Share

Jerat Cinta Bodyguard Tajir
Jerat Cinta Bodyguard Tajir
Penulis: Nathanegara

Opening

Chatting

["Om, nikahin aku dong"] 

Sebuah pesan singkat yang diterima Bram dari Asha pagi itu, pesan itu pun dibalasnya dengan bercanda.

["Nikahin bener, atau sekedar kawin?"] balas Bram

Selang beberapa saat Asha kembali membalas chat Bram,

["Ya nikahlah om, kalo kawinkan udah"] jawab Asha, juga sambil bercanda ditambah emoticon smile.

Seketika itu juga Bram membalasnya,

["Gila apa kamu minta saya nikahin? Emang kenapa kamu minta dinikahin Sha?"] Bram pura-pura sewot

Keduanya seperti berbalas pantun tanpa ada bosannya. Bagi Bram semua itu sebagai hiburan disela kesibukannya

["Ya gak papa om ... pengen aja, enak kali om kalo dah nikah."] 

["Ya apa kata dunia saya nikahin anak ABG kayak kamu, yang ada saya dianggap gak waras entar."] 

["Yah aku sih gak peduli om, yang penting aku seneng aja."] 

["Kamunya sih seneng Sha, saya yang senewen."] 

["Yaahh ... kok om gak seneng sih? emang kenapa om? nikah siri juga gak papa om."] 

["Ah gak mau saya, itu ide gila, cukup saya baik aja sama kamu, saya gak mau aneh-aneh ah."] 

["Om sih gitu, gak sayang ya sama aku?"] 

["Kalo kamu udah ngebet nikah, kamu cari deh calon suami, entar biar saya yang biayai, ok?"] 

["Gak ah, aku maunya nikah sama om aja, sama yang lain aku ogah."] 

Chatt tersebut tidak dilanjutkan Bram lagi, dan dibiarkannya Asha kirim terus dan sampai dia bosan.

Tapi, apes bagi Bram chatt tersebut, menimbulkan 'tsunami' besar dalam rumah tangganya, chatt-nya lupa dihapus  dibaca oleh anaknya. Isteri Bram ngamuk begitu dikasih tahu anaknya, isterinya menanyakan isi pesan tersebut, Bram cuma menjawab,

"Kamu baca gak? apa jawaban saya dalam chatt itu? sama sekali saya tidak menanggapi, ajakan anak ABG tersebut!!" sergah Bram

"Ya tapi pada kenyataannya, Papa sudah selingkuh!!" suara isteri Bram mulai meninggi

"Masak sih saya selingkuh sama ABG seumur anak saya sendiri? yang benar aja kamu?" Bram tak kalah sewot

Mendengar jawaban Bram tersebut isterinya pun hampir percaya, tapi tetap saja dia ragu.

Lima menit kemudian ponsel Bram kembali ada nada panggilan masuk, ponselnya di atas meja langsung diambil sama isterinya, ternyata yang telpon Asha, Bram benar-benar mulai panik.

"Kamu ngapain telpon-telpon suami tante? Kamu tahu kan suami tante itu seumur ayah kamu?" tanya isteri Bram sambil menyalakan speaker ponsel. 

Terdengar dengan jelas suara Asha menjawab pertanyaan isteri Bram,

"Ya tante, memang seumur Papa saya, tapi Papa saya udah gak ada tante, makanya saya anggap om sebagai ayah saya."

"Udah deh, kamu jangan banyak alasan, mulai sekarang, kamu jangan hubungi om lagi ya, ini tante lagi marah sama om kamu!!" Isteri Bram langsung mengakhiri pembicaraan

Itulah telepon terakhir dari Asha, setelah itu dia tidak pernah lagi telepon Bram.

***

Sebulan berlalu, Bram pun mulai melupakannya. Tapi hari itu Bram benar-benar dikagetkan dengan kedatangan Asha di kantornya, dia datang dengan wajah sedih.

"Maaf om, mungkin kedatangan aku mengagetkan om, tapi aku gak mau ganggu om kok." ujar Asha tanpa memandang wajah Bram

"Terus apa tujuan kamu kesini?" tanya Bram menyelidik

Dengan wajah yang masih menunduk, sambil meremas-remas tangannya Asha menjawab pertanyaan Bram, "Aku cuma mau bilang, aku hamil om."

"Apa? Hamil? Terus apa urusannya dengan saya? Kamu mau jebak saya ya!!?" Bram mencecar Asha dengan pertanyaan dan penuh emosi

"Gak om.. om gak usah takut, aku mau menikah sama orang yang sudah menghamili aku, aku cuma mau kasih tahu itu aja kok om." ucap Asha dengan tenangnya sambil menatap Bram.

Mendengar apa yang dikatakan Asha, Bram sedikit lega,

"Wah bikin kaget aja kamu, terus cuma mau kasih tahu aja kan ya?" tanya Bram sambil tersenyum menatap Asha

"Ya gak lah.. om kan pernah janji mau biayain kalau aku nikah sama orang lain, sebetulnya maunya sih nikah sama om aja." Asha kembali menggoda Bram

"Waduh ... jangan deh!! udah, mendingan om kasih kamu uang aja, gimana?" tanya Bram dengan perasaan serba salah

"Nah gitu dong om.. "

Dengan masih sedikit panik, Bram membuka brankas yang ada di ruang kerjanya. Dia mengambil sejumlah uang dan dimasukkan kedalam amplop, dia berikan uang itu kepada Asha. 

"Ini Sha.. semoga uang ini cukup buat biaya nikah kamu ya.." ucap Bram sambil memberikan uang dalam amplop pada Asha. 

"Terima kasih ya om.. Jangan kapok ketemu sama Asha."

Setelah terima uang Asha langsung meninggalkan ruangan kerja Bram, terlihat kalau Bram ketakutan setengah mati. Ada kekhawatiran Bram terhadap apa yang dikatakan Asha tentang kehamilannya, namun dia berusaha untuk mengabaikannya. 

Bram berpikir kalau yang tidur sama Asha bukan hanya dia, karena berdasarkan pengalamannya berkencan dengan gadis seusia Asha rata-rata seperti itu. Begitulah selalu anggapan lelaki, ketika bisa tidur dengan seorang perempuan dengan mudahnya, maka akan beranggapan perempuan itu tidak saja tidur dengannya. 

Asha tidak tahu bagaimana cara untuk menuntut tanggung jawab pada Bram, yang dia tahu hanya Bram sudah sangat baik dengan dirinya. Asha rela menanggung derita akibat hubungannya dengan Bram. Uang yang dia terima dari Bram bukanlah digunakan untuk menikah, tapi untuk membiayai hidupnya. 

Asha benar-benar sedang hamil, bukan hanya sekadar bercanda. Sementara Bram menganggap apa yang dikatakan Asha bukanlah sesuatu yang serius. Dia tidak tahu cara untuk meminta pertanggungjawaban Bram, sehingga hanya disampaikannya dengan bercanda. 

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status