Perhatian Rengga terpecah ketika mendengar suara panggilan dari ponselnya. Itu Dean! Kakak iparnya. "Ck! Mau ngapain lagi si brengsek itu meneleponku?" gumam Rengga cemberut. "Halo?!" sapa Rengga ketika mengangkat panggilan teleponnya. "Apakah adikku tidak cukup hingga Kamu masih saja memikirkan gadis lain?" todong Dean kesal tanpa basa basi. Rengga terdiam, apakah istrinya telah mengadu kepada kakaknya? "Aku tidak ingin mendengar alasan apa pun, Kamu dan adikku sudah menikah, jadi jangan pikirkan wanita lain lagi siapa pun orangnya. Kamu tidak diizinkan untuk memikirkan wanita lain selain adikku," tegas Dean penuh penekanan. Rengga memutar bola matanya bosan mendengar larangan Dean yang tidak masuk akal. 'Cih! tidak boleh memikirkan wanita lain? Memangnya Dia bisa mengatur pikiranku juga?' cibir Rengga dalam hati sambil tersenyum sinis. "Kenapa Kamu diam?" tanya Dean kesal mendapati sikap Rengga yang sepi dan hening. "Apa yang Aku harus ucapkan? Apakah Aku harus berterim
"Oh ... Apakah suamimu mengeluh kepadamu?" cibir Dean sinis. "Dia tidak mengeluh! Dia mengancamku! Apakah Kamu ingin melihatku celaka? Apakah Kamu dapat melindungi Aku 24 jam non stop jika suamiku sampai gelap mata?!" tuntut Dina penuh keluhan. " ... " Dean terdiam mendengar keluhan adik perempuannya dan bertaya-tanya di dalam hatinya, apakah kali ini dia sudah bertidak sangat keterlaluan? "Aku tahu Kamu mengejar Mirela! Tapi Aku ini adik kandungmu. Kak! Apakah kakak lebih suka melihatku mati berkalang tanah gara-gara kelakuan konyol yang telah Kakak lakukan dengan mengintimidasi suamiku lagi dan lagi?" kata Dina lagi bertanya sedih kepada kakaknya. "Dia tidak akan berani!" kata Dean yakin. "Siapa yang bisa menjamin? Kalau Dia gelap mata dan tidak lagi memedulikan semua hal, apakah Kakak dapat menjamin keselamatanku?" tanya Dina. Dean terdiam. Kali ini adiknya memang benar, siapa yang bisa menjamin bahwa Rengga akan tetap diam saja menerima tekanan demi tekanan dari dirinya. Ba
Ketika Dina hendak membuka pintu dan ingin keluar dia mendengar suara ketukan di pintu tersebut. Dina mengerutkan kening heran dan merasa aneh memikirkan siapa gerangan tamu yang datang berkunjung semalam ini ke rumahnya. Saat dia membuka pintu rumahnya, Dina melihat seorang pria yang lebih tampan dari suaminya sedang berdiri di depan pintu rumahnya dengan wajah canggung. "Maaf, apakah Rengga ada? Perkenalkan Aku sepupunya, namaku Jimmy," kata pemuda yang mengaku bernama Jimmy itu gugup. Jimmy memang merasa canggung saat berhadapan dengan Dina yang saat ini berpenampilan seksi dan cantik. Dia memperkirakan kalau wanita mempesona di hadapannya saat ini pasti merupakan istri sepupunya. Pemuda itu merasa sepupunya Rengga sangatlah beruntung karena memiliki istri yang cantik, seksi, serta kaya raya seperti Dina. Entah kenapa sepertinya keberuntungan selalu berpihak kepada sepupunya itu. Terlepas dari pertunangannya yang gagal dengan Mirela yang merupakan anak pejabat dan adik seora
Mirela mulai menjalani aktivitas kesehariannya dengan penuh rasa bosan karena jadwal yang terus saja berulang itu dan itu lagi, sama sekali tidak ada perubahan. Dia menghela napas saat bangun pagi hari, lalu duduk di tepi tempat tidur dengan wajah murung. Dulu ketika bekerja di kantor yang sama dengan Rengga, Mirela tidak pernah merasakan kebosanan seperti yang saat ini melandanya. "Apa yang harus Aku lakukan?" keluhnya resah. Mirela tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana menghadapi kejenuhan ini, rasanya dia ingin pergi jauh, sejauh-jauhnya atau berkeliling dunia untuk sekedar menghibur hatinya yang masih juga tidak bisa melupakan Rengga. Walaupun di depan kakak dan sahabatnya dia bersikap seolah sudah bisa melupakan Rengga dan terlihat baik-baik saja namun, sebenarnya dibalik semua sikapnya itu, dia seperti memelihara api di dalam sekam yang sewaktu-waktu dapat membuatnya sumpek dan akhirnya akan meledak. 'Apakah untuk bisa melupakannya Aku harus mencari cinta yang baru?' piki
"Aku minta maaf tapi rasanya Aku tidak mungkin dapat menggantikan Kamu ke acara tersebut karena Aku pasti akan merasa canggung dan tidak enak. Lagi pula apa yang harus Aku lakukan di sana? Di tengah pengusaha lainnya?" tanya Mirela bingung. "Kamu hanya tinggal datang saja dan mendengarkan lalu mencatat apa yang penting dalam pertemuan itu lalu memberikannya kepadaku," jawab Veny cepat. Mirela terdiam, kelihatannya mudah, tapi apakah benar semudah itu? Dia sering mendengar dari kakaknya, Pras di dalam pertemuan itu kadang ada juga tarik menarik kepentingan. Akan ada saja pengusaha kecil menengah yang datang menghampiri dan mengajak kolaborasi, lalu apa yang harus dia lakukan kalau hal itu sampai di hadapannya saat dia mewakili Veny. "Please?" kata Veny lagi dengan memohon. "Baiklah, tapi apa yg harus Aku lakukan kalau ada pengusaha yang mendekati untuk urusan kolaborasi?" tanya Mirela pada akhirnya. Dia sebenarnya merasa berat untuk memenuhi keinginan sahabatnya itu namun, rasa
Sedangkan Mirela, dia sudah lama menjalin hubungan dengan Rengga, hingga memutuskan untuk bertunangan. Jika pertunangan itu tidak gagal, mungkin saat ini Mirela dan Rengga sudah menjadi pasangan suami istri. Veny menghela napas, urusan jodoh walau katanya bisa diusahakan tetap saja semua tergantung pada Yang Maha Kuasa, kalau bukan jodohnya selalu saja ada jalan untuk perpisahan. "Apakah terlalu sulit bagi Kamu untuk mengalihkan hati?" tanya Veny kepada Mirela. Mirela terdiam, dia menatap ke luar jendela dan menghela napas. Sampai detik ini juga dirinya tidak tahu mengapa sulit sekali baginya untuk melupakan Rengga dan menghilangkan pria itu dari hati serta pikirannya. "Entahlah ... Ketika kita sudah merasa yakin akan bisa menggenggam sesuatu kemudian sesuatu itu terlepas dari genggaman dengan cara yang tidak pernah kita duga sebelumnya, itu benar-benar membuat mental kita menjadi down dan rasa patah semangat itu juga sangat sulit untuk dihindari," ujar Mirela sendu. "I see." "A
Mirela menghela napas mendengar pertanyaan Veny, dalam hati dia mengeluh, semua ini gara-gara Pras, wajar kalau Veny merasa curiga. Bagaimana tidak? Mereka sudah beberapa kali bertemu di acara pertemuan himpunan pengusaha yang diadakan setiap dua tahun sekali tapi mengapa kakaknya itu tidak pernah mengambil kesempatan untuk mendekati Veny dan malah meminta Mirela sebagai perantara seperti saat ini. Jadi wajar saja kalau hal itu sangat mencurigakan bagi Veny. "Aku juga sama kagetnya dengan Kamu ketika Dia meminta Aku untuk menjadi perantara antara Kamu dan Dia," kata Mirela sambil mencebikkan bibirnya. " ... " "Aku sama sekali tidak nyangka kalau selama ini ternyata Dia naksir Kamu, pantas saja saat kedua orangtuaku ingin mengenalkan anak relasi mereka, kakakku itu selalu menolak dengan berbagai macam alasan, ternyata Dia sudah lama mengincar Kamu," kata Mirela lagi. "Aku tersanjung tapi Aku nggak yakin kalau kakakmu dapat melewati ajudan ayahku," kata Veny terus terang. "Maksud K
Mirela menghubungi kakaknya Pras setelah selesai berbicara dengan sahabatnya Veny dan mengatakan apa yang dikatakan sahabatnya itu terkait salam yang Pras titipkan kepadanya."Hmmm...jadi artinya itu masih ada kesempatan buat aku," tanya Pras santai.Pemuda itu benar-benar merasa relaks saat mendengar informasi yang telah disampaikan adik perempuannya itu. Tadinya dia sempat khawatir kalau Veny telah memiliki pria idaman lain di hatinya, karena sikapnya yang sangat cuek selama ini."Yups, tapi kakak harus cepat bergerak agar tidak terlambat, sebab aku mencurigai sepertinya ajudannya itu juga menaruh hati kepada Veny," ungkap Mirela jujur."......."Pras mengerutkan keningnya mendengar informasi yang satu ini, dia mulai mengingat sosok pria tampan dan tegap khas militer yang selalu mendampingi Veny kemanapun gadis itu pergi."Dan sementara ini ak