Bram ketawa mendengar cerita Marchel, "Asha cemburu? Takut kamu kepincut Petty ya?" Tanya Bram
"Iya pak, tapi akhirnya dia ngerti juga, karena Petty juga gak macam-macam kok."
"Kapan waktu itu, saya ketemu Papi kamu di lapangan golf, dia cerita ingin serahkan sama kamu semua perusahaannya, kamu sudah ketemu belum sama Papi kamu?"
"Udah pak, kemarin saya dan Asha dinikahkan di rumah," jawab Marchel
"Syukurlah ... berarti sekarang hubungan kamu dengan Asha sudah direstui ya, terus beliau bicara soal perusahaan gak?"
"Ya pak, Papi bilang mau serahkan semua usahanya sama saya, termasuk jabatan komisaris di perusahaan ini."
"Yaudah, ikuti semua keinginan Papi kamu, bikin dia
Sambil makan, Papi Marchel cerita tentang hubungan pertemanannya dengan Bram. Menurut Papi Marchel, hubungannya dengan Bram sudah berlangsung sejak Papinya masih menjabat di instansi ABRI, pada masa Order Baru, Bram adalah salah satu relasi bisnisnya. Papi Marchel juga jelaskan kedudukannya di dalam perusahaan Bram, dan bagaimana perusahaan itu mendapatkan pekerjaan sehingga menjadi perusahaan yang maju dan besar seperti sekarang ini. Cerita Papinya itu, membuat Marchel jadi tahu, kenapa dia sampai diberikan kepercayaan yang begitu besar oleh Bram. Dari cerita soal hubungannya dengan Bram, sampailah pada cerita Marchel dititipkan di perusahaan Bram tersebut. Dari situ Marchel menjadi semakin jelas korelasi cerita itu dengan posisinya sekarang. Ujung-ujungnya Papi Marchel bilang, "Kamu magang di sana sudah selesai cel, sekarang
Petty merasa dia sudah salah menilai Marchel, saat Bram sering asyik ngobrol dengan Petty, Marchel masuk mau menemui Bram, "Selamat pagi pak, maaf mengganggu ... bisa minta waktunya sebentar pak?" "Boleh Marchel ... silahkan," ujar Bram. "Pet, kamu keluar sebentar, Papa mau bicara sama Marchel," Bram suruh Petty keluar Setelah Petty keluar ruangan, Marchel langsung membuka pembicaraan, "Dua minggu yang lalu, saat kita libur, Petty datang ke apartemen... " Belum selesai Marchel bicara, Bram langsung memotong pembicaraan, "Kenapa dia? Ganggu kalian gak?" Tanya Bram "Gak sih pak, hanya saja saya bingung, kok Petty dapat akses masuk?" Tanya Marchel "Ooh gitu, itu salah saya
Marchel menatap kearah Petty dan bilang, "Gak masalah kalau kamu ke apartemen dalam konteks pekerjaan, di luar itu aku gak bisa terima kamu." Pungkas Marchel Petty menatap Marchel dengan wajah kesal, setelah itu dia keluar dari ruang Marchel. Marchel kembali sibuk dengan aktivitas rutinnya, dia teringat dengan Asha di rumah, yang sedang masak kesukaan Papi dan Maminya. ***Di rumah, Asha masih berkutat di dapur, memasak gudeg kesukaan Papi dan Mami Marchel. Ternyata Asha memang pandai memasak, bukan cuma bisa. Ilmu memasak itu disamping di peroleh dari bangku kuliah di perhotelan, juga dari Bibinya yang sehari-hari bisnis kuliner. Sambil melihat Asha memasak, Mami Marchel terus bertanya, "Kamu kenal Marchel dimana Asha? Soalnya Marchel itu sangat susah bergaul sama perempuan.
"Lho!! Mas kok bilang gitu sih? Kan aku jadi gak enak sama om Bram!!" "Kalau aku gak bilang gitu, kamu akan terus di ganggu sama Petty Sha." Jawaban Marchel sangat masuk di akal Asha, dan Asha memakluminya. Marchel juga cerita kalau Bram sudah menceritakan siapa sebenarnya dirinya pada Petty, hanya saja Marchel tidak bilang kalau Petty justeru semakin suka sama dia. "Kamu masih mau dengar cerita aku gak?" Tanya Marchel "Ya maulah, mas terus aja cerita, aku dengar kok," ucap Asha, sambil membenahi pakaian kerja Marchel yang berserakan di tempat tidur "Seperti yang mas bilang, biarkan Tuhan yang membuka semua siapa kita," Marchel menghentikan sejenak ucapannya, "Ternyata pak Bram bilang pada Petty bahwa aku calon Komisaris Utama di perusahaannya." "Kenapa pak Bram sampai buka semua itu mas?" "Biar Petty gak anggap remeh aku, itukan yang kamu inginkan kemarin?" "Ya mas, ternyata langsung di jawab Tuhan ya mas, Subhanallah.
Marchel menghampiri Papi dan Maminya yang lagi duduk di ruang tv, "Malam Pi, malam Mi, nih cucunya kepengen diajak ngobrol," ucap Marchel "Sini sama eyang Brama.." ujar Mami Marchel "Asha mana?" Tanya Papi Marchel "Tuh Asha Pi.." ucap Marchel, sambil menunjuk ke arah Asha yang sedang menghampiri mereka "Malam Pi, malam Mi.." sapa Asha "Ujian pertama buat Asha lulus cel, gudeg bikinannya enak, mami gak nyangka orang sumatera bisa bikin gudeg jogya yang enak." Ucap Mami Marchel "Ya karena dia memang punya ilmu soal itu Mi, keahliannya memang memasak, meramu masakan," jawab Marchel "Kamu sudah lihat paviliunnya Sha?" Tanya Papi Marchel "Udah Pi, cukup kok buat kami sekeluarga," jawab Asha "Terus kapan kalian mau menempatinya?" "Segera Pi, setelah Marchel rapikan urusan kantor, karena habis libur kemarin pada berantakan." Jawab Marchel "Satu permintaan Papi, kalau kalian tidak ingin nyampur,
Marchel mendengar ribut-ribut di ruang makan segera keluar, sambil menggendong Brama dia bertanya, "Ada apa Mi? Gak suka ya sama nasi goreng buatan Asha?" Tanya Marchel "Gak sih ... Mami cuma tanya, ini nasi goreng apa? Kok gak seperti nasi goreng yang biasanya?" Tanya Mami Marchel "Mami coba makan dulu ya, kalau Mami gak suka, nanti Asha akan bikinkan yang Mami suka deh." Ujar Marchel Asha mengambil Brama dari Marchel, "Kamu sarapan deh mas, biar Brama aku yang gendong." Ujar Asha, masih menunggu komentar Papi dan Mami Marchel "Enak kok mi, bahkan lebih enak dari yang biasanya." Ujar Papi Marchel Mami Marchel masih mencecap nasi goreng, belum kasih komentar, sehingga Asha yang menunggu komentarnya sangat cemas. "Kamu gak ikut sarapan sekalian Sha? Tanya Mami "Asha entar aja Mi, tunggu Narti dulu biar dia gendong Brama," jawab Asha "Ini kamu nemu menu nasi goreng dari mana?" Tanya Mami Marchel "Menu dari tante A
Bik tum kasih tahu Asha agar kalau mau masak untuk Papi dan Mami Marchel, harus tanya dulu dimasakin apa,"Non jangan sekali-kali masak sesuatu gak di tanya dulu, soalnya nyonya sangat cerewet soal makanan," ujar bik Tum"Iya bik, aku baru tahu soalnya, kalau soal kebersihan gimana bik?" Tanya Asha"Nanti kalau non tinggal di paviliun, barang-barang yang sudah di sana, jangan di pindahin ya, harus rapih setiap hari," nasehat bik Tum"Oo gitu ya bik? Suka di kontrol ya?""Setiap hari pasti di kontrol non, kalau berantakan bisa ngamuk nyonya, dan itu sepanjang hari akan terus ngoceh."Mendengar penuturan bik
"Yang paling saya cemaskan soal Brama, karena biar bagaimana pun Brama bukan darah daging kamu, jadi tidak ada ikatan batin sama Papi dan Mami kamu," jelas Bram"Saya selalu berusaha membuat Papi dan Mami dekat dengan Brama pak,""Gak bisa Cel, itu soal ikatan darah, hubungan darah, anak bayi itu sangat sensitif." Jelas Bram lagi"Saya sendiri sangat dilematis pak, kalau saya tidak tinggal di sana, Papi dan Mami ngambek, dan sedih.""Kamu tinggal di satu rumah atau terpisah di paviliun? Kan disana ada paviliunnya ya kalau gak salah?""Nantinya saya akan tinggal di paviliun, Papi kasih saran begitu."Bram b