“Apa yang kalian tunggu? Cepat lawan perempuan itu!” jerit salah satu dari mereka.
Tanpa menunggu lama, mereka mulai menyerang Kaliya secara bersamaan. Meski seluruh tubuh Kaliya sakit, kekuatan iblis tentu saja lebih besar dari pada kekuatan manusia.
Maka dari itu, Kaliya dengan mudah membanting mereka, menendang tubuh mereka hingga terpental, bahkan ia mampu membuat senjata besi yang mereka bawa menjadi hancur.
“Aku tidak main-main soal mencabik jantung kalian, lho! Jangan berani macam-macam denganku!” seru Kaliya marah. Kilat kemerahan menyorot dari matanya.
Seorang gadis yang tadi bergabung dengan mereka, kini malah memojokkan diri di antara jajaran tong sampah. Bau pendosa yang sudah busuk, kini semakin menyiksa usai berpadu dengan tumpukan limbah rumah tangga.
“Kenapa kamu bersembunyi seperti itu?” gumam Kaliya lembut. Dia berjalan mendekat dengan langkah ringan. “Bukankah tadi kamu sangat ini menyerangku, hm? Kemarilah, gadis kecil. Mari kita bermain bersama!”
“Tidak! Pergi dari sini! Aku mohon, pergi! Tolong biarkan aku hidup! Tolong selamatkan aku, hiks!”
“Cih. Teruslah menangis seperti itu saat aku merobek jantungmu!”
Tanpa belas kasihan, Kaliya langsung mencengkeram wajah perempuan nakal itu dengan satu telapak tangannya. Seketika itu pula, kepulan asap memenuhi wajah perempuan tadi. Jeritan kencang di gang sempit itu terdengar amat menggema. Namun, Kaliya tidak peduli. Dia terus membakar wajah gadis tadi dengan percikan api dari telapak tangannya.
Usai gadis itu tak sadarkan diri, Kaliya menjatuhkannya ke tanah dengan jijik.
“Ew, aku benci disentuh oleh manusia!” gumamnya sambil menyeka telapak tangan dengan baju yang ia pakai.
Saat melakukan itu, Kaliya teringat dengan ejekan anak-anak tadi.
“Hei, Nona. Bajumu manis sekali!”
“Benar, hahaha. Apakah itu kaos dalaman milik pria?”
Kaliya kembali geram. Jika mereka berkata seperti itu, berarti baju yang ia pakai memang sangat jelek. Dia mengamati lima tubuh manusia yang terkapar. Tiba-tiba, naluri licik iblisnya muncul.
Tanpa menunggu lama, Kaliya segera melucuti pakaian yang dikenakan oleh perempuan tadi, kemudian dipakaikan ke tubuhnya sendiri.
Luka besar di punggungnya terlihat jelas. Dia berusaha menatap punggungnya lewat cermin api yang dia ciptakan.
Saat melihat luka menganga itu, setitik air mata berhasil jatuh. Kaliya kesakitan bukan hanya karena terluka secara fisik, tapi hatinya juga terasa sakit.
Dia belum sempat berkabung usai kepergian Elliot. Kemudian ia kehilangan sayap berharganya yang selalu diidam-idamkan oleh kaum iblis.
Kaliya merasa gagal. Dia merasa bahwa dia tidak pantas menjadi keturunan terakhir dari kaum Azazel.
“Ayah, tenanglah. Mungkin, saat ini aku memang lemah. Tapi aku akan membalaskan dendam Ayah kepada Lucifer. Akan aku pastikan iblis itu hancur!”
****
“Apa maksud kalian? Kenapa kalian tidak bisa menemukan Kaliya?!” Lucifer membentak seluruh anak buahnya dengan murka. Dia melayangkan petir ke arah beberapa budak suruhannya sehingga mereka langsung binasa.
“Ampun, Tuanku! Tapi kami benar-benar tidak bisa menemukannya!” Salah satu dari mereka memberanikan diri untuk bicara. Kemudian, anak buah lainnya yang sedang bersujud pun mengikuti.
Lucifer menjambak rambutnya sendiri dengan gusar. Sedari tadi dia mondar-mandir dengan raut wajah resah yang kentara. Bahkan, beberapa istri Lucifer sampai khawatir melihatnya.
“Aku tidak mau tahu. Kalian harus mencari Kaliya ke mana pun! Jika tidak ada di bumi, maka cari ke planet tata surya lainnya! Jangan berani kembali ke sini jika kalian belum menemukannya!” seru Lucifer marah. Bola matanya sangat merah bagaikan darah.
“Baik, Tuan Lucifer! Kami akan melaksanakan perintah Anda.”
Para pasukan iblis itu melesat dengan cepat bagaikan bayangan. Mereka kembali menyisir setiap bagian lapisan langit. Beberapa ada yang turun ke bumi, beberapa yang lain menyebar untuk memeriksa planet lain.
Meski sudah mengerahkan hampir semua pasukan iblis, Lucifer tetap gusar. Dia duduk di kursi kemegahannya dengan tidak nyaman.
“Tenanglah, Suamiku. Mereka pasti bisa menemukan istri barumu itu!” ujar salah satu wanita iblis yang berstatus sebagai Lucifer.
“Benar, Suamiku. Mereka pasti bisa menemukannya. Tidakkah sebaiknya kamu beristirahat saja?” usul istrinya yang lain.
Istri-istrinya yang lain mengangguk setuju. Mereka juga terus membujuk Lucifer agar mau beristirahat, atau setidaknya mau bersenang-senang dengan mereka. Biasanya, Lucifer akan senang saat mendapat hiburan seperti itu. Namun, saat ini kondisinya berbeda. Kaliya kabur dengan barang berharga yang Lucifer miliki!
“Aku tidak bisa memejamkan mata dalam keadaan seperti ini!” bentak Lucifer. “Apa kalian tidak bisa berhenti menggangguku? Atau aku perlu melemparkan kalian ke neraka terlebih dahulu?!”
“Ampun, Suamiku! Tolong ampuni, kami! Kami hanya sangat mengkhawatirkanmu!”
Semua istri berseru bergantian sambil bersujud di kaki Lucifer. Lucifer hanya menghembuskan napas kasar. Dia bahkan menendang salah satu wanita iblis yang paling dekat dengan posisinya karena kesal.
“Pergilah! Enyahlah dari pandanganku sebelum aku melenyapkan kalian semua!”
Bersamaan dengan itu, para wanita iblis melesat ke ruangan mereka masing-masing. Kini, tinggal Lucifer sendirian. Dia bergumam pelan.
“Kaliya sialan. Aku akan mencabikmu jika sampai tertangkap. Tunggu saja, Kaliya. Setelah ini kamu akan berakhir di tanganku!”
Suara debuman mengagetkan Lucifer. Saat pria iblis itu menoleh, dia mendapati beberapa anak buahnya sedang berjalan ke arahnya.
“Apa-apaan ini? Sudah kubilang jangan kembali sebelum menemukan Kaliya! Apa kalian tuli?!”
“Mohon maafkan kami, Tuanku. Kami memang belum menemukan Kaliya. Tapi kami telah menemukan saudaranya.”
Salah satu anak buah iblisnya membawa sosok perempuan menghadap Lucifer. Kala itu juga, Lucifer langsung menyeringai.
“Katarina? Lama tidak berjumpa.”
“Lepaskan aku, Lucifer!” ucap Katarina terengah-engah.Penampilan perempuan itu sangat lusuh dan kacau. Lucifer bahkan hampir tidak mengenali Katarina jika bukan anak buahnya yang berkata.“Dari mana kalian menemukan wanita ini?” tanya Lucifer kepada bawahannya.“Dia sedang dalam perjalanan melarikan diri ke kerajaan iblis timur, Tuanku.”“Kerja bagus. Buatkan dia sangkar yang luas!”“Baik, Tuan!” Anak buah Lucifer menunduk hormat. Kemudian mereka mengalihkan perhatian kepada Katarina.Katarina didorong ke lantai hingga tersungkur. Beberapa pasukan iblis itu kemudian mengeluarkan tombak mereka masing-masing. Dari ujung tombak mereka mengalir cahaya merah legam yang berbentuk seperti sulur-sulur tipis, kemudian bergabung dan membentuk jeruji secara perlahan. Beberapa saat kemudian, sangkar luas telah menaungi tubuh Katarina dengan sempurna.“Apa yang kamu lakukan, Lucife
“TIDAK!” teriak Katarina saat cahaya api kemerahan yang begitu besar, menghempas ke arah dirinya.Seketika, semuanya berubah menjadi gelap. Rasa terbakar menyelimuti seluruh tubuh Katarina. Padahal dia sendiri tercipta dari api neraka. Namun, dia tetap bisa merasakan kesakitan saat api milik Lucifer menyerang tubuhnya.Katarina dibawa tenggelam begitu dalam. Tubuhnya dilahap dengan ganas. Meski dia menjerit sekuat mungkin, tak akan ada yang bisa menolong Katarina. Tidak siapa pun.Dari kejauhan, tawa Lucifer terdengar begitu congkak dan arogan. Katarina juga bisa merasakan pukulan dan sengatan hebat di seluruh tubuhnya. Lucifer tidak memberikan jeda kepada Katarina untuk bernapas. Dia diserang secara terus-menerus.“Inilah akibatnya jika kamu kurang ajar padaku, Katarina!” Gema suara Luciifer terdengar.Bibir Katarina terbuka untuk berteriak. Tetapi satu suara pun tidak keluar.“Teruslah seperti itu, Katarina! T
Otomatis Orlando langsung ketakutan saat mendengar perkataan wanita tersebut. Dia menundukkan kepala dengan mata yang terpejam erat. Seolah dengan cara seperti itu, sosok perempuan mengerikan itu akan segera menghilang dari pandangannya.“T-tolong tinggalkan aku sendiri! Pergilah dari sini!” rengak Orlando ketakutan.“Hahaha. Apa yang sedang kamu lakukan? Apa dengan menutup matamu, lantas aku akan pergi? Lucu sekali!”Kaliya menggebrak kaca mobil dengan kuat. Seketika retakan memenuhi benda transparan itu.Orlando memekik. Dia kembali berteriak seperti perempuan.“Tolong! Tolong selamatkan aku! Aku belum mau mati, tolong selamatkan aku!” jeritnya dengan mata berkaca-kaca.Kaliya tertawa bahagia saat melihat pemandangan itu. Siapa yang menyangka bahwa manusia bodoh yang telah menyelamatkan dirinya, kini akan berada di bawah jeratan kukunya sekarang juga?Sebuah tinju ringan Kaliya layangkan ke arah k
Pengejarannya terhadap Orlando juga bukan tanpa alasan. Kala mengetahui jika membunuh manusia bisa membuatnya semakin kuat, Kaliya segera mengikuti ke mana aroma Orlando pergi.Ya. Kaliya ingat bagaimana busuknya bau Orlando. Jika di dunia iblis, semakin busuk suatu kaum, maka semakin kuat dan dipuji-pujilah mereka. Maka dari itu, Kaliya sempat bingung. Apakah Orlando adalah bagian dari iblis juga? Namun, kenapa Orlando bentukannya sangat manuasiawi sekali?“Siapa sebenarnya dirimu?” bisik Kaliya kepada lelaki itu.“Kenapa aku tidak bisa melukai orang bodoh sepertimu?”“Tentu saja kamu tidak boleh!” balas Orlando gemetaran.Mata Kaliya memicing saat tiba-tiba setitik cahaya muncul dari ujung jalan. Suara sirine menggema di tengah kegelapan malam.“Suara apa itu?” tanyanya panik.“I-itu suara mobil polisi, bodoh! Kamu akan segera ditangkap karena telah membunuh orang lain!”
“Tidak!” seru petugas kepolisian itu saat melihat Kaliya dan Orlando terjun dari jembatan.“Apa mereka sudah gila?” ujar yang lain masih syok.“Bagaimana ini, Sir?”“Cepat hubungi bala bantuan, dan beri tahu mereka untuk mencari di setiap hilir sungai!”“Baik, Sir!”Aparat kepolisian itu juga mulai mengevakuasi tubuh beberapa polisi lain yang sudah tidak bernyawa. Laporan ke kantor pusat sudah diberikan. Mereka mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati dan segera melapor jika menemukan wanita dengan kekuatan aneh.Potret wajah Kaliya juga sempat tertangkap oleh kamera black box. Maka dari itu, Kaliya dan Orlando resmi menjadi buronan.***Suara gemericik aliran air beserta kicauan burung berhasil membuat seluruh indra Kaliya kembali berfungsi.Perempuan itu terhenyak. Dia langsung bangun dan mendapati pemandangan kumuh di sekelilingnya.
Mata Kaliya melebar saat namanya keluar dari mulut lelaki itu.“Bagaimana mungkin kamu bisa tahu namaku?!”Orlando menunjukkan seringai kecil yang dipaksakan. “Tentu saja aku tahu. Nenek itu yang mengatakannya.”“Apa maksudmu?”“Aku yakin pendengaranmu baik-baik saja,” cetus Orlando.Kaliya menghela napas. Dia berjalan cepat untuk menyusul perempuan tua tadi. Orlando sampai harus menyingkir karena lelaki itu takut jika Kaliya akan menyakitinya.Suasana hijau dedaunan langsung menyambut penglihatan Kaliya saat dia keluar rumah. Kicauan burung menggema dari satu titik ke titik lain. Aroma khas dedaunan serta pohon juga menyapa hidungnya dengan lembut.Namun, ada satu hal yang menarik perhatian Kaliya. Beberapa langkah dari tempatnya berdiri, melintang sebuah tali tipis yang terikat dari satu pohon ke pohon lainnya. Pada bagian tali itu juga tertempel beberapa kertas persegi panjang dengan
Kaliya sedikit tercengang. Setelah mendengar pernyataan dari nenek tua tersebut, dia baru mengerti.“Bagaimana mungkin aku tidak memikirkannya sama sekali?” batin Kaliya.Akan menjadi bencana jika anak buah Lucifer menemukan dan menangkap Kaliya. Apalagi, permata Katastrof itu tidak berada di tangannya sekarang.“Apa perkataanku benar?” tanya perempuan itu lagi.“Tutup mulutmu. Aku sedang berpikir,” ujar Kaliya.Orlando dan nenek tua itu saling melempar pandangan. Mereka masih mewaspadai Kaliya.Kaliya sendiri merasakan suatu keanehan. Aroma dari tubuh nenek itu sedari tadi mengganggunya. Kepalanya terus membayangkan bagaimana rasanya jika dia membunuh nenek tua tersebut.“Aku bisa tahu apa yang kamu pikirkan,” ucapnya tiba-tiba.Salah satu alis mata Kaliya terangkat. “Sungguh? Apa memangnya yang aku pikirkan?”“Kamu ingin mengambil energiku.”
Tubuh Kaliya tersentak hebat kemudian tersungkur ke tanah. Rasa sakit yang asing terasa menjalar melewati setiap pembuluh darahnya. Sensai terbakar bisa ia rasakan juga di bagian bekas sayapnya yang hilang.Perempuan itu menatap langit. Cahaya mentari di balik rimbunan dedaunan masih bisa ia lihat dengan jelas. Setelah beberapa detik terdiam dalam posisi itu, Kaliya akhirnya bangun.Dilihatnya perabotan di luar rumah kumuh sang nenek tua. Itu semua berantakan akibat terkena hembusan pusaran angin tadi.“Apakah dia mati?” gumam Kaliya saat menatap tubuh renta yang tergeletak di depan sana.Suara berisik dari dalam rumah terdengar. Orlando yang terhempas akibat kekuatan perempuan tua itu pun kini berjalan keluar dengan sempoyongan.Sepasang manik indahnya kontan melebar saat melihat tubuh nenek tua itu.“Apa yang terjadi? Apa yang telah kamu lakukan padanya?!”“Mana aku tahu, bodoh!” balas Kaliya tere