alami.”
“Lauren maafkan aku semua hal yang terjadi kepadamu karena aku terlalu egois. Kau bahkan rela melakukan kontrak perbudakan denganku hanya untuk meredam opini publik bahwa dirimu tak berbahaya.”
“Semua salahku, jika aku tak memaksakan keinginanku untuk menikah denganmu, kau tidak perlu sampai menjadi budak dan mengalami penghinaan dari semua orang. Kau bisa terus hidup tenang di hutan monster itu, salahku bahkan dimulai ketika kita bertemu.”
“Untuk bisa membuktikan bahwa penyihir hitam itu tidak jahat. Sebagai ksatria cuci aku terlalu naif, dengan bodohnya mengajakmu keluar dari hutan itu yang secara tidak langsung membawamu ke dalam neraka. Sekali lagi maafkan aku, kekuatanku tak bisa melawan semua klan dan pihak kerajaan yang ingin membunuhmu.”
Allein tercengang dengan surat tersebut. Dia sampai tidak sadar mengeluarkan hawa membunuh. Sekali lagi, dia marah terhadap perlakuan buruk yang dialami para penyihir hitam, bahkan sampai kontrak perbudakan dilakukan pada penyihir hitam.
Namun, Allein segera tersadar, dia terlalu mengedepankan perasaannya. Dia tidak punya bukti dan saksi satupun tentang kejadian yang ada dalam surat tersebut. "Seharusnya aku tidak menelan mentah-mentah isi surat ini. Setidaknya aku harus membuktikannya. Tapi, bagaimana caraku bisa membuktikannya ?"
Allein kembali membaca surat tersebut. Dan sepertinya dia menemukan petunjuk untuk membuktikannya. "Ini dia jurang hitam!" Senyuman pun tergurat di wajahnya.
Allein yakin bahwa sepertinya jurang hitam itu berada di pulau ini. Karena dari surat itu tertulis bahwa kerangka manusia tersebut gagal mencapai jurang hitam dan terluka oleh Behemoth.
Karena terlalu fokus membaca dan memikirkan kebenaran isi surat tersebut. Allein baru menyadari bahwa diluar gua, hari sudah semakin gelap. Dirasa gua ini cukup aman, ia pun memutuskan untuk tidur disini untuk malam ini. Bersama dengan kerangka manusia yang masih misterius.
***
Keesokan paginya Allein terbangun dengan tenang. Tidak ada monster yang mengincarnya pagi ini, hanya hangatnya sinar mentari yang menyambutnya ketika terbangun.
Karena sangat berhutang dengan cincin penyimpanan serta pedang perak yang akan dibawa olehnya. Dengan pedang tulang milik ogre hijau serta kedua tangannya, Allein mulai menggali kuburan di luar gua.
Keringat mulai bercucuran di dahinya, tapi dia dengan antusias terus menggali. Setelah cukup lama menggali dan dirasa sudah cukup dalam, Allein langsung memasukan kerangka tersebut ke dalam lubang kuburan. Dalam beberapa menit kemudian sebuah kuburan berhasil dia buat.
"Anggap saja ini sebagai penghormatan dari mantan penyihir hitam terkuat di benua Skoupidia." Allein berbicara dengan lirih, sambil terus melihat ke arah kuburan yang baru saja dibuatnya.
Karena dirasa sudah selesai Allein langsung melanjutkan perjalannya. Setelah kemarin membaca surat dari kerangka manusia yang misterius itu, dia jadi lebih bersemangat untuk meningkatkan kekuatannya. Sekarang dia jadi punya satu tujuan baru lagi yaitu menemukan bukti di jurang hitam.
Kembali menyusuri hutan. Langkah demi langkah, dia terus bergerak maju. Namun, tiba-tiba di depannya ada sesuatu yang menarik perhatian. Lima ogre hijau kini sedang terlibat pertarungan sengit melawan seekor manticore.
"Manticore sang monster singa bersayap melawan 4 ogre hijau. Ini pertarungan yang cukup menarik." Allein kini mulai mengamati pertarungan itu dari balik pohon yang tak jauh dari tempat pertarungan.
Manticore itu cukup kewalahan membalas serangan dari ke lima ogre hijau. Para ogre hijau diuntungkan karena menang jumlah, mereka pun menyerang membabi buta dari segala arah. Manticore itu hanya mencoba menghindar dan sesekali juga terkena serangan para ogre hijau.
Selain dirugikan oleh jumlah ogre hijau, manticore itu juga dirugikan oleh banyaknya pepohonan yang membatasi gerakannya. Setelah dirasa terlalu banyak kerugian, manticore tersebut tiba-tiba mengepakkan sayapnya dan terbang melarikan diri.
"Grruuua gruuuaaa." Suara para ogre hijau pun mulai terdengar. Mereka sedang merayakan kemenangan karena telah membuat manticore itu melarikan diri.
Tapi, itu tak berlangsung lama. Para ogre hijau itupun langsung menyadari bahwa ada yang sedang mengawasi mereka dari balik pohon.
Allein pun langsung keluar dari persembunyiannya, menampakan dirinya pada kelima ogre hijau itu. Bukan karena ia ceroboh sampai posisinya diketahui ke lima ogre hijau. Tapi, Allein sebenarnya sengaja melakukan itu.
"Aku harus membunuh ogre itu sebelum memasuki mode rage,'' Allein bergumam pelan. Dia tak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera melatih tubuh lemahnya.
Para ogre hijau itu tampak waspada dengan kemunculan Allein. Hal itu karena mereka melihat salah satu pedang tulang milik salah satu kawan mereka yang kini berada di genggaman tangan Allein. Para ogre hijau mulai mengambil posisi bersiap. Mereka saling menatap satu sama lain, seolah sedang merencanakan sesuatu untuk membunuh Allein. "Shadow aura!" Namun, sebelum mata mereka kembali menatap ke arah musuhnya. Allein langsung berlari menyerang dengan kecepatan penuh ke arah ogre hijau itu. Kali ini dia langsung menggunakan shadow aura untuk menguatkan fisiknya. Para ogre hijau tersebut langsung kaget melihat Allein yang berlari dengan kecepatan tinggi untuk menyerang mereka. Salah satu ogre hijau pun dengan refleks berlari menyambut Allein. Ogre hijau itu sepertinya berencana akan menghadang serta menghentikan Allein yang sedang berlari. Tangan besar ogre hijau pun mulai terkepal, dia te
Melihat Allein yang sudah tersudutkan, ogre hijau itu terus menyerang secara bertubi-tubi. Kini setiap pukulan yang dilancarkan ogre hijau tentu menjadi semakin menyulitkannya. Benar saja, pukulan yang semakin bertubi-tubi itu mulai membuat Allein tidak bisa mempertahankan pijakannya. Tubuhnya kini benar-benar tersudutkan, bahunya sudah bersandar pada pohon dibelakangnya. Dengan posisinya sekarang Allein sangat kesulitan, dia tidak punya pijakan yang cukup untuk melakukan gerakan berpedangnya dengan baik. Kemungkinan hanya dengan beberapa pukulan lagi dari sang ogre hijau maka Allein benar-benar tidak bisa menangkisnya lagi. “Cih! aku tidak punya pilihan lain. Shadowblade!!” Sambil menggertakkan giginya, Allein mengeluarkan salah satu teknik sihir miliknya dari kehidupan sebelumnya. Selain menyelimuti tubuhnya, kali ini sihir hitam juga menyelimuti pedang tulang yang digenggamnya. Perlahan wa
Allein berdiri mematung di bawah bukit kecil sambil menatap pedang tulang yang kini sudah patah. Sudah enam bulan berlalu sejak ia berhasil membunuh ketiga ogre hijau, yang secara bersamaan dengan momen pertama kali ia menggunakan shadow blade. Tentu saja dalam enam bulan ini dia terus menerus melawan monster dan melatih teknik shadow blade beserta dengan teknik berpedang maupun teknik sihir miliknya yang lain. Tak terlewat meski satu hari pun ia terus berlatih. Sebenarnya Allein sudah memprediksi pedang tulang itu akan cepat rusak, karena material pedang yang cocok untuk penyihir hitam seperti dirinya hanyalah adamantium. Jika pedang tersebut bukan dari material adamantium maka akan cepat rusak, karena sihir hitam memiliki sifat korosif terhadap material apapun selain adamantium. "Pedang hitamku apakah masih ada saat ini? Dengan kekuatanku sekarang aku belum bisa memanggilnya, tapi kuharap pedang itu masih
Melihat raja ogre yang sudah pasrah dalam cengkraman shadow hand, Allein tanpa ragu langsung menusukkan pedang peraknya ke arah dada raja ogre.Tusukan itu tepat mengenai jantung sang raja ogre. Setelah dirasa raja ogre sudah mati, Allein langsung mencabut pedangnya kembali dan melepaskan cengkraman shadow hand. Bruuk! Tubuh raja ogre langsung jatuh ke tanah. black hole langsung muncul dan menyedot tubuh raja ogre. Tapi tak ada pancuran darah seperti biasanya. Kali ini Allein langsung duduk bersila di depan black hole yang masih terbuka. Ia memejamkan matanya seolah sedang berkonsentrasi akan sesuatu. Beberapa menit kemudian Allein membuka matanya dan langsung berdiri kembali. "Bangkitlah!" Dia berteriak cukup keras ke arah black hole yang masih tetap terbuka. Raja ogre yang sudah mati tadi itu kini secara perlahan keluar. "Grrrrrrr." Suara geraman terdengar dari mulut
Suhu di rumah kayu terasa sedikit panas dan udara terasa menyesakkan. Hawa membunuh terasa hampir ke semua sudut ruangan. Allein marah besar saat ini, dia tidak pernah menduga kejadian yang tragis bisa menimpa kawan baiknya. Semakin dalam dia memikirkannya kepalanya semakin terasa panas dan hatinya terasa sakit. "Fyuuuhhhh...." Udara keluar dari mulutnya. Allein mengambil tarikan nafas yang dalam, mencoba menurunkan emosinya. Dia kembali melihat sekeliling ruangan. Namun, tak ada yang membuatnya tertarik lagi. Daging panggang yang sebelumnya terlihat lezat pun kini seolah seperti makanan basi. Allein sudah kehilangan selera makannya. Dia akhirnya memutuskan untuk keluar dari rumah kayu ini, mencoba mencari udara segar yang setidaknya bisa sedikit menjernihkan pikirannya. Setelah keluar dari rumah kayu, Allein langsung berjalan ke bagian tengah markas ini. Yang kebetulan juga di tengah markas
Allein berbaring sendirian diatas rumput. Malam hari ini pun dia kembali memandangi bulan yang bersinar terang di langit, kehadiran ratusan bintang di langit malam ini juga seolah menambah kecantikan sinarnya. Bulan begitu setia, setidaknya itulah yang Allein rasakan. Meskipun kadang cahayanya redup dan terhalang, nyatanya sang bulan akan selalu kembali untuk menerangi malam. Sudah seminggu berlalu sejak dia mulai memasuki area padang rumput ini. Tak ada hambatan berarti di perjalannya kali ini, dia selalu menghabisi para monster yang menyerangnya. Kekuatannya terus berkembang hari demi hari. Namun, ini masih jauh dari kekuatan dia yang sebenarnya. Setidaknya untuk saat ini dia bisa tertidur nyenyak tiap malam. Dia tidak perlu lagi khawatir ada monster yang menyerangnya ketika tertidur. Selain ada Amund yang bertugas menjaganya, insting Allein juga semakin tajam. Dia bisa merasakan dalam ra
Trangg traaangg traaangg! Amund terus melancarkan serangannya. Perlahan tapi pasti, dengan gerakan berpedang yang semakin cepat dan efektif Amund mulai mendominasi jalannya pertarungan. Allein cukup puas melihat perkembangan undeadnya itu, karena secara tidak langsung peningkatan kekuatan pada undead sangat dipengaruhi oleh peningkatan kekuatan pemiliknya. Ini pun menjadi sebuah tanda jika dirinya sudah bertambah kuat. Hanya dalam beberapa menit kemudian tubuh beruang hitam itu sudah berlumuran darah terkena serangan Amund yang bertubi-tubi. Tubuhnya perlahan tak berdaya karena dipenuhi luka yang cukup fatal, gerakannya pun terus melambat akibat kehilangan banyak darah. Srraaaat! Sebuah tebasan pun dilancarkan Amund dan berhasil memisahkan kepala beruang hitam itu dari tubuhnya. Allein pun langsung menyerapnya dengan black hole dan segera memerintahkan Amund unt
Gelap, lembab dan sunyi, itulah yang Allein rasakan ketika mulai membuka matanya setelah kehilangan kesadaran selama beberapa menit. Kini dia ada di dalam jurang hitam yang dalam. Untungnya tidak ada monster yang menyerangnya saat ini. Namun, Allein tetap waspada karena dia tidak tahu monster seperti apa yang ada di dalam jurang ini. Allein memakai sisa mananya yang tersisa setelah melawan gerombolan monster untuk menggunakan shadow aura. Hal ini ia lakukan untuk menguatkan tubuhnya agar tidak hancur ketika menyentuh dasar jurang. Namun, jurang ini terlalu dalam, kini hampir seluruh tulangnya patah dan seluruh tubuhnya merasakan kesakitan. Sekarang dia hanya bisa duduk bersandar pada dinding jurang sambil merasakan rasa sakit diseluruh tubuhnya. Allein sama sekali tidak bisa bergerak sekarang. "Inilah yang ku khawatirkan, terluka cukup parah dan sendiria