Asha mulai berpikir tentang apa yang dikatakan Bi Hana. Dia semakin khawatir kalau peluang itu dimanfaatkan oleh Petty, meskipun dia percaya dengan kesetiaan Marchel.Pada kenyataannya, Marchel tetap bisa diperdaya oleh Petty, dengan dicekoki minuman keras. Sehingga Petty berhasil melakukan hubungan intim dengan Marchel."Asal kamu tahu Asha, laki-laki itu usianya hanya lebih tua satu hari dari anjing, jadi kamu gak usah terlalu muluk mengharapkan kesetiaan laki-laki." Ujar Bi Hana"Terus Asha harus gimana Bi? Asha gak boleh cemburu?""Yang kamu harus awasi, asal dia tidak melakukan sesuatu di depan mata kamu, apa yang dia lakukan di belakang kamu, gak usah terlalu dianggap pusing.""Asha Marah karena dia mengaku berhubungan intim sama Petty Bi, dia diajak mabuk sama Petty.""Sudah bagus dia mau jujur sama kamu, kan dia lakukan itu dalam keadaan tidak sadar, hargai pengakuannya, karena itu terjadi bukan karena keinginan dia." Terang Bi HanaBi Hana t
Mereka merasa tidak dihargai oleh Asha, karena pergi begitu saja. Papinya juga bilang, harusnya Marchel kasih tahu sama Papi dan Maminya, sebelum Asha pergi meninggalkan rumah."Kamu itu sebagai suami gimana sih Cel? Kan kamu bisa bilang, kalau Asha mau pergi, kalau kamu saja gak menghargai Papi dan Mami, gimana isteri kamu mau menghargai Papi dan Mami!!" Mami Marchel marah dengan nada yang cukup tinggi."Ya mi, Marchel ngaku salah, Marchel kurang mendidik Asha." Ujar Marchel sambil berdiri, dan langsung meninggalkan Papi dan Maminya."Kayak gitu tuh Mi anak kamu, kalau dinasehati dianggap marah, kalau marah malah gak didengar." Ucap PhilipMarchel tidak sempat menyelesaikan makannya, dia tinggalkan begitu saja sisa makanan yang masih ada di piringnya. Papi dan Mami Marchel terus membahas soal Asha dan Marchel, mereka menganggap Asha membuat jarak dengan mereka.Di paviliun Marchel hanya termenung diruang tamu, dia begitu gundah gulana tanpa ada Asha di sisi
"Petty hanya berani mengaku hamil, itu kalau dia benar-benar hamil, dan yang menghamili dia pastinya bukan aku Sha.." Dalih MarchelDalih Marchel ini bisa diterima Asha, karena Marchel menceritakan kronologisnya peristiwa yang terjadi, saat dia mabuk dengan Petty. Kalau Petty hanya mengaku hamil, namun kenyataannya tidak, menurut Marchel tidak akan dilakukan Petty."Aku jadi ngerti tujuan Petty melakukan itu semua mas, benar yang Bi Hana bilang, aku jangan berikan peluang untuk orang lain masuk." Terang Asha"Rumah tangga kita jangan mudah dipecah belah orang lain Sha, kita harus selalu rukun, kamu kan tahu aku, aku gak mungkin hianati kamu Sha."Mobil Marchel sudah sampai di halaman rumah pondok indah, "Nanti kamu temui Mami dan Papi ya, minta maaf gak pamit kemarin." Pesan Marchel"Iya mas, aku siap kok kalau pun diomelin.." Ujar AshaBegitu masuk ke paviliun, Asha menidurkan Brama di tempat tidurnya. Dia dan Marchel langsung merapikan paviliun, takutn
Banyak nasehat dari Papi dan Mami yang Asha terima saat itu, sedikit pun dia tidak kecewa, dia menerima nya dengan lapang dada. Bagi Asha, nasehat Papi dan Mami Marchel untuk kebaikannya, bukanlah sebuah bentuk kemarahan.Marchel dan Asha kembali ke paviliun, setelah mendapat banyak wejangan dari Papi dan Mami Marchel. Menjelang siang, Marchel kembali memesan makanan secara online untuk makan siang mereka.Sambil menunggu makan siang, Asha mengajak Marchel bicara soal program tambah anak, "Mas .. Brama kan sudah masuk usia 8 bulan, aku mau lepas kontrasepsi, boleh gak?""Ya boleh aja kalau kamu sudah siap, aku malah suka kalau kamu hamil lagi, biar Brama ada temannya." Jawab Marchel dengan memeluk Asha yang ada disampingnya."Kalau gitu, ntar sore antar aku ke klinik bersalin ya, untuk melepas kontrasepsinya." Pinta Asha dengan manja"Eh Sha, mama apa kabar ya? Kapan mau ke Indonesia lagi?" Tanya Marchel"Kemarin Mama telepon, saat Asha di rumah Bibi, ka
Papi dan Mami Marchel ngobrol di ruang tamu sehabis makan siang, Mami mempersoalkan kenapa Asha tidak hamil lagi, setelah Brama berumur delapan bulan."Kita tunggu Pi, apakah Asha nanti hamil anak yang kedua, semoga itu baru benar cucu kita." Ujar Mami"Lho!! Kok Mami masih terus ragu sama Brama? Kan Brama juga anak Marchel?" Tanya Papi "Mami baru yakin kalau Asha sudah hamil lagi Pi, selama Asha belum hamil lagi, Mami belum yakin kalau Brama anak Marchel.""Mami ini kok aneh sih? Sama anak sendiri aja gak percaya? Marchel itu pewaris tunggal kita lho Mi?"Mami Marchel punya feeling kalau Brama bukanlah anak Marchel, karena dia melihat tidak ada sama sekali 'gen' Marchel dalam diri Brama. Itulah makanya Mami sangat berharap kalau Asha hamil lagi, dan melahirkan anak kedua, dengan demikian baru bisa diketahui kalau Marchel bisa menghamili Asha.Sementara Papi Marchel sudah menepis keraguannya terhadap Brama, dia sangat yakin kalau Brama adalah darah dagi
Hari pertama Marchel masuk kantor di PIDWI Corporation, Marchel bertemu dengan President Director PIDWI, Subianto Prawirohusodo. Marchel di perkenalkan kepada seluruh staf dan karyawan PIDWI, sebagai Vice President, dan Subianto juga menunjukkan pada Marchel ruang kerjanya, juga sekretarisnya Suci Indahsari.Setelah berbincang-bincang dengan Subianto, staf dan karyawan, Marchel dipersilahkan untuk koordinasi dengan sekretarisnya. Di ruang kerjanya Marchel di dampingi sekretaris untuk melaksanakan program yang sudah di jadwalkan.Melihat program yang disodorkan sekretarisnya, Marchel complain, "Hari ini saya akan pelajari dulu programnya, besok kamu saya kasih program yang harus kita kerjakan." Kilah MarchelSuci yang ada di hadapan Marchel mengernyitkan dahinya, "Kenapa pak? Ada yang salah dengan program ini?" Selidik Suci"Gak ada yang salah, hanya saja ada yang lebih urgent dari program ini." Tegas MarchelSuci Indahsari, sekretaris Marchel masih sebaya de
"Gak mbak, saya tahu kalau mereka gak bisa di percaya, mereka pernah tanya sih, tapi saya bilang Brama anak mas Marchel." Jelas Narti"Kamu tolong temani Brama ya, saya mau masak solanya, Mami Pesan sayur lodeh sama ikan bawal goreng." Asha langsung tinggalkan Narti di ruang tamu, dia menuju ke dapur.***Setelah dari paviliun, Mami Marchel cerita sama Papi,"Mami tadi ke paviliun ketemu Marchel?" Tanya Philip sama Mami yang membawa secangkir teh dan cemilan.Mami meletakkan teh dan cemilan di atas meja tamu, "Wong Marchelnya udah jalan kerja Pi dari pagi sekali, Asha tadi cerita kalau dia lagi program hamil untuk anak kedua Pi."Philip baru saja mau minum teh, mendengar kabar program hamil Asha dia jadi penasaran, "Kok bisa kebetulan gitu ya mi? Baru aja kita omongin, serius itu mi?" Tanya Philip dengan penasaran"Serius Pi, Asha aja senang banget kok menceritakannya.""Syukur deh mi, semoga Marchel gak cuma punya anak satu kayak kita ya mi?"
Marchel sudah tahu posisi jabatannya yang sesungguhnya, namun dia berusaha untuk tetap bersikap sebagai Wakil Direktur. Namun secara pelaksanaan wewenang, dia sudah menjalankan fungsi sebagai Direktur Utama. Secara etika dia tetap selalu konsultasi dan kordinasi dengan Subianto, Direktur Utama. Dalam masa adaptasi, Marchel sangat hati-hati dalam menjalankan tugasnya, dia tidak ingin para senior di perusahaan itu merasa dilangkahi. Sebagai pemimpin perusahaan dengan usia yang masih sangat muda, Marchel harus siap menghadapi berbagai godaan dan tantangan. Di PIDWI Corporation, banyak sekali karyawan wanitanya, terutama di bagian administrasi dan purchasing. Hari pertama bekerja, Marchel lebih banyak melakukan angjangsana ke berbagai departemen, di dalam lingkup perusahaan. Marchel harus mengetahui lebih dini potensi yang dimiliki perusahaan. Tidak semua karyawan perusahaan menyukai keberadaan Marchel di perusahaan tersebut, karena biar bagaimana pun Marchel di