Pemandangan di depan matanya masih sama seperti delapan tahun lalu. Semuanya masih berwarna hijau, hamparan padang rumput yang luas itu sama sekali tidak berubah.
“Tidak ada yang berubah,” ucap Allein.
Sambil menunggani Cerberus, dirinya terus memandangi padang rumput tersebut.
“Endymion, lihatlah pemandangan di belakangmu.” Cerberus tiba-tiba saja berbicara.
Allein langsung mengalihkan pandangannya ke belakang. Ia sedikit terkejut. Berbeda dengan padang rumput yang tetap masih sama, pemandangan di belakangnya sangat jauh berbeda dari delapan tahun lalu.
“Indah sekali,” gumamnya.
Jurang yang terlihat sangat hitam itu kini terlihat sangat jauh berbeda. Sejauh matanya memandang, hanya ada jurang yang sangat luas dan indah. Luas jurang itu hampir setengah luas pulau ini. Dengan teriknya cahaya matahari, warna hijau rerumputan dan sungai di bawah jurang terlihat begitu jelas.
Delapan tahun lalu, Allein masih lemah. Ia harus terus w
Tujuan Allein memanggil Bergunn hanya satu, yaitu wyvern. Allein menginginkan undead wyvern sebagai tunggangannya di udara. Sudah jelas jika saat ini ia bisa terbang di udara dan tidak perlu tunggangan sama sekali. Hanya saja, Allein tak ingin terlalu menarik perhatian orang-orang di Benua Skoupidia nanti. Di kehidupannya yang sebelumnya, sudah jadi pengetahuan umum jika penyihir yang bisa terbang dan menciptakan sayap dengan sihir adalah penyihir yang kuat. Setidaknya, jika terbang dengan menunggangi wyvern, Allein bisa sedikit menyamarkan kekuatannya. Lagi pula selain digunakan menjadi tunggangan, wyvern juga adalah monster yang cocok digunakan untuk mengintai situasi dari udara. Mungkin dalam segi kekuatan wyvern tidak terlalu kuat seperti naga, tetapi dalam hal karakteristik dan sifat, wyvern memiliki banyak kesamaan dengan naga. Wyvern juga sering disebut saudara jauh naga. Keseimbangannya yang baik saat terbang serta kemampuan bertarungn
Kemampuan penciuman Cerberus dalam kondisi terbaiknya begitu luar biasa. Monster anjing berkepala tiga itu mampu mencium keberadaan manusia dan elf dari jarak yang sangat jauh. Sehingga hanya butuh waktu beberapa jam saja untuk sampai di tempat tujuan. Dan benar saja, ada dua orang manusia dan dua orang elf yang kini sedang duduk termenung di tepi pantai. Mereka berempat terus termenung melihat salah satu kawan mereka yang kini sudah terbujur kaku. Mereka semua masih terlihat sangat muda dengan umur yang berkisar antara 15 sampai 17 tahun. Sepertinya mereka sedang terpukul karena kehilangan seorang teman. Allein pun terus mengamati gerak-gerik dari keempat orang itu dari balik pepohonan yang tak jauh dari tepi pantai. “Kesedihan karena kehilangan teman sangatlah menyakitkan. Tidak tepat sepertinya jika aku menunjukan diri pada mereka sekarang. Kondisi mereka sedang sang
“Tentu kami belum menyerah. Apa kau lupa masih ada aku disini,” sahut seorang wanita elf. “Oh, jadi kau juga akan ikut bertarung ... Ayo serang aku secara beramaan!” Mereka berempat pun saling bertukar pandang satu sama lain. Seolah saling memberikan aba-aba untuk menyerang secara bersamaan. “Nessira!” Derald berteriak. Seorang wanita manusia yang sedari tadi hanya diam dan tak berbicara satu patah kata pun tiba-tiba mengarahkan tongkat sihirnya ke arah Allein. Tubuh Allein pun langsung terasa lebih ringan dari sebelumnya. Ekspresi wajah pun perlahan mengisyaratkan kebahagiaan. “Hahaha!” Ia tertawa dengan lantang. Alasannya sederhana, wanita manusia yang tak banyak bicara itu menyerangnya dengan sihir hitam. Serangan sihir hitam dari wanita tersebut adalah debuff. Debuff sendiri adalah salah satu efek sihir hitam yang memberikan kerugian dan dapat menurunkan kemampuan musuh. Namun, karena Allein sendiri adalah penyihir hitam serangan tersebut pun malah menjadi buff untuknya.
“Tuan, apakah ada hal yang bisa kami jelaskan lagi?” tanya Derald. Pemuda itu merasa jika Allein sedang mencoba untuk mengingat kembali ingatannya yang hilang. “Ah, sepertinya aku sedikit kesulitan untuk mencoba mengingat ini. Derald, bisakah kau ceritakan semua yang kau tahu mengenai Benua Skoupidia?” “Itu bisa saja, t-tapi sebelum itu ....” Derald mengalihkan pandangannya ke arah ketiga rekannya, “Sepertinya Nessira dan Tassia tak begitu nyaman melihat anda!” “Apa maksudmu?!” ucap Allein seraya menatap tajam ke arah Derald. “Itu ...” Derald seolah kesulitan untuk bicara. Allein pun kini mengalihkan pandangannya ke arah Tassia dan Nessira. Namun, kedua wanita itu hanya menunduk dan tak menatapnya. Allein semakin bingung. Ia pun langsung mengecek tubuhnya sendiri jikalau ada sesuatu yang aneh. Dan benar saja ia menemukan jawabannya. Ia sama sekali tak mengenakan pakaian apapun. Sedari tadi ia bertelanjang di hadapan kedua wanita tersebut. Sungguh, Allein tak begitu menyadari i
“Rrrr!” tiba-tiba terdengar suara. Itu bukan auman suara monster, melainkan suara dari perut yang sudah meminta untuk diisi. Semua mata memandang ke arah Derald. Ya, suara itu berasal dari perutnya. “Hahaha, maafkan aku.” Derald tertawa dengan wajah canggung. Wajahnya kemudian memerah seketika, entah seberapa besar rasa malu yang kini sedang dirinya tahan. “Sepertinya kau harus mengisi perutmu dulu ...,” ucap Allein sambil memandang ke arah Derald. “Baiklah ... Derald, Neiryl. Ayo ikut aku!” “K-kemana?” Neiryl pun tergagap, pria elf itu tidak mengerti maksud Allein. “Ah, kita akan berburu makanan. Sepertinya bukan hanya Derald, tapi kalian semua juga sedang merasa lapar, bukan?” Derald dan Neiryl pun tampak sedikit ragu-ragu. Bagaimana pun di dalam pandangan mereka berdua Allein masihlah orang asing. Derald dan Neiryl tentu masih takut jika Allein akan berbuat jahat pada mereka. Namun, tiba-tiba saja Tassia memberikan semacam kode lewat anggukan kepala agar Derald dan Neiryl me
Cahaya dari langit sore mulai terlihat dari ujung hutan. Tanpa sadar mereka bertiga sudah berjalan cukup jauh dan akan segera sampai di tepi pantai lagi. Sesampainya di tepi pantai, terlihat Tasia dan Nessira sedang duduk di atas hamparan pasir. Mereka berdua terlihat sudah menunggu kedatangan Derald dan Neiryl. Beberapa batang kayu kering juga terlihat di sebelah tempat mereka duduk. Ini menandakan saat Allein berburu kelinci bertanduk bersama Derald dan Neiryl, Tassia dan Nessira sudah melakukan persiapan. Allein beserta Derald dan Neiryl pun berjalan ke arah mereka berdua. “Biarkan kami berdua yang membersihkan ini,” ucap Tassia. Allein pun mengerti dengan maksud Tassia. Daging kelinci bertanduk harus dibersihkan dulu untuk siap di bakar. Tassia adalah penyihir, sehingga akan lebih cepat dibersihkan olehnya. Tassia bisa saja menggunakan sihir air untuk membersihkannya. Nessira juga ikut membantu dengan menguliti daging kelinci bertanduk tersebut dengan pisau yang kini digeng
Trangg trangg trangg! Suara benturan dari kedua senjata terus terdengar di pagi hari ini. Allein yang baru saja membuka matanya pun melihat sekeliling. Ternyata itu adalah Derald dan Neiryl yang sedang berlatih. “Seperti biasa anda selalu yang terakhir bangun,” ucap Tassia. Wanita elf itu duduk persis di sebelahnya. “Haha, ya begitulah. Derald dan Neiryl sepertinya semakin rajin berlatih ....” “Ya, mereka berdua termotivasi oleh cerita anda.” Allein hanya tersenyum, ia tak menyangka jika pengalamannya tentang pulau ini yang ia ceritakan beberapa hari yang lalu akan membuat mereka berdua begitu bersemangat. Sudah hampir satu minggu dirinya bertemu dengan keempat orang tersebut. Dan selama beberapa hari kebelakang ia dan keempat orang tersebut saling berbagi informasi. Singkatnya, dalam beberapa hari kebelakang ia mendapat banyak informasi mengenai benua Skoupidia. Informasi yang ia dapatkan kebanyakan hanya pengetahuan-pengetahuan dasar yang ada di Benua Skoupidia, seperti at
Setelah mereka mendeklarasikan pertemanan tersebut, Tassia pun mengeluarkan sebuah perahu dari cincin penyimpanannya. Perahu tersebut tidak begitu besar, sehingga bisa masuk dalam cincin penyimapanan milik Tassia. Beberapa hari yang lalu Tassia menceritakan jika dirinya pergi ke pulau ini dengan menggunakan dua perahu. Satu perahu memiliki kapasitas untuk dua sampai empat orang. Dan semalam Wanita elf itu bilang akan memberikan satu perahu kepada Allein hari ini. Allein hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Ia sebenarnya tak menyangka jika wanita elf ini akan benar-benar memberikannya sebuah perahu. Tassia membalas senyumannya dan setelah itu langsung mengeluarkan sebuah batu seukuran kepalan tangan orang dewasa dari cincin penyimpanannya. “Lein, ambilah ini.” Dengan wajah yang cukup canggung Allein pun menerima batu tersebut dari Tassia. Batu yang diberikan Tassia tersebut adalah mana stone atau batu mana. Tassia sudah menjelaskan pada Allein semalam jika perahu yang