Sedangkan Mirela, dia sudah lama menjalin hubungan dengan Rengga, hingga memutuskan untuk bertunangan. Jika pertunangan itu tidak gagal, mungkin saat ini Mirela dan Rengga sudah menjadi pasangan suami istri. Veny menghela napas, urusan jodoh walau katanya bisa diusahakan tetap saja semua tergantung pada Yang Maha Kuasa, kalau bukan jodohnya selalu saja ada jalan untuk perpisahan. "Apakah terlalu sulit bagi Kamu untuk mengalihkan hati?" tanya Veny kepada Mirela. Mirela terdiam, dia menatap ke luar jendela dan menghela napas. Sampai detik ini juga dirinya tidak tahu mengapa sulit sekali baginya untuk melupakan Rengga dan menghilangkan pria itu dari hati serta pikirannya. "Entahlah ... Ketika kita sudah merasa yakin akan bisa menggenggam sesuatu kemudian sesuatu itu terlepas dari genggaman dengan cara yang tidak pernah kita duga sebelumnya, itu benar-benar membuat mental kita menjadi down dan rasa patah semangat itu juga sangat sulit untuk dihindari," ujar Mirela sendu. "I see." "A
Mirela menghela napas mendengar pertanyaan Veny, dalam hati dia mengeluh, semua ini gara-gara Pras, wajar kalau Veny merasa curiga. Bagaimana tidak? Mereka sudah beberapa kali bertemu di acara pertemuan himpunan pengusaha yang diadakan setiap dua tahun sekali tapi mengapa kakaknya itu tidak pernah mengambil kesempatan untuk mendekati Veny dan malah meminta Mirela sebagai perantara seperti saat ini. Jadi wajar saja kalau hal itu sangat mencurigakan bagi Veny. "Aku juga sama kagetnya dengan Kamu ketika Dia meminta Aku untuk menjadi perantara antara Kamu dan Dia," kata Mirela sambil mencebikkan bibirnya. " ... " "Aku sama sekali tidak nyangka kalau selama ini ternyata Dia naksir Kamu, pantas saja saat kedua orangtuaku ingin mengenalkan anak relasi mereka, kakakku itu selalu menolak dengan berbagai macam alasan, ternyata Dia sudah lama mengincar Kamu," kata Mirela lagi. "Aku tersanjung tapi Aku nggak yakin kalau kakakmu dapat melewati ajudan ayahku," kata Veny terus terang. "Maksud K
Mirela menghubungi kakaknya Pras setelah selesai berbicara dengan sahabatnya Veny dan mengatakan apa yang dikatakan sahabatnya itu terkait salam yang Pras titipkan kepadanya."Hmmm...jadi artinya itu masih ada kesempatan buat aku," tanya Pras santai.Pemuda itu benar-benar merasa relaks saat mendengar informasi yang telah disampaikan adik perempuannya itu. Tadinya dia sempat khawatir kalau Veny telah memiliki pria idaman lain di hatinya, karena sikapnya yang sangat cuek selama ini."Yups, tapi kakak harus cepat bergerak agar tidak terlambat, sebab aku mencurigai sepertinya ajudannya itu juga menaruh hati kepada Veny," ungkap Mirela jujur."......."Pras mengerutkan keningnya mendengar informasi yang satu ini, dia mulai mengingat sosok pria tampan dan tegap khas militer yang selalu mendampingi Veny kemanapun gadis itu pergi."Dan sementara ini ak
Bab 22 Mirela memesan tiket pesawat untuk tempat yang akan dia kunjungi saat liburan, gadis itu memilih untuk berlibur ke India, padahal banyak tempat lain yang lebih bagus untuk dikunjungi namun, gadis itu lebih memilih India sebagai tempat yang akan dia kunjungi untuk liburannya kali ini karena Mirela merasa tertarik untuk melihat taj mahal, bangunan yang dibangun atas kecintaan seorang pria kepada wanita yang dikasihinya. Mirela yang merasa hampir hilang kepercayaan kepada kaum pria atas gagalnya pertunangannya dengan Rengga merasa perlu untuk melihat bangunan tersebut untuk meyakinkan hatinya bahwa di dunia ini masih banyak pria setia yang bisa di harapkan dan diandalkan. Saat Mirela memberitahukan kepada Veny tentang niatnya berlibur ke India, sahabatnya itu menatapnya dengan pandangan aneh. Bagaimana tidak? Sebelumnya Veny sempat berpikir kalau sahabatnya itu akan memilih Paris atau Italia sebagai tempat berlibur. Selain banyak tempat romantis yang bisa dikunjungi, di sana
Bab 23 Dean mendapatkan kabar soal Mirela yang akan berpergian ke luar negri dari bawahannya dan memutuskan untuk menyusun rencana pertemuan kebetulan mereka di luar negeri. "Bagaimana caranya membuat pertemuan yang seolah-olah itu adalah suatu kebetulan?" tanya Dean kepada bawahannya. "Bagaimana kalau bermain pahlawan menyelamatkan kecantikan, Bos?" tanya anak buahnya. "... apakah tidak terlalu klise?" tanya Dean sambil mengusap dagunya ragu. Walaupun cara tersebut memang bagus tapi cara itu sudah terlalu sering dipergunakan, bahkan film dan sinetron banyak menggunakan cara yang sama di jalan ceritanya untuk mempertemukan tokoh pria dan wanitanya. Dean mengerutkan kening merasa tidak puas memikirkan bahwa cara yang dia pakai amatlah pasaran dan banyak digunakan dimana mana. Apakah itu tidak akan menimbulkan kecurigaan di hati Mirela? Kalau dia menggunakan cara yang sama? " ... " Anak buahnya juga mengerutkan kening ikut berpikir, dia sadar kalau bosnya sama sekali tidak tert
Bab 24 Mirela mulai mengemasi barang-barang yang akan dia bawa saat berlibur besok untuk waktu yang tidak terbatas. Dia belum memutuskan berapa lama waktu yang akan dihabiskannya untuk liburan, semua tergantung pada mood yang dia miliki. Jika dirinya dapat melupakan semua kekecewaan yang telah dialaminya, mungkin dia akan cepat pulang namun, selama dia tidak dapat melupakan kepedihan hatinya mungkin dia akan terus berada di luar negeri. Setidaknya sampai dua tahun lagi ... saat rapat perhimpunan pengusaha dimulai, baru dia akan pulang karena dirinya telah berjanji akan mewakili Veny dalam rapat itu. Walau sebenarnya dia sendiri tidak tahu apa yang akan dia lakukan di sana. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di depan apartemennya. Mirela memalingkan pandangannya dari barang-barang yang sedang diberesi dan dimasukan ke dalam koper ke arah pintu. "Siapa sih?" gerutu Mirela kesal. Namun, suara ketukan yang terus menerus dan semakin kencang membuat gadis itu mau tidak mau men
Bab 25 Dua tahun kemudian .... Mirela melangkahkan kaki keluar dari pesawat dengan wajah dan senyum yang cerah. Di loby bandara Veny menunggunya dengan tidak sabar, pasalnya pesawat yang di tumpang Mirela terlambat mendarat di bandara hingga dua jam. Hal itu membuat Veny gelisah seperti duduk di atas bara api. Dia bolak balik bertanya kepada petugas di bandara mengapa pesawat yang ditumpangi Mirela Lambat mendarat. Jawabannya adalah karena faktor cuaca. Cuaca hari itu memang mendung dengan awan gelap pekat menggantung di atas bandara. Veny menghela napas. Sambil menunggu dia sibuk mengamati langit dan berdoa semoga pesawat yang ditumpangi sahabatnya bisa secepatnya mendarat dengan selamat. Veny ingin melihat bagaimana perubahan yang dibuat oleh sahabatnya setelah lama tinggal di luar negeri. Dari kejauhan Veny melihat seorang perempuan cantik berambut pirang memakai kaca mata hitam dengan pakaian yang sangat modis tak ubahnya seperti super star. Gadis itu berdecak kag
Veny tampak tertegun ketika melihat sahabatnya Mirela keluar dari ruang ganti, baju yang membalut tubuh sahabatnya itu sangat indah, membuat Mirela yang sudah cantik jadi semakin bersinar dan bertambah cantik."Bagaimana?" tanya Mirela bingung karena melihat sahabatnya hanya diam sambil menatapnya.Dia memilih baju ini karena sepertinya baju ini cocok untuk warna kulitnya dan akan membuat kulitnya tampak lebih bersinar. Tapi melihat reaksi sahabatnya saat ini hanya diam saja dan lama menatapnya bolak balik, Mirela jadi merasa tidak yakin dengan penilaiannya atas baju tersebut."Luar biasa!" kata Veny sambil mengitari sahabatnya.Hanya itu yang dapat dia katakan untuk menggambarkan bagaimana menakjubkannya penampilan Mirela saat ini. Veny yakin sahabatnya ini akan mencuri perhatian pengusaha-pengusaha yang hadir di acara tersebut. Diam-diam Veny tertawa dalam hati, menertawakan bagaimana