Share

Ke-gep Nggak Tuh

Setelah kepergian Pram, Rachel bernapas lega. Dia pun bersiap-siap karena memiliki janji dengan para sahabatnya. Siapa lagi kalo bukan Adit, Sopo, dan Jarwo.

Sebenarnya itu bukan nama mereka. Itu panggilan kesayangan Rachel pada tiga orang itu. Namun meski begitu, Rachel mengambilnya dari potongan nama mereka, bukan sembarangan ambil nama tokoh kartun, dan kebetulan semuanya tepat. Sehingga Rachel mencocokkan semuanya.

Seperti Adit. Nama asli lelaki itu adalah Rakrya Ditya. Lalu Sopo dari Prakoso Poli. Dan terakhir Jarwo. Ganjar Wobikarsono. Kebetulan yang sangat pas bukan?

Setelah siap dengan dandanannya, Rachel segera turun. Menghampiri Adit yang sedari sepuluh menit lalu menunggunya di depan gedung.

"Om lo kaya, ya?"

Sambutan dari Adit bukan tentang kabarnya, melainkan tentang om bohongannya yang tentu saja Pram maksudnya.

Rachel mengangguk tak acuh. Dia segera masuk di samping kursi kemudi.

"Gile. Sewa atau beli dia?"

Rachel mengedikkan bahunya. Dia benar-benar tak tahu tentang itu dan tak mau tahu.

"Lah, kan dia om lo?"

Rachel menepuk bahu adit agar segera melajukan mobilnya.

"Ya masa harus tahu?"

"Yaiyalah!" sewot Adit.

"Lo tahu nggak ukuran beha tante lo?"

"40D," celetuk lelaki dengan mata sipit itu tanpa perlu pikir panjang.

Rachel pun merinding mendengarnya. "Najis lo! Mantengin terus, nih?"

"Cowok, mah, sekali liat udah tahu. Punya lu juga gue tahu mah."

Rachel menggeplak kepala Adit. "Jangan kurang ajar ya. Eh, tapi coba tebak?"

Adit terkekeh. "Gue nebak entar dibilang mantengin terus."

Rachel menggeleng. "Enggak, enggak. Cepetan," desak Rachel.

Adit menoleh sebentar ke arah gundukan wanita itu sebelum menjawab. "34A?"

Plak!

"Aw!"

"Lo pasti sering liatin punye gue kan? Mesum tingkat dewa! Kurang-kurangin, deh."

"Najong banget! Minta dijawab, udah dijawab digaplok gue. Emang cowok, tuh, kaga ada yang bener di mata cewek. Salah mulu!" gerutu Adut.

"Lah lu!"

"Lah lu gimana? Kan lu tanya, ya gue jawablah."

Rachel tak mau kalah. "Ya dijawab yang meleset dikit kek. Kalo gitu ketahuan banget lo sering liat PD gue!"

"Ya udah, 31D."

"Basi!"

adit menghela napas berat. "Salah maneng! Salah again! Salah teroos! Aku mah apa, atuh, Neng, ikan dorang."

Rachel tak menanggapi. Dia lebih memilih menyantap makanan cepat saji dari restoran terkenal yang tadi Rachel pesan sebelum Adit menjemputnya.

"Enak banget, nih, toast. Rendang 'kan?"

Adit menggeleng. "Ikan dorang."

Rachel terkekeh geli. "Dih, baperan," ejeknya yang membuat Adit melirik sebentar ke arah wanita itu lalu menghela napas berat, lagi.

"Jangan lupa bayar. Coco Late 22 rebo, Beef Bulgogi 32x2 sama dengan 64. Total 86 rebu. Buletin 150 rebu sama parkir. Eh, dua ratus, deh, sama bensinnya."

Rachel menatap Adit dengan alis menyatu. "Apaaan, njir! Perhitungan banget. Kalo gitu gue pake mamang ojol aja. Lebih murah, banyak diskon."

Adit berdecak. "Sayang, perhitungan itu perlu karena lu bukan cewek gue. Sapa suruh nolak gue. Lagian jaman udah canggih, masa masih ngerepotin temen."

"Babi, gue ngerepotin elu berarti gue anggep lu orang penting dalem hidup gue."

Adit menggeleng. "Kaga gitu konsepnya, Nyet."

Rachel tak menanggapi itu. "Lagian, napa pake bahas masa lalu. Tanda-tanda masih nyimpen dendam ini."

Adit mengangguk. "Tuh, tahu."

"Emang napa, si? Ya kan gue kaga salah. Emang perasaan aja yang kaga bisa dipaksain."

"Halah, kancut bolong. Gue yang selalu ada di sisi lo enggak lo terima. Dia orang baru cuma modal pangkat ketua organisasi lo yes-in aje. Kalah enggak terkenal doang gue. Tampang plus duit, mah, bolehlah diadu."

Rachel mengakak mendengar celotehan isi hati Adit bekedok kelakar.

"Najis banget nyebut namanya ya? Gue aduin mampus lu."

Adit mengedikkan bahunya. Rachel tak paham dengan hubungan para lelaki. Adit sekarang bisa marah-marah, tetapi nanti jika bertemu Bayu — pacar Rachel— maka sahabatnya itu terlihat tak ada apa-apa. Bahkan terlihat seperti sohib.

"Friends shouldn't love each other," ujar Rachel sembari meminum coco late-nya.

"Because?"

Wanita dengan rambut dikucir kuda itu menegak lagi sebentar sebelum berkata, "Because later you will lose two relationships at once, as; girl/boyfriend and friend."

"Uuu, sangat menghibur kalimatnya," ujar Adit dengan ekspresi wajah yang dibuat-buat."

Rachel tertawa. Tak disangka mobil yang mereka tumpangi telah sampai di pelataran rumah Sopo. Ya, tujuan mereka berdua adalah rumah sahabat gemuknya itu.

Selain hemat duit karena orang tua Sopo selalu rendah hati menyiapkan segala makanan untuk mereka, rumah Sopo ini sangat luas dan memiliki segala macam keperluan nongkrong mereka. Contohnya PS, lapangan basket, bioskop mini dan sebagainya. Tak ada kata bosan di sana. Jangan heran dengan itu, Sopo memang anak dari crazy rich Jaksel. Jika saja mereka semua tak memiliki rasa sungkan pada orang tua Sopo, mungkin Rachel dan lainnya akan menginap di sana tiga bulan lamanya.

Adit memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu masuk. Tak perlu diparkir dengan apik karena sebentar lagi ada orang yang akan memarkirkannya.

"Bayu lu ajak?" tanya Adit sembari terus melangkah memasuki rumah Sopo.

Rachel mengangguk. "Mau gue cepuin lu. Kan seru."

Adit tak menjawab. Dia terus melangkah, meninggalkan Rachel yang berjalan lamban karena terus memainkan ponselnya.

"Wah, ada Nak Rachel."

Suara wanita paruh baya menyambut kedatangan Rachel di living room itu. Rachel mendongak dan benar saja dia menemukan sosok ibu Sopo berdiri dengan nampan di tangan berisikan tusuk buah.

Di antara penghuni di sana, hanya wanita paruh baya itu yang senang melihat keberadaannya.

Rachel tersenyum tipis lalu mendekat ke arah Sarah. "Apa kabar, Tante," sapa Rachel sembari memeluk tubuhnya.

Sarah tersenyum lebar sampai ke matanya. "Baik. Lama banget nggak main ke sini?"

"Ya Allah, Buna, dua minggu doang itu. Lama dari mana," celetuk Sopo yang sedang bermain PS dengan Jarwo.

Sarah menghiraukannya dan menyilahkan Rachel duduk. Ketimbang menimpali anaknya, Sarah lebih memilih untuk mengajak bicara Rachel. Menanyakan ini itu dan mempersilakan wanita muda itu menyicipi segala makanan di meja.

"Masih sama Bayu?" tanya Sarah tiba-tiba membuat Rachel tersenyum sungkan.

"Ya masihlah, Bun. Jangan tunggu putusnya. Mereka, mah, langgeng sampe pelaminan."

Sarah sedikit tak senang mendengar ucapan anaknya. Wanita paruh baya itu memang terang-terangan ingin menjodohkan Sopo dengan Rachel. Namun apa dikata, dia hanya bisa menunggu putusnya hubungan wanita muda itu dengan pacarnya yang juga sering datang bermain ke rumahnya.

Sarah tersenyum canggung. "Nggak papa, nanti kalo udah break kasih tahu Buna, yah. Mau langsung bawa penghulu ke rumah kamu."

"Astaghfirullah, Buna!"

Sarah langsung ngacir begitu mendengar teguran dari anaknya. Tentu dengan kekehan di bibir wanita paruh baya itu.

"Sorry, Chel," ujar Sopo pada akhirnya.

Rachel mengangguk di tengah kekehannya melihat tingkah ibu dan anak itu. "No problem. Buna becanda doang keknya."

Sopo tak menjawab karena dia langsung fokus pada gimnya.

Adit yang sedari tadi terdiam menatap ponselnya di sofa, langsung turun begitu Sarah pergi. Dia duduk lesehan di sebelah meja tempat berbagai cemilan dihidangkan.

"Bayu masih di mana?" tanyanya.

Rachel ikut turun dari sofa karena melihat Adit duduk dengan anteng. "Macet keknya. Kenapa? janjian main basket lagi?" jawab Rachel.

Adit mencomot kue lidah kucing di depan Rachel. Dia pun mengangguk.

"Ikut enggak?"

Rachel menggeleng. "Nontonin ajalah gue. Males banget keringetan."

"Kemayu," cemooh Adit yang tak ditanggapi Rachel karena dia mendengar tapak kaki mendekat.

Kepalanya menoleh. Sesuai dugaannya, pacarnya berada di sana dengan langkah tenang berjalan ke arah Rachel berada.

Wanita itu tersenyum lebar melihat kehadiran Bayu. Dia merentangkan tangannya agar lelaki 24 tahun itu masuk dalam dekapannya. Sedangkan lelaki dengan jaket denim itu mempercepat langkahnya agar segera memeluk kekasihnya yang sudah hampir seminggu tak dia temui karena kesibukan magangnya.

Adit yang berada di sana sebagai saksi keromantisan mereka seakan ingin pindah ke planet lain.

Melihat wanita yang pernah dia sukai sedang bermesraan dengan pacarnya, seakan ingin membuat Adit meninggoy di tempatnya. Sebenarnya bukan karena dia cemburu, tetapi karena pacarnya tak di sampingnya membuat Adit terlihat mengenaskan menyaksikan itu.

Adit mengelus dadanya ketika mendengar kecupan-kecupan menjijikkan dari dua manusia di hadapannya.

Sabar, sabar, ada masanya dia juga akan begitu. Hanya menunggu Sari selesai dengan acara mengambeknya.

Kecupan berlanjut menjadi sebuah lumatan. Membuat Adit hilang kesabaran. Dia pun menggebrak meja sembari berdiri dari duduknya.

"Anjing emang lu berdua, kaga tahu gue lagi makan juga!" ujar Adit sembari menjauh dari sana untuk menelepon Sari.

Rachel tak menjawab, tetapi dia terkekeh di tengah Bayu yang tengah mengecap bibirnya.

Setelah berhasil membuat Adit marah dan menyingkir, Bayu pun melepas pagutannya. Mereka berdua lantas tertawa bersama. Sebelum itu memang Rachel mengatakan pada Bayu agar membuat sahabatnya itu marah, dan tak disangka berhasil dengan timing yang tepat.

"Syukurin!" celetuk Rachel di tengah tawanya. Ya, wanita itu masih dendam perihal sahabatnya itu yang tahu ukuran bh-nya. Tebakan tepat tanpa meleset membuat Rachel sedikit geram karena merasa Adit memperhatikan PD-nya.

Bayu duduk dengan nyaman di samping Rachel yang bersilah di atas karpet bulu. Tangannya dia lingkarkan di bahu pacarnya agar Rachel bisa menyandar pada dada bidangnya.

"Lagi libur atau bolos, nih?" tanya Rachel sembari mencocolkan stroberi pada cokelat leleh.

"Bolos enggak, sih. Aku izin bimbingan skripsi."

"Izin bimbingan tapi melipir ke sini," sindir Rachel yang membuat Bayu terkekeh tampan. Dia menyugar rambut gondrongnya, membuat Rachel terpana untuk sesaat.

"Pak Pram lagi nggak di kampus pagi ini. Jadi janjiannya entar siang."

Rachel hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Bayu. Dia fokus dengan sate buah di depannya. Beberapa saat kemudian wanita itu menoleh ke arah Bayu dengan mulut yang terselipkan stroberi berlumur cokelat.

Rachel memajukan wajahnya, isyarat agar Bayu menyambut uluran buah dari bibirnya.

Bayu tak menolak, itu rezeki untuknya. Dia pun segera melahap stroberi itu beserta bibir pacarnya. Menyecap rasa manis dari cokelat dan rasa asam dari stroberi. Tak lupa kelembutan dan kelembapan dari sepasang bibir Rachel. Semuanya pas. Posisinya juga. Yang tak pas hanya timing-nya saja, karena setelah itu mereka berdua segera saling memisahkan diri setelah mendengar deheman seseorang.

Ketika dilihat, Pram-lah pelakunya.

Bayu dan Rachel kontan ingin menghilang dari dunia itu sekarang juga.

Di-gep dosen ketika sedang berciuman bukanlah cita-cita dari Rachel dan Bayu.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status