Sesampainya di rumah, Abah dan Umi tidak berada di rumah.
Abah Ali dan Umi Siti sedang pergi mengunjungi Pak Rt yang sedang sakit.Abah sebelumnya sudah memberi tahu Adam, jika mereka akan pergi ke rumah Pak Rt. Hanya saja Abah tidak bilang akan kesana jam berapa."Mas, kok rumah sepi sih? Abah sama Umi kemana?" tanya Salwa."Kayaknya udah berangkat jenguk Pak Rt deh, Dek." Adam menaruh serabi titipan Umi di meja makan.Salwa menggangguk. "Mas, Salwa ke kamar dulu ya, mau bersih-bersih," ucap Salwa yang merasa jika badannya sudah sangat lengket."Iya! Nanti sholat maghribnya jamaah sama Mas ya." Adam mengingatkan Salwa untuk sholat maghrib berjamaah dengannya nanti.Kali ini, Adam tidak pergi ke masjid. Tidak mungkin Adam meninggalkan Salwa sendirian di rumah, jadi Adam memutuskan, mereka akan sholat berjamaah berdua di rumah. Selesai sholat, mereka juga akan mengaji bersama.Kebiasaan yang dilakukan sedari kecil memang susah untuk dihilangkan. Begitu juga dengan kebiasaan mereka yang selalu membaca ayat Alquran setelah selesai sholat.Mereka mengharuskan diri untuk membaca Alquran setelah selesai sholat, walaupun itu hanya satu ayat.Selesai mengaji, mereka juga belum beranjak dari mushola kecil di rumah mereka. Mushola yang biasanya digunakan Umi dan Salwa, saat para laki-laki sholat di masjid.Salwa entah mengapa, saat ini sedang ingin bermanja-manja dengan Adam.Salwa lalu tiduran, menjadikan paha Adam sebagai bantal kepalanya.Adam yang melihat jika Salwa sedang dalam mode manja, membiarkannya saja. Adam berpikir, mumpung dia belum menikah, jadi dia bisa memanjakan Salwa sepuasnya.Adam mengusap kepala Salwa yang masih tertutupi mukena. Salwa selalu merasa tenang jika kepalanya diusap seperti sekarang ini."Mas! Salwa boleh tanya?""Mau tanya apa Dek?" jawab Adam."Mas Adam udah kepikiran buat nikah?" tanya Salwa."Kenapa memangnya? Kamu mau menjodohkan Mas?" tanya Adam main-main.Salwa lalu bangkit dari tiduran di paha Adam. "Bukan itu! Habisnya Amira tidak henti-hentinya tanya sama aku, kapan Mas Adam menikah." Salwa malah tanpa sadar menjadi curhat kepada Adam."Apa dia masih suka membayangkan menikah dengan Mas?" Adam meragukan pertanyaannya sendiri.Jika dulu, mungkin itu karena Amira masih labil. Jadi Adam memaklumi sikap centil Amira yang sering membayangkan menikah dengannya.Tapi jika sampai sekarang Amira masih sering membayangkan menikah dengannya, bukankah itu akan menjadi masalah yang serius."Dek, kamu tahu kan, calon Istri yang seperti apa yang Mas cari?" tanya Adam."Tahu kok! Tapi Salwa bingung bagaimana cara memberitahukannya pada Amira," jawab Salwa.Melihat Salwa yang murung, Adam kembali mengusap kepalanya. "Sudah! Jangan dipikirkan lagi. Jodoh itu di tangan Allah. Kita hanya bisa berusaha, dan Allah yang menentukannya," jawab Adam bijak.Mereka lalu bercerita ringan sambil menunggu waktu sholat isya tiba untuk melaksanakan sholat isya berjamaah.Selesai sholat, mereka menunggu Abah dan Umi pulang di ruang tamu. Sambil menunggu mereka pulang, Salwa yang merasa kangen dengan Husein, kakak keduanya, lalu melakukan video call."Assalamualaikum Dek." Suara Husein langsung terdengar begitu dia mengangkat panggilan video dari Salwa."Waalaikumsalam Mas! Mas Husein kapan liburnya?" Salwa yang sudah kangen dengan Husein langsung menanyakan kapan Husein libur."Dek! Seharusnya kamu tanya dulu gimana kabarnya Husein." Adam mengingatkan Salwa yang lupa menanyakan kabar Husein.Salwa tersenyum malu mendapat teguran dari kakak tertuanya itu. "Tau nih Mas! Masa, tanpa menanyakan kabarku terlebih dulu, Salwa malah langsung tanya kapan aku liburnya." Husein mengadu kepada Adam main-main. Tujuannya untuk menjahili Salwa."Mas Husein apa kabar?" Akhirnya Salwa bertanya, setelah mendapat teguran dan juga keluhan dari kedua kakaknya."Baik Dek! Kamu gimana kabarnya? Abah sama Umi baik juga kan? Sama Mas Adam gimana kabarnya?" Husein menanyakan keadaan keluarga yang sangat dicintainya itu satu persatu."Alhamdulillah baik Mas! Sehat semua!" jawab Salwa. "Abah sama Umi lagi menjenguk Pak Rt yang lagi sakit. Sekarang belum pulang," lanjutnya."Berarti kamu berdua saja dong dengan Mas Adam?"Mereka bertiga kemudian mengobrol lumayan lama, hingga akhirnya Husein harus menyudahi panggilan videonya, karena dia masih ada pekerjaan yang belum diselesaikannya.Setelah panggilan terputus, Abah dan Umi belum juga pulang. Salwa sudah merasa sangat khawatir. "Mas, kok Abah sama Umi belum pulang ya?" Salwa berjalan mendekati pintu, dia mengecek lewat jendela, siapa tahu Abah dan Umi sudah pulang."Dek, kita makan malam dulu aja. Mungkin Abah sama Umi masih lama di rumah Pak Rt nya." Adam mendekati Salwa yang masih melihat keadaan luar rumah."Kamu pasti juga sudah lapar kan? Kalau kamu nggak makan sekarang, pasti Mas bakal kena marah Abah sama Umi lagi," ucap Adam.Salwa akhirnya menurut, setelah mendengar ucapan Adam.Adam memang pernah dimarahi Abahnya, karena membiarkan Salwa menunggu mereka untuk makan malam, hingga membuat asam lambungnya naik.Sejak saat itu, Salwa selalu berusaha untuk makan tepat waktu. Selain karena dia tidak ingin sakit, dia juga tidak mau membuat keluarganya khawatir.Adam dan Salwa akhirnya makan malam berdua. Mereka makan dengan diam. Sedari dulu, Abahnya mengajarkan, jika sedang makan jangan sambil bicara, nanti tersedak.Sementara itu di rumah Pak Rt, Pak Rt sedang berbicara dengan Abah.Pak Rt meminta Abah untuk mewakilinya besok ke kantor kelurahan, karena akan ada pertemuan antar Rt se kelurahan.Dikarenakan Pak Rt sedang sakit, maka dia meminta Abah untuk menggantikannya kali ini.Karena pertemuan ini juga demi kepentingan warga, jadi Abah menyetujuinya.Kini Pak Rt sedang memberitahu Abah, materi apa saja yang akan dibahas besok, agar besok Abah tidak bingung.Mereka membicarakannya hingga tak terasa sudah jam setengah sembilan. Bahkan Abah belum sholat isya.Begitu Abah sadar sudah malam dan dia bahkan belum melaksanakan sholat isya, Abah buru-buru pamit pulang.Di perjalanan pulang. Umi bertanya kepada Abah, apa yang mereka bahas tadi. Mengapa bisa sampai selarut ini."Pak Rt meminta Abah untuk menggantikannya besok datang ke kelurahan Umi. Pak Rt kan sedang sakit, jadi dia tidak bisa datang besok," jawab Abah.Mereka berjalan kaki menjenguk Pak Rt, karena rumahnya tidaklah terlalu jauh.Dalam hati Umi Siti sekarang, dia merasa khawatir, jika Salwa akan menolak makan malam terlebih dahulu.Umi Siti tidak ingin Salwa kembali sakit, karena telat makan akibat menunggu mereka pulang."Maaf ya Umi, kalau sampai malam. Abah juga tidak tahu kalau bisa sampai semalam ini," ucap Abah yang melihat kekhawatiran Istrinya itu."Umi cuma khawatir, Salwa belum makan Bah. Tahu sendiri kan bagaimana Salwa," jawab Umi."Astaghfirullah Umi! Abah sampai lupa dengan itu." Abah Ali kemudian mempercepat langkahnya agar segera tiba di rumah.Umi Siti pun juga mengikuti langkah Abah yang menjadi semakin cepat.*Sore ini seperti biasa, Salwa sedang duduk di bangku depan butiknya menunggu Adam datang menjemputnya. Salwa yang sedang menunggu kedatangan Adam, tiba-tiba disapa seorang wanita yang tengah menggandeng laki-laki.Merasa disapa, Salwa lalu mendongak untuk melihat siapa yang menyapanya. Ternyata yang menyapanya adalah Fuji teman sekolahnya dulu.Walaupun mereka tidak akrab, tetapi mereka juga pernah terlibat beberapa kali mengerjakan tugas bersama.Salwa lalu mengalihkan pandangannya, karena dia melihat Fuji yang tengah menggandeng laki-laki, mungkin pacarnya.Fuji yang memang sudah mengetahui sikap Salwa, hanya maklum saja. Berbeda dengan pacar Fuji. Dia merasa terhina karena Salwa langsung membuang mukanya begitu melihatnya.Adi, pacar Fuji menarik pelan tangannya yang sedang digandeng Fuji."Kamu apa kabar, W*?" tanya Fuji basa-basi."Alhamdulillah baik. Kamu apa kabar?" jawab Salwa yang masih menunduk."Kenapa si
Setelah makan malam, Salwa langsung pergi ke kamarnya. "Abah, Umi, Mas Adam! Salwa ke kamar dulu ya," pamitnya. Seperti kebiasaan Salwa, sebelum dia tidur dia pasti akan mencium wajah Abah dan Umi. Begitu juga dengan kedua kakaknya jika berada di rumah."Adam juga ke kamar ya Abah, Umi." Adam juga ingin kembali ke kamarnya.Namun, Adam ditahan oleh Abah terlebih dahulu. "Adam! Abah mau bicara dulu sama kamu," ucap Abah.Melihat tatapan serius abahnya, Adam pun menurutinya. Adam lalu kembali duduk di kursi."Ada apa Abah?""Kamu sekarang sudah berumur dua puluh tujuh tahun kan? Abah mau tanya, kamu sudah siap untuk menikah?"Umi yang juga masih berada di ruang tamu, mendengarkan dengan seksama apa yang diucapkan suaminya itu.Adam terdiam sesaat. Berpikir cara yang tepat untuk menyampaikan apa yang ada dipikirannya sekarang."Kalau Adam ditanya tentang kesiapan Adam untuk menikah, ins
Salwa jadi ikut pergi ke ruko yang sekarang dikelola oleh Adam. Di Solo, pusat penjualan kain sangatlah banyak, terutama kain batik. Salwa yang memang menjual baju-baju muslim, selalu mencoba mencari ide bagaimana supaya baju muslim itu menjadi menarik saat di pakai.Tidak mudah memang. Di zaman sekarang ini, wanita-wanita lebih memilih untuk memakai pakaiam yang terbuka dan ketat. Tidak semua memang, tapi sebagian besar memilihnya.Disinilah tantangan Salwa, dia harus bisa membuat busana muslim yang menarik pembeli. Bukannya hanya menarik pembeli, tapi Salwa juga berharap, saudari muslim yang lainnya juga mau kembali menutup auratnya.Salwa membantu Adam membuka ruko. Salwa menata kain-kain yang saat ruko tutup dimasukkan ke dalam."Udah Dek! Itu biar Mas saja yang lakukan. Kamu tolong bereskan meja kasir saja!" ucap Adam yang kasihan melihat Salwa mengangkat kain untuk diletakkan di depan ruko."Iya Mas!" Salwa menurut apa kata Adam.
Iwan tengah berada di dalam kamarnya. Dia duduk bersandar di kepala ranjang. Dia kembali merenung, memikirkan tentang masa lalu.Bagi Iwan, Salwa itu merupakan sosok malaikat untuknya. Tanpa disadari Salwa, dia bisa menarik Iwan dari kegelapan hatinya, dan membawanya ke cahaya yang terang.Iwan pikir, jika saja dulu Salwa tidak muncul di hadapannya, mungkin dia akan menjadi orang yang sangat berbeda sekarang.Kemungkinan, Iwan akan menjadi seorang laki-laki brengsek yang penuh dosa, dikarenakan rasa kecewa kepada orangtuanya.Rasa sakit di hatinya, itu akibat dari perceraian orangtuanya, yang tanpa sadar menyakiti Iwan sangat dalam.Disaat terpuruknya, Salwa datang mengulurkan tangannya dengan senyum manis yang tersungging di bibirnya.Iwan yang saat itu masih berusia empat belas tahun, merasa terpesona dengan senyum manis dan tulus yang ditunjukkan Salwa.Dengan ke
Minggu siang ini setelah sholat dhuhur, Salwa berbaring di pangkuan uminya.Waktu weekend seperti ini, biasa mereka gunakan untuk berkumpul bersama. Selain itu berkumpul seperti ini juga bisa mempererat hubungan mereka."Dek! Gantian napa." Adam, walaupun sudah berumur dua puluh tujuh tahun, tapi dia juga masih suka bermanja-manja dengan uminya.Didikan orangtua mereka yang selalu mengajarkan tentang kasih sayang kepada keluarga dan juga pentingnya menghabiskan waktu seperti sekarang ini, membuat Adam dan kedua adiknya menjadi dekat satu sama lain.Hanya kurang Husein saja saat ini. Dikarenakan dia sekarang sedang bekerja di Bandung, sehingga dia tidak bisa ikut berkumpul dengan mereka.Setiap kali Husein pulang ke Solo, maka Husein pasti akan memonopoli uminya. Dengan alasan dia sudah lama tidak bertemu, maka mau tidak mau kedua saudaranya pasti akan mengalah.Kasihan juga, pikir mereka. Husein hanya akan
"Akhirnya! Sampai juga di Solo." Husein merenggangkan tangannya, sembari menghirup udara Solo yang sudah satu bulan ini tidak dijumpainya.Husein sampai di bandara Adi Sumarmo pada pukul sebelas siang.Husein melihat jam di tangan kirinya. "Sebentar lagi sudah waktunya makan siang," ucap Husein.Husein tadinya ingin langsung pulang saja ke rumah. Tapi akhirnya dia urungkan niatnya itu. Dia memilih untuk sholat dzuhur, dan makan siang terlebih dahulu, baru pulang.Husein berjalan keluar dari bandara. Alih-alih memilih untuk naik taksi, Husein malah lebih memilih untuk naik becak.Selain bisa membantu pemasukan tukang becak, Husein juga bisa menikmati keindahan kota Solo."Mereka pasti terkejut dengan kepulanganku. Apalagi aku akan menetap mulai sekarang." Husein sangat antusias untuk bertemu dengan keluarganya yang sudah satu bulan ini tidak berjumpa.~
Seperti pesan Abah kepada Adam tadi yang menyuruhnya untuk tidak menunggu mereka makan malam. Adam mengajak kedua adiknya itu untuk makan malam."Mas Adam yakin, Abah sama Umi telat pulangnya?" tanya Salwa."Iya Dek! Tadi sebelum Abah pergi, Abah berpesan agar kita makan malam terlebih dulu, karena Abah sama Umi mungkin bakal sampai malam."Mereka bertiga kini tengah berada di meja makan. "Nyesek banget sih nasibku. Rencana pulang mau memberikan surprise, malah Abah sama Umi belum pulang juga," ucap Husein sedih."Udah Mas, nggak usah sedih. Abah sama Umi memang belum pulang, tapi Salwa tadi terkejut loh, tiba-tiba melihat Mas Husein ada di rumah," ucap Salwa."Sudah! Bicaranya dilanjutkan nanti. Sekarang kita makan dulu," ucap Adam."Iya Mas," jawab Salwa dan Husein serempak.Makan malam ini, Salwa yang memasak. Menunya juga hanya seadanya. Salwa memasak bahan yang ada di dapur."Masih enak seperti biasanya Dek,"Husein memuji masakan Salwa."Salwa gitu loh!" jawab Salwa senang karena
Mereka bertiga kini sedang berada di kamar jenazah. Mereka melihat jasad kedua orang tuanya yang terbujur kaku di bankar rumah sakit.Salwa sudah menangis sesegukan, Husein menangis tanpa bersuara. Sedangkan Adam, dia berusaha sekuatnya agar tidak menangis.Kedua adiknya kini tengah terpuruk, dia harus bisa menjadi sandaran dan kekuatan untuk mereka. Dia mencoba untuk kuat di tengah rasa sakitnya.Adam memeluk Salwa dengan erat. Adam melihat ke arah Husein yang menatap jasad kedua orang tuanya, menangis tanpa bersuara.Adam tidak tahu seberapa sakit hatinya Husein sekarang. Disaat dia sudah pulang, bermaksud untuk memberikan kejutan untuk mereka, tapi malah dia yang mendapatkan kejutannya.Di tengah kesedihannya, Adam tidak bisa membiarkan ini berlarut-larut. Adam kemudian meminta kepada pihak rumah sakit untuk mengantarkan jasad kedua orang tuanya kembali ke rumah.Salwa tidak berh