Share

Kondisi

Melihat Allein yang sudah tersudutkan, ogre hijau itu terus menyerang secara bertubi-tubi. Kini setiap pukulan yang dilancarkan ogre hijau tentu menjadi semakin menyulitkannya.

Benar saja, pukulan yang semakin bertubi-tubi itu mulai membuat Allein tidak bisa mempertahankan pijakannya. Tubuhnya kini benar-benar tersudutkan, bahunya sudah bersandar pada pohon dibelakangnya.

Dengan posisinya sekarang Allein sangat kesulitan, dia tidak punya pijakan yang cukup untuk melakukan gerakan berpedangnya dengan baik. Kemungkinan hanya dengan beberapa pukulan lagi dari sang ogre hijau maka Allein benar-benar tidak bisa menangkisnya lagi.

“Cih! aku tidak punya pilihan lain. Shadowblade!!” Sambil menggertakkan giginya, Allein mengeluarkan salah satu teknik sihir miliknya dari kehidupan sebelumnya.

Selain menyelimuti tubuhnya, kali ini sihir hitam juga menyelimuti pedang tulang yang digenggamnya. Perlahan warna pedangnya berubah menjadi warna hitam.

Bbrruaakkk!

Ledakan pun terjadi. Ogre hijau itu pun terkejut dan berhenti menyerang lalu dia mundur beberapa langkah kebelakang. Akibat ledakan tersebut Ogre hijau merasakan sakit di tangan kanannya.

Keterkejutan ogre hijau pun semakin bertambah setelah melihat tangan kanannya sendiri. Ternyata ada darah segar yang mulai menetes dari sela-sela jarinya.

Ogre hijau menjadi sangat waspada, dia kembali mengarahkan pandangannya pada Allein. Namun, dia langsung terkejut. Allein kini sudah berada tepat dihadapannya dan akan segera menebasnya. Tangan kiri ogre hijau pun dengan refleks mencoba menahan tebasan itu.

Srreeeet!

"Gruuuuuaaaagruuuuuaaaa!" Ogre hijau meraung dengan keras, tebasan Allein berhasil memotong tangan kirinya. Darah pun mengalir deras membasahi tanah dibawah kaki ogre hijau.

Allein tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Memanfaatkan momentum yang telah dibuatnya, dia langsung menyerang kembali ogre hijau. Gerakan berpedangnya yang cepat perlahan mulai terlihat, serangan demi serangan terus Allein lancarkan sekarang.

Nahas bagi sang ogre hijau setelah kehilangan tangan kirinya sekarang dia harus menahan tiap serangan dari Allein. Serangan Allein terasa membabi buta bagi ogre hijau. Sang ogre hanya bisa bertahan sekarang, menahan setiap serangan yang Allein lancarkan hanya dengan tubuhnya.

Satu demi satu luka sayatan terukir di tubuhnya, darah pun mengalir dari setiap luka sayatan itu.

Perlahan situasi berbalik, kini giliran sang ogre hijau yang tersudutkan. Bagi sang ogre hijau pedang tulang itu kini terasa sepuluh kali lipat lebih tajam dari sebelumnya, semakin lama dia menahannya semakin banyak pula dia terluka dan kehilangan darah.

Melihat ogre hijau yang sudah semakin melemah karena luka sayatan serta kehilangan banyak darah,  Allein pun menghentikan serangannya dan bersiap mengeluarkan serangan terakhir.

Allein sedikit melompat dan mengeluarkan tebasan secara vertikal.

Srrraaaaat!

Tubuh ogre hijau pun langsung terbelah dua. Sebuah tebasan yang sangat dalam dan rapih dikombinasikan dengan waktu dan momentum yang tepat berhasil membelah tubuh ogre hijau menjadi dua bagian dengan sangat sempurna.

Brrugg!

Tubuh ogre hijau yang terbelah dua itu pun jatuh ke tanah disusul dengan darah yang keluar dan mengalir menjadi kubangan darah.

Allein berdiri tegap disamping tubuh ogre hijau yang sudah terbelah menjadi dua itu. Matanya melihat ke arah ogre hijau lainnya yang tersisa. Mata mereka berdua bertatapan. Allein menatap ogre hijau itu dingin dan dengan kepercayaan diri yang besar seolah menantangnya untuk bertarung.

Berbanding terbalik dengan Allein, ogre hijau yang tersisa itu justru merasakan ketakutan. Dia melihat Allein seolah melihat monster ganas yang telah membantai seluruh kawannya. Merasa terintimidasi dengan tatapan dingin itu, ogre hijau yang tersisa itu pun pergi melarikan diri.

Setelah dirasa ogre hijau itu sudah pergi cukup jauh Allein baru menunjukan kondisinya yang sebenarnya. Dia berjalan sempoyongan ke arah pohon yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Tubuhnya langsung ambruk, dia langsung bersandar pada pohon itu. Nafasnya juga terengah-engah saat ini.

''Haaaahhhhaaaaah sial seluruh manaku habis. Sandiwaraku berhasil, untung saja ogre hijau yang tersisa itu lari. Aku bahkan sudah tidak sanggup lagi untuk bertarung."

Teknik berpedang beserta sihir hitam yang dikombinasikan dengan cukup sempurna olehnya tadi bukan tanpa pertaruhan. Allein jelas mempertaruhkan seluruh mananya untuk bisa membunuh ogre hijau itu. Tindakannya yang sedikit nekat itu dia lakukan semata-mata agar lebih cepat bertambah kuat.

Kini tubuhnya sudah sangat kelelahan. Walaupun di kepalanya masih sangat banyak sihir dan teknik berpedang yang belum dia gunakan, Allein harus bersikap realistis tubuhnya sudah mencapai batasnya untuk hari ini.

Setelah beristirahat sejenak untuk memulihkan tubuhnya yang kelelahan, Allein bangun dari posisinya dan langsung mengeluarkan black hole untuk menyerap seluruh mayat ogre hijau yang sudah mati.

Dirasa energi kehidupan dari mayat ketiga ogre hijau itu sudah terserap, Allein lantas mencari makanan dan tempat untuk tidurnya malam ini.

Tidak jauh dari lokasi tempat bertarungnya tadi, Allein pun menemukan sebuah sungai. Sungai tersebut cukup bagus karena selain ada ikan untuknya makan dan air untuk minum Allein juga bisa mandi di sana.

Setelah perutnya kenyang dan tubuhnya bersih, Allein pun langsung memanjat pohon besar yang tak jauh dari sungai itu. Bukan tanpa alasan instingnya mengatakan bahwa dia akan lebih aman jika tidur di atas pohon itu untuk malam ini.

Hari pun sudah gelap Allein merebahkan tubuhnya ke sebuah batang pohon yang cukup besar. Matanya memandang bulan yang terang di langit malam. Rasa kesepian menusuk hatinya malam ini.

Saat ini tak ada manusia yang hidup satupun selain dirinya di pulau ini, sehingga tak ada yang bisa ia ajak bicara. Semuanya yang telah ia raih di kehidupannya dulu seakan sudah pergi meninggalkannya, sekarang dirinya benar-benar sendirian di dunia ini.

"Cahaya bulan begitu indah malam ini, setidaknya membuatku tak terlalu kesepian."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status