Share

6. Siapa Dirimu Sebenarnya?

Manusia di hadapannya semakin tergagap. Melihat itu, Kaliya tersenyum kecil. Dia kembali menarik-narik tangannya dengan kuat agar bisa melepaskan diri.

“Tidak! Berhenti bergerak atau aku akan membunuhmu!” seru Orlando dengan suara gemetar.

“Manusia sepertimu berani membunuhku? Hahaha. Dari luar saja kamu sudah terlihat lemah!”

“Aku tidak lemah! Aku menggendongmu dari gedung itu sampai ke sini. Lalu ... lalu aku juga memiliki stik golf pribadi! Aku tidak lemah!”

“Menjijikkan. Berhentilah mengoceh seperti pecundang!” cibir Kaliya muak. “Cepat lepaskan aku atau nyawamu akan melayang malam ini!”

Keras kepala, Orlando menggeleng cepat. Dia berlari ke ruangan lain, lalu kembali dengan sebuah stik golf di tangan.

“Aku tidak bercanda saat aku bilang memilikinya,” ujarnya sembari bersiaga dengan posisi seperti orang yang akan memukul.

“Cih. Baiklah, baiklah. Aku percaya manusia sepertimu tidak lemah. Tolong bisa lepaskan rantai ini? Tanganku benar-benar sakit!”

“Sudah kubilang, aku tidak akan melepaskanmu!”

“Hah!” seru Kaliya jengah. “Aku memintanya secara baik-baik, dan kamu masih tidak mau melakukannya?”

“Tidak sebelum kamu menjelaskan siapa dirimu,” jawab Orlando gigih.

Kaliya membuang napas kasar. Sebagai putri dari iblis ternama, Kaliya bisa saja menyuruh pasukannya untuk menghukum setiap makhluk yang merendahkan dirinya. Dia juga bisa membakar manusia dan tempat kumuh ini jika mau.

Tetapi, kekuatan Kaliya tidak mau keluar. Sedari tadi, dia berusaha mengeluarkan kobaran api dari tangannya, namun itu tidak berhasil. Yang ada, rasa terbakar malah makin menyebar di punggungnya.

“Kenapa diam saja? Beri tahu aku, siapa dirimu!” Orlando kembali menyeru dan berhasil membuat Kaliya kembali sadar.

“Mengapa kamu sangat ingin tahu? Bukankah seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu sampai menculikku seperti ini?”

“A-apa? Aku tidak menculikmu! Kamu tiba-tiba jatuh dari langit, dan ... dan terluka, dan ....”

“Bisakah kamu bicara dengan benar? Jangan buat aku makin berpikir bahwa manusia memang bodoh!” bentak Kaliya. Dadanya naik turun akibat emosi.

“Dan lukamu sembuh dengan sendirinya,” ucap Orlando pelan. “Siapa dirimu sebenarnya? Makhluk apa dirimu ini? Jika kamu tidak jatuh dari langit dan mengalihkan perhatianku, seharusnya aku sudah mati.”

Bibir Kaliya mengerucut kala melihat raut sedih pada wajah Orlando.

“Jadi kamu kecewa karena tidak jadi mati? Astaga, mengapa manusia di muka bumi tidak pernah bersyukur?”

“Apa maksudmu?” tanya Orlando tersinggung.

Kaliya mengedikkan bahu tak acuh. “Kehidupan adalah anugerah terbesar yang diberikan oleh Tuhan. Dan kamu malah ingin membuangnya? Cih. Inilah kenapa aku sangat benci terhadap manusia!”

Belum sempat Orlando menjawab, suara ketukan dari luar terdengar. Orlando melirik tajam ke arah Kaliya.

“Diam di sini dan jangan bertingkah apa pun. Aku benar-benar akan menyerahkanmu kepada polisi!” Orlando bergegas pergi untuk membuka pintu apartemen.

Kaliya mendengus sebal. Dia tidak tahu polisi itu makhluk seperti apa. Yang jelas, nada bicara Orlando membuatnya sangat tersinggung. Kaliya tidak suka diancam seperti itu oleh siapa pun. Dia ini keturunan iblis Azazel yang terakhir. Derajatnya bahkan lebih tinggi dari keturunan iblis mana pun.

“Aku harus pergi!” batin Kaliya. “Sebisa mungkin aku harus sembunyi dan memulihkan diri. Setelah itu, aku akan menghancurkan Lucifer!”

“Tapi bagaimana dengan batu itu? Aku melihatnya pecah dan menyebar! Aish, kenapa aku ceroboh sekali?”

Kaliya terus bergumam lalu memejamkan mata. Dia kembali mencoba memusatkan seluruh fokusnya pada satu titik. Perempuan itu merasakan energi di dalam tubuhnya mulai naik. Dari ujung kaki, kemudian mengalir melalui aliran darah, mulai menyebar menuju dada, dan—

“ARGH!” Kaliya memekik kesakitan. Rasa panas di punggungnya kembali menyerang.

Meski begitu, Kaliya tetap melanjutkannya. Dia adalah wanita iblis terkuat. Seharusnya rasa sakit seperti ini bukanlah apa-apa.

Kaliya tetap fokus mengumpulkan energinya pada satu titik. Beberapa saat kemudian, percikan api kecil muncul dari telapak tangan dan menjalar ke pergelangan tangannya. Lidah api mungil itu mulai melilit rantai yang mengekang, lalu meleburnya hingga menjadi abu.

Kedua tangan Kaliya terlepas. Perempuan itu langsung menghembuskan napas lega. Dengan cepat, Kaliya bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke mana Orlando sebelumnya pergi.

Samar-samar, dia mendengar beberapa suara manusia yang sedang bercakap-cakap. Semua makhluk pasti memiliki naluri untuk waspada. Maka dari itu, Kaliya mempertajam penglihatannya dan mendapati dua manusia lain sedang berbincang dengan pemuda yang menculiknya.

Saat ketiga orang itu mendekat, Kaliya mundur beberapa langkah. Di tangan manusia yang mungkin adalah seorang polisi, terdapat dua lingkaran besi yang menggantung. Insting Kaliya dengan cepat tahu, bahwa benda itu digunakan untuk menangkap dirinya.

“Saya tidak bohong, Sir. Perempuan ini aneh! Dia tiba-tiba jatuh dari langit dalam keadaan terluka parah, kemudian saya melihat lukanya menutup sendiri!” ujar Orlando berapi-api.

Kedua petugas polisi yang datang hanya saling melempar pandang. Dalam pikiran mereka, Orlando mungkin tampak seperti orang yang memiliki gangguan jiwa. Karena itu, untuk mempersingkat waktu, akhirnya polisi tersebut meminta untuk masuk.

Orlando terus saja berceloteh. Dia tidak tahu jika telinga tajam Kaliya bisa mendengar semuanya.

Kaliya kembali berlari ke dalam kamar. Dia melirik ke arah jendela besar yang terbuka.

“Itu dia, Sir! Tolong tangkap perempuan itu!”

Tersentak, Kaliya menoleh ke arah Orlando dan dua polisi tadi.

“Baiklah, Nona. Bisakah kita bicara sebentar?” tanya salah satu petugas polisi sembari mendekat.

“Jangan bermimpi!” ucap Kaliya dingin. “Aku tidak bicara dengan manusia rendahan sepertimu!”

Usai mengatakan itu, Kaliya segera berlari dan menembus jendela hingga kacanya pecah berkeping-keping.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status