Share

Bab2. Kebiasaan Dari Kecil Tidak Bisa Hilang

Sesampainya di rumah, Abah dan Umi tidak berada di rumah.

Abah Ali dan Umi Siti sedang pergi mengunjungi Pak Rt yang sedang sakit.

Abah sebelumnya sudah memberi tahu Adam, jika mereka akan pergi ke rumah Pak Rt. Hanya saja Abah tidak bilang akan kesana jam berapa.

"Mas, kok rumah sepi sih? Abah sama Umi kemana?" tanya Salwa.

"Kayaknya udah berangkat jenguk Pak Rt deh, Dek." Adam menaruh serabi titipan Umi di meja makan.

Salwa menggangguk. "Mas, Salwa ke kamar dulu ya, mau bersih-bersih," ucap Salwa yang merasa jika badannya sudah sangat lengket.

"Iya! Nanti sholat maghribnya jamaah sama Mas ya." Adam mengingatkan Salwa untuk sholat maghrib berjamaah dengannya nanti.

Kali ini, Adam tidak pergi ke masjid. Tidak mungkin Adam meninggalkan Salwa sendirian di rumah, jadi Adam memutuskan, mereka akan sholat berjamaah berdua di rumah. Selesai sholat, mereka juga akan mengaji bersama.

Kebiasaan yang dilakukan sedari kecil memang susah untuk dihilangkan. Begitu juga dengan kebiasaan mereka yang selalu membaca ayat Alquran setelah selesai sholat.

Mereka mengharuskan diri untuk membaca Alquran setelah selesai sholat, walaupun itu hanya satu ayat.

Selesai mengaji, mereka juga belum beranjak dari mushola kecil di rumah mereka. Mushola yang biasanya digunakan Umi dan Salwa, saat para laki-laki sholat di masjid.

Salwa entah mengapa, saat ini sedang ingin bermanja-manja dengan Adam.

Salwa lalu tiduran, menjadikan paha Adam sebagai bantal kepalanya.

Adam yang melihat jika Salwa sedang dalam mode manja, membiarkannya saja. Adam berpikir, mumpung dia belum menikah, jadi dia bisa memanjakan Salwa sepuasnya.

Adam mengusap kepala Salwa yang masih tertutupi mukena. Salwa selalu merasa tenang jika kepalanya diusap seperti sekarang ini.

"Mas! Salwa boleh tanya?"

"Mau tanya apa Dek?" jawab Adam.

"Mas Adam udah kepikiran buat nikah?" tanya Salwa.

"Kenapa memangnya? Kamu mau menjodohkan Mas?" tanya Adam main-main.

Salwa lalu bangkit dari tiduran di paha Adam. "Bukan itu! Habisnya Amira tidak henti-hentinya tanya sama aku, kapan Mas Adam menikah." Salwa malah tanpa sadar menjadi curhat kepada Adam.

"Apa dia masih suka membayangkan menikah dengan Mas?" Adam meragukan pertanyaannya sendiri.

Jika dulu, mungkin itu karena Amira masih labil. Jadi Adam memaklumi sikap centil Amira yang sering membayangkan menikah dengannya.

Tapi jika sampai sekarang Amira masih sering membayangkan menikah dengannya, bukankah itu akan menjadi masalah yang serius.

"Dek, kamu tahu kan, calon Istri yang seperti apa yang Mas cari?" tanya Adam.

"Tahu kok! Tapi Salwa bingung bagaimana cara memberitahukannya pada Amira," jawab Salwa.

Melihat Salwa yang murung, Adam kembali mengusap kepalanya. "Sudah! Jangan dipikirkan lagi. Jodoh itu di tangan Allah. Kita hanya bisa berusaha, dan Allah yang menentukannya," jawab Adam bijak.

Mereka lalu bercerita ringan sambil menunggu waktu sholat isya tiba untuk melaksanakan sholat isya berjamaah.

Selesai sholat, mereka menunggu Abah dan Umi pulang di ruang tamu. Sambil menunggu mereka pulang, Salwa yang merasa kangen dengan Husein, kakak keduanya, lalu melakukan video call.

"Assalamualaikum Dek." Suara Husein langsung terdengar begitu dia mengangkat panggilan video dari Salwa.

"Waalaikumsalam Mas! Mas Husein kapan liburnya?" Salwa yang sudah kangen dengan Husein langsung menanyakan kapan Husein libur.

"Dek! Seharusnya kamu tanya dulu gimana kabarnya Husein." Adam mengingatkan Salwa yang lupa menanyakan kabar Husein.

Salwa tersenyum malu mendapat teguran dari kakak tertuanya itu. "Tau nih Mas! Masa, tanpa menanyakan kabarku terlebih dulu, Salwa malah langsung tanya kapan aku liburnya." Husein mengadu kepada Adam main-main. Tujuannya untuk menjahili Salwa.

"Mas Husein apa kabar?" Akhirnya Salwa bertanya, setelah mendapat teguran dan juga keluhan dari kedua kakaknya.

"Baik Dek! Kamu gimana kabarnya? Abah sama Umi baik juga kan? Sama Mas Adam gimana kabarnya?" Husein menanyakan keadaan keluarga yang sangat dicintainya itu satu persatu.

"Alhamdulillah baik Mas! Sehat semua!" jawab Salwa. "Abah sama Umi lagi menjenguk Pak Rt yang lagi sakit. Sekarang belum pulang," lanjutnya.

"Berarti kamu berdua saja dong dengan Mas Adam?"

Mereka bertiga kemudian mengobrol lumayan lama, hingga akhirnya Husein harus menyudahi panggilan videonya, karena dia masih ada pekerjaan yang belum diselesaikannya.

Setelah panggilan terputus, Abah dan Umi belum juga pulang. Salwa sudah merasa sangat khawatir. "Mas, kok Abah sama Umi belum pulang ya?" Salwa berjalan mendekati pintu, dia mengecek lewat jendela, siapa tahu Abah dan Umi sudah pulang.

"Dek, kita makan malam dulu aja. Mungkin Abah sama Umi masih lama di rumah Pak Rt nya." Adam mendekati Salwa yang masih melihat keadaan luar rumah.

"Kamu pasti juga sudah lapar kan? Kalau kamu nggak makan sekarang, pasti Mas bakal kena marah Abah sama Umi lagi," ucap Adam.

Salwa akhirnya menurut, setelah mendengar ucapan Adam.

Adam memang pernah dimarahi Abahnya, karena membiarkan Salwa menunggu mereka untuk makan malam, hingga membuat asam lambungnya naik.

Sejak saat itu, Salwa selalu berusaha untuk makan tepat waktu. Selain karena dia tidak ingin sakit, dia juga tidak mau membuat keluarganya khawatir.

Adam dan Salwa akhirnya makan malam berdua. Mereka makan dengan diam. Sedari dulu, Abahnya mengajarkan, jika sedang makan jangan sambil bicara, nanti tersedak.

Sementara itu di rumah Pak Rt, Pak Rt sedang berbicara dengan Abah.

Pak Rt meminta Abah untuk mewakilinya besok ke kantor kelurahan, karena akan ada pertemuan antar Rt se kelurahan.

Dikarenakan Pak Rt sedang sakit, maka dia meminta Abah untuk menggantikannya kali ini.

Karena pertemuan ini juga demi kepentingan warga, jadi Abah menyetujuinya.

Kini Pak Rt sedang memberitahu Abah, materi apa saja yang akan dibahas besok, agar besok Abah tidak bingung.

Mereka membicarakannya hingga tak terasa sudah jam setengah sembilan. Bahkan Abah belum sholat isya.

Begitu Abah sadar sudah malam dan dia bahkan belum melaksanakan sholat isya, Abah buru-buru pamit pulang.

Di perjalanan pulang. Umi bertanya kepada Abah, apa yang mereka bahas tadi. Mengapa bisa sampai selarut ini.

"Pak Rt meminta Abah untuk menggantikannya besok datang ke kelurahan Umi. Pak Rt kan sedang sakit, jadi dia tidak bisa datang besok," jawab Abah.

Mereka berjalan kaki menjenguk Pak Rt, karena rumahnya tidaklah terlalu jauh.

Dalam hati Umi Siti sekarang, dia merasa khawatir, jika Salwa akan menolak makan malam terlebih dahulu.

Umi Siti tidak ingin Salwa kembali sakit, karena telat makan akibat menunggu mereka pulang.

"Maaf ya Umi, kalau sampai malam. Abah juga tidak tahu kalau bisa sampai semalam ini," ucap Abah yang melihat kekhawatiran Istrinya itu.

"Umi cuma khawatir, Salwa belum makan Bah. Tahu sendiri kan bagaimana Salwa," jawab Umi.

"Astaghfirullah Umi! Abah sampai lupa dengan itu." Abah Ali kemudian mempercepat langkahnya agar segera tiba di rumah.

Umi Siti pun juga mengikuti langkah Abah yang menjadi semakin cepat.

*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status