Orlando dan petugas polisi di sana langsung berteriak. Mereka mendekati jendela dan melihat ke bawah.
“Apa wanita itu sudah gila? Kenapa dia malah melompat?!”
“Sudah aku bilang kan, kalau wanita itu aneh!” seru Orlando ketakutan.
Mata mereka terus mencari ke jalanan di bawah sana. Namun, mereka tidak menemukan satu tubuh pun yang terkapar.
“Apa-apaan ini? Kamu menyuruhnya bunuh diri di hadapan kami?” bentak petuga kepolisian sambil menatap Orlando dengan marah.
“Ti-tidak! Tentu saja tidak, Sir! Harus saya katakan berapa kali lagi kalau perempuan itu aneh! Dia seorang monster!”
“Sir, saya akan mencari ke bawah,” ujar petugas yang satunya. Setelah mendapat anggukan, dia segera berlari dari sana.
Orlando kembali menatap ke bawah melalui jendela. Meski ini larut malam, lampu jalanan dan penerangan dari beberapa kedai masih terlihat bersinar. Hal itu membuat Orlando bisa mendapati pemandangan apa pun dengan jelas. Namun, tubuh wanita yang tadi menjatuhkan diri dari lantai lima ini tidak bisa ia temukan.
“Saya tidak tahu apa yang terjadi antara Anda dan wanita itu. Yang saya tahu, sepertinya saya harus menangkap Anda, Tuan Orlando.”
Orlando terkejut dan langsung berbalik. Petugas polisi dengan perut buncit itu sedang memainkan borgolnya.
“S-sir, apa yang Anda bicarakan? Anda harus menangkap perempuan tadi!”
“Tuan Orlando, Anda ditangkap atas tuduhan penggelapan dana perusahaan dan perusakan properti. Anda berhak diam dan berhak menyewa pengacara.” Petugas polisi itu mencekal tangan Orlando kemudian memasang borgol.
Orlando hanya bisa membisu seperti orang bodoh. Dia lupa bahwa dia sendiri adalah buronan. Padahal Orlando sudah berusaha keras menyembunyikan diri. Nyatanya, ia malah menggali kuburan pribadi secara perlahan.
Tanpa bicara apa pun lagi, Orlando berjalan mengikuti intruksi dari petugas polisi tersebut. Wajahnya begitu pucat, persis seperti orang yang baru saja dikejutkan oleh kebodohan. Ketika dia dimasukkan ke dalam mobil patroli, kepala Orlando tiba-tiba saja memikirkan perempuan tadi.
“Seharusnya aku memanfaatkan monster itu saja,” pikirnya penuh penyesalan.
****
Deru napas Kaliya seolah berkobar. Setelah melompat dari jendela tadi, pergelangan kakinya sempat terkilir. Rasa sakit di tubuhnya juga semakin bertambah. Belum lagi, saat Kaliya bangkit untuk melarikan diri, dia malah menabrak sebuah benda melaju di persimpangan jalan.
“Menyebalkan. Aku melompat karena aku mengira sayapku akan muncul,” gumamnya sambil melangkah tertatih.
Beberapa manusia menatap Kaliya dengan sorot yang memuakkan. Refleks, Kaliya membalas tatapan mereka dengan sorot yang tak kalah tajam. Berani-beraninya manusia rendahan seperti mereka menatap Kaliya seperti itu?
“Hei, Nona. Bajumu manis sekali!”
“Benar, hahaha. Apakah itu kaos dalaman milik pria?”
“Ya ampun. Biar aku antarkan kamu ke rumah, Nona!”
“Hei, jangan mengganggunya seperti itu!”
Ocehan terus bergulir saat Kaliya melewati sebuah jalanan sempit dengan cahaya yang minim. Bau busuk dari para pendosa, hidung Kaliya sangat bisa menciumnya.
“Nona, apa kamu sendirian? Mau tidur denganku malam ini?”
“Hahaha, kamu ingin menidurinya? Ew, menjijikkan!”
“Hei, ayolah jangan jual mahal seperti itu. Aku bisa memuaskanmu jika—”
“Jangan berani menyentuhku!” bentak Kaliya tajam sambil mendorong pria yang barusan menyentuh lengannya.
“Hei, calm down!”
“Waw, lihat siapa yang bertingkah di sini?”
“Cuih. Aku tahu bahwa wajahmu cantik! Tapi apa kelakuanmu harus seperti ini?”
Satu manusia saja sudah membuatnya kesal. Apalagi sekarang. Di hadapan kaliya terdapat empat laki-laki muda, dan satu perempuan. Gaya mereka aneh dan norak. Rambut mereka ditata dengan cara yang sama sekali tidak menyenangkan untuk dilihat.
“Jangan memandangku seperti itu!” ujar salah satu pemuda. Dia mendekati Kaliya, kemudian menepuk pipi wanita itu beberapa kali.
Teman-teman yang ada di belakangnya tertawa puas. Sesekali mereka menyahut dan menyerukan kata-kata tak pantas.
“Kenapa diam, hah? Apa aku sudah bisa menyentuhmu sekarang?”
Tanpa permisi, pemuda tadi menaruh telapak tangannya di dada Kaliya. Sepasang mata Kaliya membulat spontan. Dia mencengkeram pergelangan tangan pemuda itu, lalu meremasnya dengan kuat.
Pemuda itu memekik kesakitan dan merengek seperti anak kecil.
“Sudah kubilang, jangan menyentuhku!” desis Kaliya tajam, lalu mendorong pemuda itu hingga menghantam dinding.
Kaliya beralih menatap pemuda lain yang menjerit ketakutan. Pemuda yang sebelumnya ia dorong hingga menghantam dinding sudah tak sadarkan diri. Tentu saja hal itu membuat manusia lain yang berada di sana berusaha untuk melawan. Namun, Kaliya tidak akan membiarkan mereka berani menyentuhnya.
“Maju satu langkah lagi, dan aku akan mencabik jantung kalian!”
****
“Apa yang kalian tunggu? Cepat lawan perempuan itu!” jerit salah satu dari mereka.Tanpa menunggu lama, mereka mulai menyerang Kaliya secara bersamaan. Meski seluruh tubuh Kaliya sakit, kekuatan iblis tentu saja lebih besar dari pada kekuatan manusia.Maka dari itu, Kaliya dengan mudah membanting mereka, menendang tubuh mereka hingga terpental, bahkan ia mampu membuat senjata besi yang mereka bawa menjadi hancur.“Aku tidak main-main soal mencabik jantung kalian, lho! Jangan berani macam-macam denganku!” seru Kaliya marah. Kilat kemerahan menyorot dari matanya.Seorang gadis yang tadi bergabung dengan mereka, kini malah memojokkan diri di antara jajaran tong sampah. Bau pendosa yang sudah busuk, kini semakin menyiksa usai berpadu dengan tumpukan limbah rumah tangga.“Kenapa kamu bersembunyi seperti itu?” gumam Kaliya lembut. Dia berjalan mendekat dengan langkah ringan. “Bukankah tadi kamu sangat ini menyera
“Lepaskan aku, Lucifer!” ucap Katarina terengah-engah.Penampilan perempuan itu sangat lusuh dan kacau. Lucifer bahkan hampir tidak mengenali Katarina jika bukan anak buahnya yang berkata.“Dari mana kalian menemukan wanita ini?” tanya Lucifer kepada bawahannya.“Dia sedang dalam perjalanan melarikan diri ke kerajaan iblis timur, Tuanku.”“Kerja bagus. Buatkan dia sangkar yang luas!”“Baik, Tuan!” Anak buah Lucifer menunduk hormat. Kemudian mereka mengalihkan perhatian kepada Katarina.Katarina didorong ke lantai hingga tersungkur. Beberapa pasukan iblis itu kemudian mengeluarkan tombak mereka masing-masing. Dari ujung tombak mereka mengalir cahaya merah legam yang berbentuk seperti sulur-sulur tipis, kemudian bergabung dan membentuk jeruji secara perlahan. Beberapa saat kemudian, sangkar luas telah menaungi tubuh Katarina dengan sempurna.“Apa yang kamu lakukan, Lucife
“TIDAK!” teriak Katarina saat cahaya api kemerahan yang begitu besar, menghempas ke arah dirinya.Seketika, semuanya berubah menjadi gelap. Rasa terbakar menyelimuti seluruh tubuh Katarina. Padahal dia sendiri tercipta dari api neraka. Namun, dia tetap bisa merasakan kesakitan saat api milik Lucifer menyerang tubuhnya.Katarina dibawa tenggelam begitu dalam. Tubuhnya dilahap dengan ganas. Meski dia menjerit sekuat mungkin, tak akan ada yang bisa menolong Katarina. Tidak siapa pun.Dari kejauhan, tawa Lucifer terdengar begitu congkak dan arogan. Katarina juga bisa merasakan pukulan dan sengatan hebat di seluruh tubuhnya. Lucifer tidak memberikan jeda kepada Katarina untuk bernapas. Dia diserang secara terus-menerus.“Inilah akibatnya jika kamu kurang ajar padaku, Katarina!” Gema suara Luciifer terdengar.Bibir Katarina terbuka untuk berteriak. Tetapi satu suara pun tidak keluar.“Teruslah seperti itu, Katarina! T
Otomatis Orlando langsung ketakutan saat mendengar perkataan wanita tersebut. Dia menundukkan kepala dengan mata yang terpejam erat. Seolah dengan cara seperti itu, sosok perempuan mengerikan itu akan segera menghilang dari pandangannya.“T-tolong tinggalkan aku sendiri! Pergilah dari sini!” rengak Orlando ketakutan.“Hahaha. Apa yang sedang kamu lakukan? Apa dengan menutup matamu, lantas aku akan pergi? Lucu sekali!”Kaliya menggebrak kaca mobil dengan kuat. Seketika retakan memenuhi benda transparan itu.Orlando memekik. Dia kembali berteriak seperti perempuan.“Tolong! Tolong selamatkan aku! Aku belum mau mati, tolong selamatkan aku!” jeritnya dengan mata berkaca-kaca.Kaliya tertawa bahagia saat melihat pemandangan itu. Siapa yang menyangka bahwa manusia bodoh yang telah menyelamatkan dirinya, kini akan berada di bawah jeratan kukunya sekarang juga?Sebuah tinju ringan Kaliya layangkan ke arah k
Pengejarannya terhadap Orlando juga bukan tanpa alasan. Kala mengetahui jika membunuh manusia bisa membuatnya semakin kuat, Kaliya segera mengikuti ke mana aroma Orlando pergi.Ya. Kaliya ingat bagaimana busuknya bau Orlando. Jika di dunia iblis, semakin busuk suatu kaum, maka semakin kuat dan dipuji-pujilah mereka. Maka dari itu, Kaliya sempat bingung. Apakah Orlando adalah bagian dari iblis juga? Namun, kenapa Orlando bentukannya sangat manuasiawi sekali?“Siapa sebenarnya dirimu?” bisik Kaliya kepada lelaki itu.“Kenapa aku tidak bisa melukai orang bodoh sepertimu?”“Tentu saja kamu tidak boleh!” balas Orlando gemetaran.Mata Kaliya memicing saat tiba-tiba setitik cahaya muncul dari ujung jalan. Suara sirine menggema di tengah kegelapan malam.“Suara apa itu?” tanyanya panik.“I-itu suara mobil polisi, bodoh! Kamu akan segera ditangkap karena telah membunuh orang lain!”
“Tidak!” seru petugas kepolisian itu saat melihat Kaliya dan Orlando terjun dari jembatan.“Apa mereka sudah gila?” ujar yang lain masih syok.“Bagaimana ini, Sir?”“Cepat hubungi bala bantuan, dan beri tahu mereka untuk mencari di setiap hilir sungai!”“Baik, Sir!”Aparat kepolisian itu juga mulai mengevakuasi tubuh beberapa polisi lain yang sudah tidak bernyawa. Laporan ke kantor pusat sudah diberikan. Mereka mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati dan segera melapor jika menemukan wanita dengan kekuatan aneh.Potret wajah Kaliya juga sempat tertangkap oleh kamera black box. Maka dari itu, Kaliya dan Orlando resmi menjadi buronan.***Suara gemericik aliran air beserta kicauan burung berhasil membuat seluruh indra Kaliya kembali berfungsi.Perempuan itu terhenyak. Dia langsung bangun dan mendapati pemandangan kumuh di sekelilingnya.
Mata Kaliya melebar saat namanya keluar dari mulut lelaki itu.“Bagaimana mungkin kamu bisa tahu namaku?!”Orlando menunjukkan seringai kecil yang dipaksakan. “Tentu saja aku tahu. Nenek itu yang mengatakannya.”“Apa maksudmu?”“Aku yakin pendengaranmu baik-baik saja,” cetus Orlando.Kaliya menghela napas. Dia berjalan cepat untuk menyusul perempuan tua tadi. Orlando sampai harus menyingkir karena lelaki itu takut jika Kaliya akan menyakitinya.Suasana hijau dedaunan langsung menyambut penglihatan Kaliya saat dia keluar rumah. Kicauan burung menggema dari satu titik ke titik lain. Aroma khas dedaunan serta pohon juga menyapa hidungnya dengan lembut.Namun, ada satu hal yang menarik perhatian Kaliya. Beberapa langkah dari tempatnya berdiri, melintang sebuah tali tipis yang terikat dari satu pohon ke pohon lainnya. Pada bagian tali itu juga tertempel beberapa kertas persegi panjang dengan
Kaliya sedikit tercengang. Setelah mendengar pernyataan dari nenek tua tersebut, dia baru mengerti.“Bagaimana mungkin aku tidak memikirkannya sama sekali?” batin Kaliya.Akan menjadi bencana jika anak buah Lucifer menemukan dan menangkap Kaliya. Apalagi, permata Katastrof itu tidak berada di tangannya sekarang.“Apa perkataanku benar?” tanya perempuan itu lagi.“Tutup mulutmu. Aku sedang berpikir,” ujar Kaliya.Orlando dan nenek tua itu saling melempar pandangan. Mereka masih mewaspadai Kaliya.Kaliya sendiri merasakan suatu keanehan. Aroma dari tubuh nenek itu sedari tadi mengganggunya. Kepalanya terus membayangkan bagaimana rasanya jika dia membunuh nenek tua tersebut.“Aku bisa tahu apa yang kamu pikirkan,” ucapnya tiba-tiba.Salah satu alis mata Kaliya terangkat. “Sungguh? Apa memangnya yang aku pikirkan?”“Kamu ingin mengambil energiku.”