Share

Cinta dari Perempuan Berwujud Iblis
Cinta dari Perempuan Berwujud Iblis
Penulis: justphantom

1. Pembangkang

“Jangan bercanda, Ayah.  Sampai kapan pun aku tidak akan sudi menikah dengannya!”

“Jaga bicaramu, Kaliya! Ini demi kebaikan kerajaan kita. Ayah mohon, mengertilah!”

“Tidak!” sergah Kaliya geram. “Aku sudah hidup selama 666 tahun sebagai keturunan terbaik Azazel. Tugasku adalah untuk memperkuat kerajaan ini. Bukan untuk bersujud di kaki Lucifer!”

Bara api berembus di kedua sisi tubuh Elliot. Raja Iblis dari neraka bagian selatan itu marah karena putrinya tak kunjung mengerti.

Sebagai seorang ayah sekaligus pemimpin kerajaan iblis, Elliot tahu betul bahwa masa depan sang putri akan lebih baik jika menerima pinangan dari Lucifer.

Para penduduk iblis di neraka selatan akan hidup damai, mendapat tugas lebih jelas, dan memiliki akses ke neraka utama untuk mencuri informasi. Menurut Elliot, pernikahan ini akan sangat menguntungkan mereka.

“Tidak ada yang memintamu bersujud di bawah kakinya, Kaliya. Kamu hanya perlu menikahi Lucifer untuk menyejahterakan kerajaan ini.” Elliot kembali menjelaskan dengan tenang.

Kaliya tertawa meremehkan. “Aku tidak percaya bahwa Ayah sampai terbuai oleh bujukan Lucifer. Dia itu adalah iblis terburuk dari semua iblis! Apa yang dia janjikan padamu sehingga Ayah berani menyerahkan aku kepadanya?”

“Ini demi bangsa kita, demi kerajaan kita! Berapa kali ayah harus memohon padamu? Apakah kamu ingin ayah bertekuk lutut?”

Senyum miring muncul di bibir Kaliya. Sesaat kemudian dia melayangkan tatapan datar.

“Ya, lakukanlah. Bersujud kepadaku jika perlu. Tapi aku akan tetap pada pendirianku, Ayah. Aku tidak akan pernah menikah dengan Lucifer!”

“Kaliya!” bentak Elliot tak percaya.

Namun, perempuan berwujud iblis itu sama sekali tidak peduli. Kaliya segera pergi meninggalkan singgasana ayahnya dengan kobaran api yang melayang di sekitar tubuh. Dia membiarkan Elliot murka begitu saja.

“Kamu sangat keterlaluan, Kaliya.”

Kaliya menoleh untuk mendapati senyum jahil yang ditunjukkan kakaknya.

“Oh... diamlah, Katarina. Aku tidak mau mendengar omelanmu hari ini.”

“Jangan khawatir. Aku hanya ingin bilang bahwa kamu menakjubkan! Tidak mudah bagi saudara kita yang lain untuk menolak permintaan Ayah.”

Kaliya terkekeh pelan. Mereka berjalan beriringan menuju menara ketiga, tempat di mana dua bersaudara itu tinggal. Dalam hati, Kaliya bersyukur karena memiliki seorang kakak yang pengertian.

“Sebagai generasi terakhir dari keturunan ini, bukankah aku memang harus lebih realistis?” Kaliya menawarkan segenggam buah persik api yang dia petik dari pohon terkutuk.

Katarina menerima buah itu lalu menggigitnya. Seketika rasa pedas dan terbakar memenuhi rongga mulut.

“Kamu benar. Sebagian dari kami juga mendukungmu, Kaliya. Tapi ayah serta saudara laki-laki kita sudah tidak bisa diajak bicara. Mereka egois.”

“Yah, begitulah sifat utama para iblis.” Kaliya mengedikkan bahu.

Mereka sampai di depan pintu hitam dengan ukiran bunga api yang begitu indah. Itu adalah kamar Kaliya. Sementara Katarina harus mengambil beberapa langkah lagi agar sampai ke tempat peristirahatannya dengan sang suami.

“Ada satu hal yang ingin aku tanyakan dari kemarin.” Suara Katarina berubah cemas. “Jika pemberontakan ini tidak berhasil, apakah kamu akan tetap menikahi Lucifer?”

“Jangan bodoh, Katarina. Aku sudah bilang bukan, bahwa aku tidak akan pernah melakukannya!”

“Tapi bagaimana jika keadaan semakin memburuk, Kaliya? Kerajaan kita sudah diserang beberapa kali oleh iblis lain. Selain itu, benteng kerajaan ini terus melemah dari hari ke hari.”

Kerutan tipis muncul di keningnya. Kaliya tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh kakaknya.

“Jujur saja padaku, Katarina. Apa ayah telah memberimu ancaman juga?” tanya Kaliya curiga. “Kemarin, kamu begitu semangat memberiku dukungan. Tapi sekarang perkataanmu jauh berbeda. Apa yang sudah ayah katakan padamu, Katarina?”

Katarina menelan ludah. Dia berhenti memakan buah persik itu dan menghanguskannya dengan telapak tangan.

“Ayah tidak mengatakan apa pun padaku.” Katarina menjawab lembut. “Setelah berpikir ratusan kali, aku menyadari bahwa tindakan pemberontakan ini tidak ada gunanya.”

“Tidak ada gunanya kamu bilang? Dengarkan aku, Katarina. Aku sudah berjanji untuk memperkuat kerajaan ini. Dan menikah dengan Lucifer bukanlah satu-satunya cara. Aku akan melatih semua prajurit iblis dan agar bisa mempertahankan benteng kita.”

Katarina menggeleng pelan. “Tidak bisa. Prajurit yang kita miliki tidak tersisa banyak, Kaliya. Peperangan kakek buyut di masa lalu menempatkan pihak kita di ambang kehancuran. Menurutku, kekuatan Lucifer bisa mengembalikan kejayaan kita seperti dulu.”

“Itu tidak benar, Katarina! Apakah kamu lupa Lucifer itu iblis seperti apa?” Nada bicara Kaliya meninggi. Geraman pelan juga terdengar saat ia berusaha menahan diri.

“Dia memang licik. Tapi dia sangat kuat.” Katarina menjawab yakin. “Pertimbangkan semua itu, Kaliya. Kamu sudah hidup selama 666 tahun. Aku tahu kamu bisa memutuskan sesuatu dengan bijak.”

“Jika aku tetap tidak mau, apa yang akan kamu lakukan?”

“Oh, ayolah. Berhenti menjadi pembangkang atau bangsa kita akan tamat.” Katarina melenggang pergi usai berkata demikian. Sesekali percikan api muncul saat ia berjalan.

Kini, Kaliya diserang rasa bimbang. Dia menatap punggung kakaknya dengan pikiran kalut. Dahulu, Katarina akan mendukung apa pun yang Kaliya lakukan. Gagasan tentang pendataan, penambahan kekuatan, serta jadwal tugas bagi prajurit iblis yang dikemukakannya selalu mendapat persetujuan dari sang kakak.

Namun sekarang, apa yang ia dapatkan?

“Otak Katarina sudah dicuci oleh Ayah,” batin Kaliya. “Hhh... kenapa Ayah tega sekali melakukan ini padaku?”

Kesal, perempuan iblis itu mengembuskan kobaran api ke daun pintu sehingga pintu itu terbuka. Sesaat usai Kaliya masuk, pintu kembali tertutup dengan ledakan.

****

“Apa yang dia katakan?” tanya Elliot saat mendapat laporan dari putrinya, Katarina.

“Dia tetap menolak pernikahan ini, Ayah. Kaliya sangat keras kepala.” Katarina cemberut. Dia juga sebal dengan sikap adiknya.

“Aku tidak pernah mengerti jalan pikiran Kaliya. Padahal, kerajaan ini sangat bergantung padanya.” Elliot menerawang lewat jendela. Dia menengadah dan mendapat lambaian dari ubur-ubur penghisap nyawa di luar sana.

“Karena Kaliya adalah keturunan terakhir?”

Elliot mengangguk. “Kamu tahu bahwa aku bisa mati kapan saja, Katarina. Dari semua iblis di kerajaan ini, Kaliya memiliki keunggulan lebih banyak.”

Katarina menghela napas. Dia bisa merasakan bagaimana kekhawatiran sang ayah. Barrier atau benteng penghalang kerajaan mereka semakin melemah. Hal itu disebabkan karena perang antar kerajaan iblis secara terus menerus, dan kurangnya prajurit yang turun ke bumi untuk menyebarkan kejahatan.

Ya, singgasana iblis akan bertambah kuat jika mereka berhasil menghasut manusia ke jalan yang salah. Dengan energi yang mereka ambil dari manusia, para iblis bisa menambah kekuatan tempat tinggal mereka.

Katarina berdiri di samping ayahnya. Dia ikut memerhatikan ubur-ubur penghisap nyawa. Tentakelnya begitu indah karena ditumbuhi duri-duri kecil. Sesekali, mata ubur-ubur itu muncul seolah ingin ikut berkomunikasi dengan mereka.

“Aku khawatir bahwa kerajaan ini akan binasa.” Elliot berkata dengan gusar. “Setidaknya, anak-anakku dan para prajurit akan tetap aman jika aku bergabung di bawah perintah Lucifer. Kamu tahu sendiri kan, Katarina? Lucifer adalah iblis keji dan paling kuat selama berabad-abad.”

Katarina mengangguk samar.

“Jika dia bersatu dengan putriku, kerajaan iblis yang mereka pimpin tidak akan tertandingi oleh kaum iblis mana pun. Kaliya dan dirimu akan tetap aman di bawah pimpinan Lucifer.”

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status