Lucifer langsung tertawa lepas. Dia senang bukan main. Dalam sejarah hidupnya sebagai iblis, perang saudara adalah hal yang tak pernah membosankan.
“Hahaha. Fantastis! Dirimu fantastis, Katarina!”
Katarina membungkuk anggun. “Terima kasih, Tuan Lucifer. Aku senang bisa sedikit membantu.”
“Apa-apaan ini, Katarina? Lepaskan aku sekarang!” bentak Kaliya tak terima.
Namun, Katarina tidak menggubrisnya sama sekali. Dia hanya menatap Elliot yang sepertinya masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.
“Kalau begitu, aku akan mengumumkan ke seluruh penghuni istana untuk mempersiapkan pernikahan,” ujarnya tenang.
Elliot mengangguk usai kepergian putrinya.
“Aku juga akan memanggil bangsaku, Elliot. Aku tidak menyangka jika pernikahan paksa ini akan sangat menarik!” Lucifer menepuk bahu Elliot beberapa kali. “Ah, sial. Aku harus mengganti jas ini dengan yang baru.”
Tak selang beberapa detik, Lucifer langsung menghilang dari hadapan mereka dengan hembusan api kebiruan.
Kaliya menghela napas kasar. Dia marah, tentu saja. Setelah lepas dari ikatan ini, dia akan menyerang Katarina habis-habisan.
“Ayah harus melepaskanku!” perintah Kaliya. “Sudah kubilang bahwa aku akan menyelamatkan kerajaan ini dengan caraku sendiri, Ayah. Aku tidak butuh Lucifer untuk mendampingiku!”
Menutup mata dan telinga, hanya itu yang bisa Elliot lakukan. Kesepakatan ini adalah keinginannya. Karena Elliot tahu bahwa energinya semakin lemah. Maka dari itu, dia membutuhkan Lucifer untuk menjaga keturunan, rakyat, prajurit, serta putri tercintanya.
Tanpa membalas perkataan Kaliya, Elliot mengayunkan tangannya. Sulur-sulur keemasan muncul dari telapak tangan. Kemudian cahaya itu menyelimuti Kaliya dan membentuk sebuah sangkar besar. Untuk sekarang, dia harus mengurung Kaliya seperti ini.
****
“Persetan!” umpat Kaliya dalam-dalam. “Lepaskan aku sekarang, atau aku binasakan kalian semua!”
“Mohon maaf, Putri Kaliya. Kami hanya menjalankan perintah dari Raja Elliot,” jawab salah satu pelayan iblis kerajaan.
Kaliya mendengus kesal. Dia berusaha memberontak dari belenggu api yang diciptakan oleh Katarina dan ayahnya. Bahkan sudah beberapa kali dia mencoba untuk melawan balik. Namun sayang, iblis memiliki sumpah tersirat bahwa mereka tidak akan bisa menentang kekuatan dari orang tua atau saudara sedarah.
Para pelayan iblis itu menyiapkan berbagai hal dengan gesit. Mereka menata aula kerajaan dengan berbagai tengkorak manusia dan fosil binatang buas. Lampu-lampu api tergantung di langit-langit. Aroma daging bakar juga berhembus terbawa angin.
Ratusan cangkir tembaga mereka isi dengan darah segar, lalu benda itu mereka susun membentuk piramida. Berbagai hidangan lain juga disajikan dengan apik. Sudah sangat jelas bukan, bahwa mereka sedang menyiapkan pesta?
“Mereka bercanda!” desis Kaliya. “Aku tidak akan membiarkan ini terjadi. Aku harus melepaskan diri dari sini!”
Kaliya memejamkan mata, memusatkan konsentrasinya pada satu titik. Rantai api yang membalut tubuhnya tak terasa panas sama sekali. Namun, saat Kaliya berusaha untuk menghancurkannya, api itu berbalik menyerang.
Kaliya memekik spontan sampai mengundang beberapa tatapan. Sedetik kemudian, para pelayan itu kembali melanjutkan kegiatan mereka.
“Sial,” ringis Kaliya. “Tubuhku tercipta dari api, tapi rantai ini membuatku kepanasan!”
“Awas saja, Katarina. Aku akan membalas perbuatanmu!”
Suara ledakan sedang menggema di aula. Kepulan asap kemerahan muncul di satu titik. Para pelayan iblis itu sempat terkejut. Namun mereka segera membungkuk saat Lucifer melangkah keluar dari asap tersebut.
“Fiuh. Perjalanan yang sangat menjengkelkan!” ujarnya sembari memperbaiki kancing lengan kemeja.
Saat itu juga dia langsung menangkap tatapan heran Kaliya.
“Senang melihatmu terkurung dalam sangkar seperti ini, Kaliya. Kamu jadi sangat manis.”
“Cuih!” Kaliya meludahkan lidah api tanpa aba-aba.
Tentu saja hal itu membuat Lucifer kaget. Untungnya, refleks tubuh Lucifer lebih cepat sehingga dia bisa menghindarinya.
“Ah, begitukah caramu berterima kasih atas pujian dariku?”
“Berhenti bicara atau aku akan membunuhmu!”
“Aku sangat suka dengan tekadmu, Kaliya. Tapi sayang, aku sudah ditakdirkan untuk berumur panjang.” Lucifer mengambil secangkir darah yang ditawarkan pelayan, lalu menyesapnya. Pandangan iblis itu tak beralih sedikit pun dari Kaliya.
“Aku benci kepada iblis yang terlalu percaya diri,” cibir Kaliya. “Takdir hidupmu akan berakhir di tanganku, Lucifer. Tunggu saja sampai aku membinasakan seluruh bangsamu!”
“Uh, menyeramkan!” ujar Lucifer dengan nada takut. Tapi sedetik kemudian dia mengedipkan mata. “Apa kalimat itu yang ingin kamu dengar dariku? Tenang saja, Kaliya. Aku yakin bangsamu akan tamat lebih dulu sebelum hari kiamat tiba.”
Sebuah penghinaan. Kaliya tahu betul arti perkataan Lucifer barusan. Ingin sekali Kaliya menyerangnya dengan kobaran api paling dahsyat yang ia punya. Sayangnya, tubuh Kaliya seolah dibekukan.
Melihat Kaliya yang bergelut dengan pikirannya sendiri, entah kenapa membuat Lucifer semakin tertarik. Perempuan iblis itu benar-benar berbeda dengan iblis manapun yang pernah ia temui. Kaliya amat cantik untuk seukuran iblis. Semua kuku jarinya lentik dan panjang. Lucifer tidak pernah menemukan pesona seperti ini sebelumnya.
Usai meneguk habis minuman dan melemparkan cangkir hingga pecah, Lucifer tiba-tiba mendekat kepada Kaliya. Jarak wajah mereka hanya satu jengkal. Jika bukan karena terhalang sangkar api, mungkin Lucifer sudah menghabisi wanita itu sekarang.
“Jadilah istri yang baik, Kaliya. Aku tidak sabar untuk memperbanyak keturunan bersamamu,” desisnya tajam.
Kaliya membisu. Dia berkedip dan mendapati bahwa Lucifer sudah berjalan menjauh. Meski begitu, dia masih bisa mendengar saat Lucifer berteriak, “Kenapa kalian lambat sekali? Percepat gerakan kalian dan selesaikan persiapannya!”
“Dasar iblis licik!” umpat Kaliya. Dia kembali berusaha melepaskan diri, namun tak ada perubahan apa pun yang terjadi.
Dia mengosongkan pikiran, dan mulai menyusun rencana lain. Jika tidak ada cara lain untuk lepas dari pernikahan ini, maka Kaliya akan terima. Namun, ia akan berusaha untuk menghancurkan Lucifer dari dalam.
****
Pernikahan adalah sesuatu yang sakral, bahkan bagi iblis sekali pun. Dalam prinsip hidupnya, Kaliya ingin menikah dengan orang yang benar-benar membuatnya jatuh cinta. Yang akan membantunya menata ulang kerajaan.
Selama 666 tahun, dia menunggu. Nahasnya, ajakan pernikahan itu datang dari iblis yang paling dia benci, yaitu Lucifer.
Dengan keadaan masih dalam kurungan, Kaliya terpaksa menikah dengan iblis itu. Ritual dilaksanakan, pesta besar-besaran terjadi sepanjang malam. Namun, Kaliya tetap berada dalam ikatan rantai dan sangkar api dengan Lucifer yang menyeringai di hadapannya.
Kini, mereka sudah sah menjadi pasangan suami-istri.
“Kamu cantik sekali, Kaliya. Kamu tahu itu, kan?”
“Berhenti mengoceh dan keluarkan aku!” desis Kaliya. Bola matanya menyiratkan bayangan percikan api.
“Tidak. Kamu bisa kabur jika aku membiarkanmu lepas.”
“Bilang saja bahwa kamu lemah, Lucifer! Mengaku saja bahwa kamu tidak bisa mematahkan kekuatan Ayah dan Katarina yang ada pada tubuhku!”
Lucifer mengernyitkan kening. Dia merasa diremehkan.
“Baiklah, dengan satu syarat.” Lucifer bangkit dari sofa lalu mendekati Kaliya. Tangannya menyentuh sangkar api buatan Elliot, dan dalam seketika penjara kecil tersebut meleleh.
“Apa itu?” tanya Kaliya hati-hati. Kini dia bisa merasakan jemari panas Lucifer di pipinya.
“Tidurlah di istanaku malam ini.”
Bersambung.
“Kamu bercanda?” cibir Kaliya. “Kita baru menikah beberapa menit yang lalu dan kamu ingin membawaku ke istana jelekmu? Hahaha. Bermimpi saja, Lucifer! Aku tidak akan pernah meninggalkan kerajaan ini!” “Utututu. Mengapa kamu begitu rumit, Kaliya?” Lucifer berjalan mengelilingi tubuh istrinya perlahan. “Biar kuberi saran. Berpikirlah sederhana, maka kamu akan mengerti apa tujuanku meminang dirimu.” Kaliya berdecak. “Sudah sangat jelas, bukan? Kamu hanya ingin menguasai semua keturunan Azazel? Aku tahu rencana busukmu, Lucifer!” “Tidak, tidak. Apa pun yang ada di dalam kepalamu tentang diriku, semuanya salah. Aku hanya ingin menyatukan dua kerajaan untuk menambah kekuatan.” “Selain itu...,” Lucifer kembali mendekat. Dia meletakkan telapak tangannya di bahu Kaliya dan berbisik, “aku sangat tertarik padamu, Kaliya. Aku tidak sabar untuk membuat keturunan-keturunan iblis bersamamu. Aku yakin, anak-anak kita akan sangat hebat.” Meski dia seorang ibli
Orlando tersentak saat mendengar suara debuman benda jatuh. Pria itu mundur beberapa langkah menjauhi tepi gedung sembari berteriak. Air mata yang tadi mengalir pun langsung berhenti. Kala dia menemukan seorang wanita terkapar tak berdaya, Orlando langsung berlari menghampiri.“A...apa-apaan ini?” gumamnya tergagap. “Apa yang terjadi? Kenapa kamu jatuh dari atas sana? Apa yang terjadi?!”“Hei, Nona! Bangunlah! Kamu tidak mati, kan?”Siapa yang tidak panik jika menemukan seseorang jatuh dari langit? Apalagi, atap gedung ini adalah tempat yang ingin Orlando jadikan sebagai kenangan terakhirnya sebelum bunuh diri.Namun, dia malah dikejutkan dengan pemandangan benda jatuh dari langit. Dan ternyata itu adalah seorang wanita!“Nona, apa kamu baik-baik saja? Kamu masih bisa bernapas?” Orlando memberanikan diri mengulurkan tangan saat melihat dada perempuan itu kembali naik turun.Beberapa luka
Manusia di hadapannya semakin tergagap. Melihat itu, Kaliya tersenyum kecil. Dia kembali menarik-narik tangannya dengan kuat agar bisa melepaskan diri.“Tidak! Berhenti bergerak atau aku akan membunuhmu!” seru Orlando dengan suara gemetar.“Manusia sepertimu berani membunuhku? Hahaha. Dari luar saja kamu sudah terlihat lemah!”“Aku tidak lemah! Aku menggendongmu dari gedung itu sampai ke sini. Lalu ... lalu aku juga memiliki stik golf pribadi! Aku tidak lemah!”“Menjijikkan. Berhentilah mengoceh seperti pecundang!” cibir Kaliya muak. “Cepat lepaskan aku atau nyawamu akan melayang malam ini!”Keras kepala, Orlando menggeleng cepat. Dia berlari ke ruangan lain, lalu kembali dengan sebuah stik golf di tangan.“Aku tidak bercanda saat aku bilang memilikinya,” ujarnya sembari bersiaga dengan posisi seperti orang yang akan memukul.“Cih. Baiklah, baiklah. Aku perc
Orlando dan petugas polisi di sana langsung berteriak. Mereka mendekati jendela dan melihat ke bawah. “Apa wanita itu sudah gila? Kenapa dia malah melompat?!” “Sudah aku bilang kan, kalau wanita itu aneh!” seru Orlando ketakutan. Mata mereka terus mencari ke jalanan di bawah sana. Namun, mereka tidak menemukan satu tubuh pun yang terkapar. “Apa-apaan ini? Kamu menyuruhnya bunuh diri di hadapan kami?” bentak petuga kepolisian sambil menatap Orlando dengan marah. “Ti-tidak! Tentu saja tidak, Sir! Harus saya katakan berapa kali lagi kalau perempuan itu aneh! Dia seorang monster!” “Sir, saya akan mencari ke bawah,” ujar petugas yang satunya. Setelah mendapat anggukan, dia segera berlari dari sana. Orlando kembali menatap ke bawah melalui jendela. Meski ini larut malam, lampu jalanan dan penerangan dari beberapa kedai masih terlihat bersinar. Hal itu membuat Orlando bisa mendapati pemandangan apa pun dengan jelas. Namun, tubuh wanit
“Apa yang kalian tunggu? Cepat lawan perempuan itu!” jerit salah satu dari mereka.Tanpa menunggu lama, mereka mulai menyerang Kaliya secara bersamaan. Meski seluruh tubuh Kaliya sakit, kekuatan iblis tentu saja lebih besar dari pada kekuatan manusia.Maka dari itu, Kaliya dengan mudah membanting mereka, menendang tubuh mereka hingga terpental, bahkan ia mampu membuat senjata besi yang mereka bawa menjadi hancur.“Aku tidak main-main soal mencabik jantung kalian, lho! Jangan berani macam-macam denganku!” seru Kaliya marah. Kilat kemerahan menyorot dari matanya.Seorang gadis yang tadi bergabung dengan mereka, kini malah memojokkan diri di antara jajaran tong sampah. Bau pendosa yang sudah busuk, kini semakin menyiksa usai berpadu dengan tumpukan limbah rumah tangga.“Kenapa kamu bersembunyi seperti itu?” gumam Kaliya lembut. Dia berjalan mendekat dengan langkah ringan. “Bukankah tadi kamu sangat ini menyera
“Lepaskan aku, Lucifer!” ucap Katarina terengah-engah.Penampilan perempuan itu sangat lusuh dan kacau. Lucifer bahkan hampir tidak mengenali Katarina jika bukan anak buahnya yang berkata.“Dari mana kalian menemukan wanita ini?” tanya Lucifer kepada bawahannya.“Dia sedang dalam perjalanan melarikan diri ke kerajaan iblis timur, Tuanku.”“Kerja bagus. Buatkan dia sangkar yang luas!”“Baik, Tuan!” Anak buah Lucifer menunduk hormat. Kemudian mereka mengalihkan perhatian kepada Katarina.Katarina didorong ke lantai hingga tersungkur. Beberapa pasukan iblis itu kemudian mengeluarkan tombak mereka masing-masing. Dari ujung tombak mereka mengalir cahaya merah legam yang berbentuk seperti sulur-sulur tipis, kemudian bergabung dan membentuk jeruji secara perlahan. Beberapa saat kemudian, sangkar luas telah menaungi tubuh Katarina dengan sempurna.“Apa yang kamu lakukan, Lucife
“TIDAK!” teriak Katarina saat cahaya api kemerahan yang begitu besar, menghempas ke arah dirinya.Seketika, semuanya berubah menjadi gelap. Rasa terbakar menyelimuti seluruh tubuh Katarina. Padahal dia sendiri tercipta dari api neraka. Namun, dia tetap bisa merasakan kesakitan saat api milik Lucifer menyerang tubuhnya.Katarina dibawa tenggelam begitu dalam. Tubuhnya dilahap dengan ganas. Meski dia menjerit sekuat mungkin, tak akan ada yang bisa menolong Katarina. Tidak siapa pun.Dari kejauhan, tawa Lucifer terdengar begitu congkak dan arogan. Katarina juga bisa merasakan pukulan dan sengatan hebat di seluruh tubuhnya. Lucifer tidak memberikan jeda kepada Katarina untuk bernapas. Dia diserang secara terus-menerus.“Inilah akibatnya jika kamu kurang ajar padaku, Katarina!” Gema suara Luciifer terdengar.Bibir Katarina terbuka untuk berteriak. Tetapi satu suara pun tidak keluar.“Teruslah seperti itu, Katarina! T
Otomatis Orlando langsung ketakutan saat mendengar perkataan wanita tersebut. Dia menundukkan kepala dengan mata yang terpejam erat. Seolah dengan cara seperti itu, sosok perempuan mengerikan itu akan segera menghilang dari pandangannya.“T-tolong tinggalkan aku sendiri! Pergilah dari sini!” rengak Orlando ketakutan.“Hahaha. Apa yang sedang kamu lakukan? Apa dengan menutup matamu, lantas aku akan pergi? Lucu sekali!”Kaliya menggebrak kaca mobil dengan kuat. Seketika retakan memenuhi benda transparan itu.Orlando memekik. Dia kembali berteriak seperti perempuan.“Tolong! Tolong selamatkan aku! Aku belum mau mati, tolong selamatkan aku!” jeritnya dengan mata berkaca-kaca.Kaliya tertawa bahagia saat melihat pemandangan itu. Siapa yang menyangka bahwa manusia bodoh yang telah menyelamatkan dirinya, kini akan berada di bawah jeratan kukunya sekarang juga?Sebuah tinju ringan Kaliya layangkan ke arah k