Share

3.Pernikahan Paksa

Lucifer langsung tertawa lepas. Dia senang bukan main. Dalam sejarah hidupnya sebagai iblis, perang saudara adalah hal yang tak pernah membosankan.

“Hahaha. Fantastis! Dirimu fantastis, Katarina!”

Katarina membungkuk anggun. “Terima kasih, Tuan Lucifer. Aku senang bisa sedikit membantu.”

“Apa-apaan ini, Katarina? Lepaskan aku sekarang!” bentak Kaliya tak terima.

Namun, Katarina tidak menggubrisnya sama sekali. Dia hanya menatap Elliot yang sepertinya masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

“Kalau begitu, aku akan mengumumkan ke seluruh penghuni istana untuk mempersiapkan pernikahan,” ujarnya tenang.

Elliot mengangguk usai kepergian putrinya.

“Aku juga akan memanggil bangsaku, Elliot. Aku tidak menyangka jika pernikahan paksa ini akan sangat menarik!” Lucifer menepuk bahu Elliot beberapa kali. “Ah, sial. Aku harus mengganti jas ini dengan yang baru.”

Tak selang beberapa detik, Lucifer langsung menghilang dari hadapan mereka dengan hembusan api kebiruan.

Kaliya menghela napas kasar. Dia marah, tentu saja. Setelah lepas dari ikatan ini, dia akan menyerang Katarina habis-habisan.

“Ayah harus melepaskanku!” perintah Kaliya. “Sudah kubilang bahwa aku akan menyelamatkan kerajaan ini dengan caraku sendiri, Ayah. Aku tidak butuh Lucifer untuk mendampingiku!”

Menutup mata dan telinga, hanya itu yang bisa Elliot lakukan. Kesepakatan ini adalah keinginannya. Karena Elliot tahu bahwa energinya semakin lemah. Maka dari itu, dia membutuhkan Lucifer untuk menjaga keturunan, rakyat, prajurit, serta putri tercintanya.

Tanpa membalas perkataan Kaliya, Elliot mengayunkan tangannya. Sulur-sulur keemasan muncul dari telapak tangan. Kemudian cahaya itu menyelimuti Kaliya dan membentuk sebuah sangkar besar. Untuk sekarang, dia harus mengurung Kaliya seperti ini.

****

“Persetan!” umpat Kaliya dalam-dalam. “Lepaskan aku sekarang, atau aku binasakan kalian semua!”

“Mohon maaf, Putri Kaliya. Kami hanya menjalankan perintah dari Raja Elliot,” jawab salah satu pelayan iblis kerajaan.

Kaliya mendengus kesal. Dia berusaha memberontak dari belenggu api yang diciptakan oleh Katarina dan ayahnya. Bahkan sudah beberapa kali dia mencoba untuk melawan balik. Namun sayang, iblis memiliki sumpah tersirat bahwa mereka tidak akan bisa menentang kekuatan dari orang tua atau saudara sedarah.

Para pelayan iblis itu menyiapkan berbagai hal dengan gesit. Mereka menata aula kerajaan dengan berbagai tengkorak manusia dan fosil binatang buas. Lampu-lampu api tergantung di langit-langit. Aroma daging bakar juga berhembus terbawa angin.

Ratusan cangkir tembaga mereka isi dengan darah segar, lalu benda itu mereka susun membentuk piramida. Berbagai hidangan lain juga disajikan dengan apik. Sudah sangat jelas bukan, bahwa mereka sedang menyiapkan pesta?

“Mereka bercanda!” desis Kaliya. “Aku tidak akan membiarkan ini terjadi. Aku harus melepaskan diri dari sini!”

Kaliya memejamkan mata, memusatkan konsentrasinya pada satu titik. Rantai api yang membalut tubuhnya tak terasa panas sama sekali. Namun, saat Kaliya berusaha untuk menghancurkannya, api itu berbalik menyerang.

Kaliya memekik spontan sampai mengundang beberapa tatapan. Sedetik kemudian, para pelayan itu kembali melanjutkan kegiatan mereka.

“Sial,” ringis Kaliya. “Tubuhku tercipta dari api, tapi rantai ini membuatku kepanasan!”

“Awas saja, Katarina. Aku akan membalas perbuatanmu!”

Suara ledakan sedang menggema di aula. Kepulan asap kemerahan muncul di satu titik. Para pelayan iblis itu sempat terkejut. Namun mereka segera membungkuk saat Lucifer melangkah keluar dari asap tersebut.

“Fiuh. Perjalanan yang sangat menjengkelkan!” ujarnya sembari memperbaiki kancing lengan kemeja.

Saat itu juga dia langsung menangkap tatapan heran Kaliya.

“Senang melihatmu terkurung dalam sangkar seperti ini, Kaliya. Kamu jadi sangat manis.”

“Cuih!” Kaliya meludahkan lidah api tanpa aba-aba.

Tentu saja hal itu membuat Lucifer kaget. Untungnya, refleks tubuh Lucifer lebih cepat sehingga dia bisa menghindarinya.

“Ah, begitukah caramu berterima kasih atas pujian dariku?”

“Berhenti bicara atau aku akan membunuhmu!”

“Aku sangat suka dengan tekadmu, Kaliya. Tapi sayang, aku sudah ditakdirkan untuk berumur panjang.” Lucifer mengambil secangkir darah yang ditawarkan pelayan, lalu menyesapnya. Pandangan iblis itu tak beralih sedikit pun dari Kaliya.

“Aku benci kepada iblis yang terlalu percaya diri,” cibir Kaliya. “Takdir hidupmu akan berakhir di tanganku, Lucifer. Tunggu saja sampai aku membinasakan seluruh bangsamu!”

“Uh, menyeramkan!” ujar Lucifer dengan nada takut. Tapi sedetik kemudian dia mengedipkan mata. “Apa kalimat itu yang ingin kamu dengar dariku? Tenang saja, Kaliya. Aku yakin bangsamu akan tamat lebih dulu sebelum hari kiamat tiba.”

Sebuah penghinaan. Kaliya tahu betul arti perkataan Lucifer barusan. Ingin sekali Kaliya menyerangnya dengan kobaran api paling dahsyat yang ia punya. Sayangnya, tubuh Kaliya seolah dibekukan.

Melihat Kaliya yang bergelut dengan pikirannya sendiri, entah kenapa membuat Lucifer semakin tertarik. Perempuan iblis itu benar-benar berbeda dengan iblis manapun yang pernah ia temui. Kaliya amat cantik untuk seukuran iblis. Semua kuku jarinya lentik dan panjang. Lucifer tidak pernah menemukan pesona seperti ini sebelumnya.

Usai meneguk habis minuman dan melemparkan cangkir hingga pecah, Lucifer tiba-tiba mendekat kepada Kaliya. Jarak wajah mereka hanya satu jengkal. Jika bukan karena terhalang sangkar api, mungkin Lucifer sudah menghabisi wanita itu sekarang.

“Jadilah istri yang baik, Kaliya. Aku tidak sabar untuk memperbanyak keturunan bersamamu,” desisnya tajam.

Kaliya membisu. Dia berkedip dan mendapati bahwa Lucifer sudah berjalan menjauh. Meski begitu, dia masih bisa mendengar saat Lucifer berteriak, “Kenapa kalian lambat sekali? Percepat gerakan kalian dan selesaikan persiapannya!”

“Dasar iblis licik!” umpat Kaliya. Dia kembali berusaha melepaskan diri, namun tak ada perubahan apa pun yang terjadi.

Dia mengosongkan pikiran, dan mulai menyusun rencana lain. Jika tidak ada cara lain untuk lepas dari pernikahan ini, maka Kaliya akan terima. Namun, ia akan berusaha untuk menghancurkan Lucifer dari dalam.

****

Pernikahan adalah sesuatu yang sakral, bahkan bagi iblis sekali pun. Dalam prinsip hidupnya, Kaliya ingin menikah dengan orang yang benar-benar membuatnya jatuh cinta. Yang akan membantunya menata ulang kerajaan.

Selama 666 tahun, dia menunggu. Nahasnya, ajakan pernikahan itu datang dari iblis yang paling dia benci, yaitu Lucifer.

Dengan keadaan masih dalam kurungan, Kaliya terpaksa menikah dengan iblis itu. Ritual dilaksanakan, pesta besar-besaran terjadi sepanjang malam. Namun, Kaliya tetap berada dalam ikatan rantai dan sangkar api dengan Lucifer yang menyeringai di hadapannya.

Kini, mereka sudah sah menjadi pasangan suami-istri.

“Kamu cantik sekali, Kaliya. Kamu tahu itu, kan?”

“Berhenti mengoceh dan keluarkan aku!” desis Kaliya. Bola matanya menyiratkan bayangan percikan api.

“Tidak. Kamu bisa kabur jika aku membiarkanmu lepas.”

“Bilang saja bahwa kamu lemah, Lucifer! Mengaku saja bahwa kamu tidak bisa mematahkan kekuatan Ayah dan Katarina yang ada pada tubuhku!”

Lucifer mengernyitkan kening. Dia merasa diremehkan.

“Baiklah, dengan satu syarat.” Lucifer bangkit dari sofa lalu mendekati Kaliya. Tangannya menyentuh sangkar api buatan Elliot, dan dalam seketika penjara kecil tersebut meleleh.

“Apa itu?” tanya Kaliya hati-hati. Kini dia bisa merasakan jemari panas Lucifer di pipinya.

“Tidurlah di istanaku malam ini.”

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status