Marchel merasa kalau Petty mulai menggunakan hal itu sebagai senjatanya. Dia tidal bisa bersikap keras pada Petty, karena bisa-bisa Petty akan nekad membuka aibnya.Sementara Petty merasa sudah berhasil menaklukkan Marchel, dengan menggunakan hubungan intim yang pernah mereka lakukan, ada akibatnya. Petty merasa di atas angin, dan Marchel sudah masuk perangkapnya.***Di rumah, Asha mulai gelisah, karena Marchel belum juga pulang saat hari menjelang Maghrib. Asha kuatir kalau Marchel kembali ketemu dengan Petty, padahal pamitnya cuma ingin mengabarkan Bram tentang jabatannya yang baru.Kekuatiran Asha itu sangat beralasan, karena Marchel pernah pulang dalam keadaan mabuk sehabis ketemu Petty. Sehingga feeling-nya langsung mengarah pada Petty.Pada kenyataannya, Marchel benar-benar sedang ketemu sama Petty. Feeling seorang isteri, kadang kala sangat kuat, apa yang dicemaskannya, seperti itulah kenyataan yang terj
Marchel meninggalkan Petty sendiri di cafe, dia harus segera pulang. Marchel tidak bisa menghindar dari Petty, dan dia tidak bisa bersikap kasar terhadap Petty.Marchel tahu kalau Petty sengaja mengatur pertmuan di cafe itu, karena dia juga sudah menyiapkan kamar hotel untuk dia kencan berdua Marchel.Diperjalanan pulang, Petty kembali kirim pesan WA pada Marchel,"Mas, janji kamu akan terus aku tagih, jangan cuma janji mas!!" Pesan PettyMarchel langsung menghapus semua pesan yang masuk dari Petty, dia tidak ingin kalau Asha sampai membaca pesan-pesan dari Petty.Marchel sampai di rumah lewat Maghrib, dan Asha sudah menunggunya dengan gelisah,"Ngobrol apa aja sih mas sama pak Bram? Sampai berjam-jam gitu?""Banyaklah, dari soal pekerjaan, sampai soal Petty.""Kok Petty lagi sih? Emang kamu mau di jodohin sama Petty?"Ada perasaan cemburu dalam diri Asha terhadap Petty, feeling Asha terhada
Marchel seperti orang kebingungan, semua di luar dugaannya. Hatinya sangat kesal terhadap Petty, gara-gara Petty semuanya jadi berantakan. Dia mencoba membujuk Asha,"Sha ... masih bisa gak ini kita perbaiki," bujuk Marchel. "Aku siap harus melakukan apa pun Sha, asal kamu gak keluar dari sini." Marchel berusaha untuk memeluk Asha, namun Asha menolaknya"Aku perlu menenangkan diri dulu mas, biarkan aku ke rumah Bibi, mas selesaikan urusan sama Petty.""Tapi, semuanya jadi berantakan Sha, bahkan aku jadi malas menerima jabatannya dari Papi Sha.""Kamu gak usah gitu mas, jangan cengeng dong!! Itukan karir kamu, masa depan kamu.""Apa artinya Sha? Kalau tanpa kamu dan Brama, aku semangat untuk semua itu, karena kamu dan Brama Sha.."Asha seakan tidak lagi peduli dengan apa yang di katakan Marchel, meskipun dia tahu kalau Marchel melakukan itu semua di luar kehendaknya. Namun dia tidak bisa menerima kenyataan, kalau Marchel sudah pernah tidur dengan Petty.
Asha mulai berpikir tentang apa yang dikatakan Bi Hana. Dia semakin khawatir kalau peluang itu dimanfaatkan oleh Petty, meskipun dia percaya dengan kesetiaan Marchel.Pada kenyataannya, Marchel tetap bisa diperdaya oleh Petty, dengan dicekoki minuman keras. Sehingga Petty berhasil melakukan hubungan intim dengan Marchel."Asal kamu tahu Asha, laki-laki itu usianya hanya lebih tua satu hari dari anjing, jadi kamu gak usah terlalu muluk mengharapkan kesetiaan laki-laki." Ujar Bi Hana"Terus Asha harus gimana Bi? Asha gak boleh cemburu?""Yang kamu harus awasi, asal dia tidak melakukan sesuatu di depan mata kamu, apa yang dia lakukan di belakang kamu, gak usah terlalu dianggap pusing.""Asha Marah karena dia mengaku berhubungan intim sama Petty Bi, dia diajak mabuk sama Petty.""Sudah bagus dia mau jujur sama kamu, kan dia lakukan itu dalam keadaan tidak sadar, hargai pengakuannya, karena itu terjadi bukan karena keinginan dia." Terang Bi HanaBi Hana t
Mereka merasa tidak dihargai oleh Asha, karena pergi begitu saja. Papinya juga bilang, harusnya Marchel kasih tahu sama Papi dan Maminya, sebelum Asha pergi meninggalkan rumah."Kamu itu sebagai suami gimana sih Cel? Kan kamu bisa bilang, kalau Asha mau pergi, kalau kamu saja gak menghargai Papi dan Mami, gimana isteri kamu mau menghargai Papi dan Mami!!" Mami Marchel marah dengan nada yang cukup tinggi."Ya mi, Marchel ngaku salah, Marchel kurang mendidik Asha." Ujar Marchel sambil berdiri, dan langsung meninggalkan Papi dan Maminya."Kayak gitu tuh Mi anak kamu, kalau dinasehati dianggap marah, kalau marah malah gak didengar." Ucap PhilipMarchel tidak sempat menyelesaikan makannya, dia tinggalkan begitu saja sisa makanan yang masih ada di piringnya. Papi dan Mami Marchel terus membahas soal Asha dan Marchel, mereka menganggap Asha membuat jarak dengan mereka.Di paviliun Marchel hanya termenung diruang tamu, dia begitu gundah gulana tanpa ada Asha di sisi
"Petty hanya berani mengaku hamil, itu kalau dia benar-benar hamil, dan yang menghamili dia pastinya bukan aku Sha.." Dalih MarchelDalih Marchel ini bisa diterima Asha, karena Marchel menceritakan kronologisnya peristiwa yang terjadi, saat dia mabuk dengan Petty. Kalau Petty hanya mengaku hamil, namun kenyataannya tidak, menurut Marchel tidak akan dilakukan Petty."Aku jadi ngerti tujuan Petty melakukan itu semua mas, benar yang Bi Hana bilang, aku jangan berikan peluang untuk orang lain masuk." Terang Asha"Rumah tangga kita jangan mudah dipecah belah orang lain Sha, kita harus selalu rukun, kamu kan tahu aku, aku gak mungkin hianati kamu Sha."Mobil Marchel sudah sampai di halaman rumah pondok indah, "Nanti kamu temui Mami dan Papi ya, minta maaf gak pamit kemarin." Pesan Marchel"Iya mas, aku siap kok kalau pun diomelin.." Ujar AshaBegitu masuk ke paviliun, Asha menidurkan Brama di tempat tidurnya. Dia dan Marchel langsung merapikan paviliun, takutn
Banyak nasehat dari Papi dan Mami yang Asha terima saat itu, sedikit pun dia tidak kecewa, dia menerima nya dengan lapang dada. Bagi Asha, nasehat Papi dan Mami Marchel untuk kebaikannya, bukanlah sebuah bentuk kemarahan.Marchel dan Asha kembali ke paviliun, setelah mendapat banyak wejangan dari Papi dan Mami Marchel. Menjelang siang, Marchel kembali memesan makanan secara online untuk makan siang mereka.Sambil menunggu makan siang, Asha mengajak Marchel bicara soal program tambah anak, "Mas .. Brama kan sudah masuk usia 8 bulan, aku mau lepas kontrasepsi, boleh gak?""Ya boleh aja kalau kamu sudah siap, aku malah suka kalau kamu hamil lagi, biar Brama ada temannya." Jawab Marchel dengan memeluk Asha yang ada disampingnya."Kalau gitu, ntar sore antar aku ke klinik bersalin ya, untuk melepas kontrasepsinya." Pinta Asha dengan manja"Eh Sha, mama apa kabar ya? Kapan mau ke Indonesia lagi?" Tanya Marchel"Kemarin Mama telepon, saat Asha di rumah Bibi, ka
Papi dan Mami Marchel ngobrol di ruang tamu sehabis makan siang, Mami mempersoalkan kenapa Asha tidak hamil lagi, setelah Brama berumur delapan bulan."Kita tunggu Pi, apakah Asha nanti hamil anak yang kedua, semoga itu baru benar cucu kita." Ujar Mami"Lho!! Kok Mami masih terus ragu sama Brama? Kan Brama juga anak Marchel?" Tanya Papi "Mami baru yakin kalau Asha sudah hamil lagi Pi, selama Asha belum hamil lagi, Mami belum yakin kalau Brama anak Marchel.""Mami ini kok aneh sih? Sama anak sendiri aja gak percaya? Marchel itu pewaris tunggal kita lho Mi?"Mami Marchel punya feeling kalau Brama bukanlah anak Marchel, karena dia melihat tidak ada sama sekali 'gen' Marchel dalam diri Brama. Itulah makanya Mami sangat berharap kalau Asha hamil lagi, dan melahirkan anak kedua, dengan demikian baru bisa diketahui kalau Marchel bisa menghamili Asha.Sementara Papi Marchel sudah menepis keraguannya terhadap Brama, dia sangat yakin kalau Brama adalah darah dagi