"Om sudah pikirkan semua, kamu dan Brama akan om bikinkan Asuransi, jadi kalau ada apa-apa kalian sudah aman."
"Om Bram gak buru-buru pulang kan? Asha masih kangen nih sama om," Asha terus menggoda Bram.
"Ya gaklah sayang, tadikan baru ronde pertama, om tahu kamu mana mau kalau cuma satu ronde."
Asha mencubit dada Bram dengan gemas, dan Bram kembali merengkuh Asha dalam pelukannya. Dua mahluk Tuhan yang beda usia ini kembali tenggelam dalam Asmaradhana. Bram kembali mencoba untuk memimpin pertandingan, Asha juga sudah berusaha untuk menikmati hubungan tersebut, namun Bram lagi-lagi belum bisa menuntaskan permainan dengan baik.
Asha berusaha untuk memperlihatkan pada Bram, bahwa dia baru saja menikmati sebuah permainan yang luar biasa, dia seolah-olah baru terpuaskan oleh Bram, reaksi yang diperlihatkan Asha itu membuat Bram merasa sebagai pemenang, meskipun dia tahu kalau dia tidak menuntaskan permainan dengan semestinya.
"Terima kasih ya om sudah bikin Asha tambah bahagia, Asha sangat menikmatinya om,"
Bram merasa sangat tersanjung dengan ucapan Asha, dia begitu bangga meskipun cuma lelaki tua bangka, tapi bisa membahagiakan Asha.
"Om juga sangat bahagia Asha, ternyata Om masih bisa mengimbangi kamu yang energinya sangat luar biasa, kamu masih muda, tentu kamu lebih kuat,"
Asha kembali memeluk Bram dengan hangat, Bram pun membalasnya dengan penuh kasih sayang. Asha melepaskan pelukannya, dan berlalu dari tempat tidur menuju ke Toilet. Asha menghidupkan shower untuk mandi, sementara pintu toilet tetap terbuka.
Dari tempat tidur Bram bisa melihat Asha, karena memang dinding pembatas kamar mandi dan ruang tidur hanya di batasi kaca yang tembus pandang, sehingga semua aktivitas Asha di kamar mandi akan terlihat dengan jelas, bahkan Asha yang lagi mandi di bawah shower, terlihat oleh Bram.
Melihat itu semangat Bram kembali terpacu, dia menyusul Asha di kamar mandi, dia ambil sabun, dia sabunin tubuh Asha dari belakang dengan lembut. Bram terus menyabuni Asha, dan Asha berbalik berhadapan dengan Bram dengan sumringah.
Asha pun melakukan hal yang sama, di sabuninya sekujur tubuh Bram dengan penuh kelembutan, Bram sangat menikmatinya. Di bawah shower yang terus mengucurkan air mereka kembali berpagut dengan mesra, Bram serasa menemukan dunianya, dunia yang tidak pernah dia nikmati dengan isterinya.
Setelah mandi dan bersih-bersih bersama Asha, Bram merasa apa yang di rindukannya selama ini sudah tersalurkan semuanya. Bram melihat perilaku Asha tidak banyak berubah, dia masih tetap seperti Asha yang di kenalnya dulu, tidak banyak tingkah, tidak banyak menuntut, bahkan penuh pengertian.
Itulah yang membuat Bram mempertahankan Asha, dia tidak pernah meneror, untuk mengadukan kekeluarga Bram, bahkan dia berusaha membantu Bram untuk menjaga perselingkuhan mereka berdua. Asha sangat di percaya Bram, sehingga Bram sangat royal pada Asha. Tidak aneh kalau Bram ingin membelikan Asha sebuah apartemen, untuk Asha dan Brama
Bram udah siap-siap untuk meninggalkan hotel, namun dia berpikir sejenak, ada yang harus di atur dengan Asha, agar keluar dari hotel tidak berbarengan. Untungnya Asha cukup memahami trik yang di gunakan Bram, sehingga dia bisa menangkap apa yang di inginkan Bram.
"Asha.. om turun duluan ya, kamu nanti pesan taksi aja, soalnya kalau kita keluar dari hotel ini berdua bisa berabe ntar,"
"Okey om, gak papa kok, Asha ngerti,"
Sehabis mencium kening Asha, Bram pun meninggalkan Asha di kamar. Asha terlihat begitu bahagia, karena Bram sangat perhatian dengan dia dan Brama, semua kebutuhan mereka akan dipenuhi oleh Bram. Cuma yang agak menggangu pikiran Asha adalah Bodyguard, yang akan senantiasa mengawasi dia dan Brama.
***
Bram terlihat dengan seorang anak muda yang cukup keren dan perlente, dialah Marchel, orang kepercayaan Bram.
"Marchel, saya memberikan kamu tugas khusus di luar kewajiban kamu di perusahaan, tugasnya sih gak berat, besok tolong kamu carikan apartemen yang dua kamar ya, cek harga sewanya pertahun, juga cek harganya kalau kita mau beli, nanti kamu pertimbangkan mana baiknya,"
"Siap pak..!!"
"Secepatnya kamu kabari saya ya, Oh ya satu lagi, tolong carikan Babysitter buat asuh bayi ya,"
"Siap pak, secepatnya akan saya kasih kabar pak,"
"Masih ada tugas lain yang akan saya kasih kamu, tapi itu setelah kamu dapatkan apartemen dan Babysitter ya, saya yakin kamu akan suka,"
"Terima kasih atas kepercayaannya pak, saya akan kerjakan sebaik mungkin, masih ada pak? kalau gak saya mau selesaikan pekerjaan saya,"
"Udah.. cukup itu aja."
Marchel keluar dari ruang kerja Bram, berbagai pertanyaan berkecamuk di benaknya, namun Marchel akhirnya tidak mau terlalu larut dengan pikiran tersebut. Marchel kembali ke ruang kerjanya, dia mulai browsing agen penyewaan dan jual apartemen.
Dia kumpulkan satu persatu imformasi yang sudah di dapatnya. marchel juga browsing agen penyalur Babysitter yang cukup berkelas, dia tahu persis selera bosnya, gak terlalu persoalan dengan soal harga, yang penting kualitasnya bagus.
Setelah bicara dengan Marchel, Bram langsung telepon Asha. Dia ingin kasih kabar gembira pada Asha, bahwa dia sudah suruh Marchel cari apartemen dan babysitter,
"Hallo Asha.. om sudah suruh Marchel cari apartemen dan babysitter untuk Brama, jadi kamu gak usah kuatir ya,"
"Iya om, terima kasih atas kebaikan om, biar kita bisa segera kumpul sama Brama ya om,"
"Iya Asha, yang penting kamu sabar, om akan penuhi semua janji om sama kamu,"
Bersambung..Bram dan Asha sudah berada di sebuah apartemen di bilangan Slipi, Jakarta. Bram sudah siapkan semua kebutuhan Asha, juga perlengkapan kamar Brama. Sambil terus memeluk Asha, Bram menjelaskan kalau Babysitter untuk Brama pun sudah ia sediakan."Gimana kamu suka gak dengan apartemen ini?" tanya Bram. "Besok kamu sudah bisa pindah kesini sama Brama, sebentar lagi Marchel datang sama babysitter." lanjut Bram"Terima kasih Om, gak nyangka semua cepat banget dipenuhi." Asha mencium Bram sebagai ucapan terima kasih."Kamu dan Brama harus bahagia, om pilih apartemen ini agar gak jauh dari permata hijau rumah om, kamu sendiri kamarnya ya, kamar satunya buat babysitter dan Brama." jelas Bram"Aku satu kamar sama om ya?" canda Asha dengan manja."Ya, kalau om lagi kesini ya, makanya om cari apartemen yang agak besaran."Bell pintu berbunyi, Asha buru-buru b
Marchel menjemput Asha dan Brama di rumahnya, namun kali ini Marchel agak dingin terhadap Asha. Perubahan sikap Marchel tersebut membuat Asha merasa aneh, karena awalnya Marchel sangat pecicilan terhadap Asha.Asha yang selama ini tinggal dengan bibinya pamit untuk pindah, Asha mengaku sama bibinya Marchel adalah calon suaminya yang punya apartemen."Bi ... kenalkan ini Marchel calon suami Asha.." Mendengar pengakuan Asha tersebut Marchel agak kaget, namun kekagetan itu tidak ia perlihatkan."Oo ini orang yang kamu ceritakan kemarin Asha, bibi titip Asha ya ... dia ini anak yatim piatu, orang tuanya sudah gak ada.." Cerita bibi Asha pada Marchel."Ya bi, saya akan jaga Asha da
"Maaf ya mas, aku sudah salah menilai kamu.." ujar Asha sambil menatap Marchel yang ada di depannya"Salah menilai kenapa Asha?" tanya Marchel dengan heranMereka berdua saling pandang, namun Marchel mengalihkan pandangannnya, pandangan Asha begitu menggetarkan hatinya. Baru kali ini Marchel merasakan ada wanita yang memiliki daya tarik memang sesuai dengan seleranya, namun dia sadar kalau Asha kekasih bosnya. Asha belum menjawab pertanyaan Marchel.Marchel pamit ke toilet dan Asha masih duduk di ruang tamu. Asha masih bertanya-tanya dalam hatinya tentang perubahan sikap Marchel yang begitu drastis.Setelah dari toilet, Marchel bertanya pada Asha:"Kita pesan makanan online aja
Di depan pintu berdiri sosok Bram memandang ke arah Marchel dan Brama dengan dingin. Asha dan Marchel langsung bersujud di kaki Bram, dengan bijaksana Bram meminta Asha dan Marchel berdiri."Marchel, Asha ... berdirilah, tidak perlu kalian bersujud di kaki saya, semua bisa kita bicarakan," ujar Bram dengan bijakAsha langsung peluk Bram sambil menangis dan meminta maaf, sementara Marchel terpaku diam dengan perasaan bersalah."Om ... maafin Asha ya, apa yang om lihat tidak seperti itu kejadian sebenarnya." ucap Asha penuh penyesalan"Sudahlah Asha, nanti saja kamu jelaskan, Marchel kamu boleh pulang, besok kita bicara di kantor.""Siap pak!! Terima kasih pak, saya pamit.." Marchel la
Di ruang kerja Bram, Marchel terlihat dalam perbincangan yang serius dengan Bram. Sebagai sosok yang gentlemen, Marchel tetap bersikap tenang, dia tahu kalau dalam posisi yang salah, dan siap mengakui kesalahan. Bram pun tidak dengan emosi menghadapi Marchel, karena dia sudah cukup mengenalattitudeMarchel, yang merupakan orang kepercayaannya."Jadi kamu sudah mengerti ya kenapa kamu saya suruh menghadap saya hari ini?" tanya Bram. "Saya sangat menghargai kejujuran kamu selama ini, dan saya sangat yakin kamu masih memegang teguh kepercayaan saya.." lanjut Bram dengan sikap kebapakan"Sangat mengerti pak, dan saya siap menerima resiko apa pun dari kesalahan saya." Marchel benar-benar bersikap apa adanya, dan pasrah menerima apa pun dari Bram."Kamu tahu apa kesalahan
Begitu sampai, Asha yang membukakan pintu, Marchel langsung peluk Asha. Asha merasa ada sesuatu yang aneh dari Marchel seperti tidak biasanya."Tumben kamu mas peluk aku? ada apa nih?" tanya Asha heran"Aku senang Sha ...pak Bram gak marah sama aku.." jawab Marchel dengan sumringah"Serius kamu mas? Kemarin sih aku bilang apa adanya soal kamu..""Brama mana? Aku mau gendong dia Asha..""Ada angin apa nih? Kok kamu tiba-tiba ingin gendong Brama?""Kalau seandainya aku gendong kamu aneh gak?" Marchel mulai menggoda Asha."Emang kamu berani gendong isteri bos kamu?" Balas Asha sambil
"Mas bilang gini, saya kasihan sama Asha dan Brama.." jawab Marchel"Ooo ... jadi mas cuma kasihan ya sama aku?" selidik Asha"Ntar dulu dong, kan belum selesai ngomongnya, terus mas bilang gini,""Bapak percaya kalau saya jatuh cinta sama Asha?""Saya sangat percaya, dan itu adalah sesuatu yang wajar..itu kata om Bram, Kamu sangat tahu kalau saya selalu mempercayai kamu, tapi ... ada satu hal yang tidak saya inginkan, kata Om Bram.."Marchel tidak meneruskan pembicaraan, sehingga membuat Asha semakin penasaran. Asha sudah mulai tersanjung oleh Marchel yang mulai membangun suasana kehangatan diantara keduanya. Asha memeluk Marchel dengan mesra, dia sudah begitu yakin ka
Marchel tersadar atas apa yang baru saja hampir terjadi. Sebagai lelaki yang masih lajang, dia benar-benar menikmati apa yang dilakukan Asha tadi.Asha keluar dari kamar sambil menyusui Brama, dan duduk di samping Marchel. T-shirt Asha yang terbuka dengan tanpa mengenakan bra, dia menyusui Brama di depan Marchel. Marchel melihat betapa indahnya pemandangan yang ada dihadapannya.Asha menatap Marchel sambil tersenyum, dia tahu Marchel sangat menikmati dadanya yang indah."Mas mau ikutan? Mandangnya kok sampe gitu sih?" canda AshaMarchel tersipu malu mendengar pertanyaan Asha."Aku cukup memandangnya aja kok." jawab Marchel sedikit salah tingkah