Mereka bertiga kini sedang berada di kamar jenazah. Mereka melihat jasad kedua orang tuanya yang terbujur kaku di bankar rumah sakit.Salwa sudah menangis sesegukan, Husein menangis tanpa bersuara. Sedangkan Adam, dia berusaha sekuatnya agar tidak menangis.Kedua adiknya kini tengah terpuruk, dia harus bisa menjadi sandaran dan kekuatan untuk mereka. Dia mencoba untuk kuat di tengah rasa sakitnya.Adam memeluk Salwa dengan erat. Adam melihat ke arah Husein yang menatap jasad kedua orang tuanya, menangis tanpa bersuara.Adam tidak tahu seberapa sakit hatinya Husein sekarang. Disaat dia sudah pulang, bermaksud untuk memberikan kejutan untuk mereka, tapi malah dia yang mendapatkan kejutannya.Di tengah kesedihannya, Adam tidak bisa membiarkan ini berlarut-larut. Adam kemudian meminta kepada pihak rumah sakit untuk mengantarkan jasad kedua orang tuanya kembali ke rumah.Salwa tidak berh
Sudah satu minggu Habibah bersaudara hanya berdiam diri tinggal di rumah. Mereka masih mencoba untuk menata hidup mereka, setelah kepergian Abah dan Umi.Kepergian Abah dan Umi yang begitu mendadak, benar-benar menjadi pukulan yang berat untuk mereka bertiga.Adam yang menutup tokonya sementara, Salwa yang menyerahkan urusan butik kepada Amira, dan Husein yang meminta mengundurkan jadwalnya masuk bekerja.Para tetangga yang senggang, juga silih berganti mengunjungi kediaman Habibah. Para Ibu-Ibu memberikan sebagian masakan mereka untuk Habibah bersaudara, serta menemani Salwa agar tidak selalu bersedih. Memang, mereka tidak bisa menyembuhkan rasa sakit hatinya Salwa, tapi mereka berharap, dengan kunjungan mereka setiap hari, bisa mengalihkan pikiran Salwa.Sedangkan untuk Bapak-Bapak dan laki-laki yang senggang, mereka menemani Adam dan Husein, harapan mereka juga sama, agar kesedihan mereka bisa sedikit terobati de
Pagi harinya, Habibah bersaudara hanya saling menyapa sekali. Setelah sarapan, mereka kembali ke kamar masing-masing.Bukannya mereka tidak sadar dengan keadaan saudaranya. Mata bengkak mereka jelas terlihat. Siapapun yang melihatnya pasti akan langsung paham jika mereka semalam habis menangis.Hati mereka sama-sama sakit melihat mata saudaranya bengkak seperti itu. Ingin rasanya hati menyemangati, tapi mereka juga sadar, mereka mengalami hal yang sama. Tidak perlu mengatakan apa-apa, mereka sudah mengerti satu sama lain.Salwa kembali menangis setelah masuk ke dalam kamar. Dia sangat sedih melihat keadaan kedua kakaknya pagi ini.Jika semalam dia menangis karena hatinya masih sakit, setelah kepergian Abah dan Umi. Pagi ini dia kembali menangis karena melihat keadaan kedua kakaknya.Salwa yang melihat mata bengkak Adam dan Husein sangat yakin jika mereka menangis semalam. Tapi Salwa masih benar-bena
Tiga hari berlalu, Habibah bersaudara sudah terlihat lebih ceria dari hari-hari sebelumnya.Adam dan Salwa juga sudah akan mulai bekerja hari ini. Begitupun dengan Husein, rencananya, dua hari lagi Husein juga akan masuk bekerja kembali.Mereka tengah sarapan bersama, sebelum Adam dan Salwa berangkat bekerja. Semalam mereka sudah memutuskan. Karena Husein baru akan mulai bekerja dua hari lagi, jadi selama dua hari ini, Husein akan ikut Salwa ke butiknya."Aku ikut Salwa saja Mas. Biar sekalian bisa jagain dia," ucap Husein semalam.Selain agar Husein tidak merasa kesepian, Husein juga ingin melihat bagaimana Salwa mengelola butik yang sudah dari dulu dia mimpikan.Jika ditanya apakah mereka masih merasa sedih, jawabannya jelas, mereka masih sangatlah sedih.Namun hidup juga harus tetap berjalan, mereka tidak bisa terjebak dalam kesedihan mereka.Mereka harus bangkit
"Sudah lama?" tanya Husein kepada Andhika, begitu dia sampai di bandara. Husein menjemput Andhika dengan menggunakan taksi, karena Husein tidak tahu berapa banyak barang bawaan Andhika. Motor Husein, dia tinggal di butik Salwa. "Hai! Tidak juga! Kamu apa kabar?" jawab Andhika. Andhika Putra, pria kelahiran Bandung yang saat ini berusia dua puluh lima tahun. Dia mengenal Husein sekitar tiga tahun yang lalu. Lebih tepatnya, saat pertama kali Husein datang ke kota Bandung. Mereka lalu berpelukan sebentar. Setelah melepaskan pelukannya. Husein melihat jika ternyata barang bawaan Andhika tidaklah terlalu banyak. Hanya satu koper dan satu tas ransel. "Aku baik! Kamu bagaimana kabarnya? Ngomong-ngomong, kenapa kamu bisa dimutasi ke Solo?" tanya Husein. "Aku juga baik! Nggak tahu, mungkin karena kita sudah lama kerja bareng, jadinya aku ikut dimutasi ke Solo," jawab Andhika. "Ada-ada saja! Oh iya kamu tinggal di daerah mana?" tanya Husein. Mereka berjalan keluar dari bandara dengan Hus
Dua hari sudah, Husein mengikuti Salwa ke butiknya. Hari ini, akhirnya dia akan memulai kembali bekerja."Mas Husein ganteng banget sih," ucap Salwa.Mereka kini tengah berada di ruang tamu, sedang bersiap-siap untuk berangkat bekerja."Husein saja yang ganteng, Dek? Mas Adam memangnya nggak ganteng?" tanya Adam.Melihat gelagat Adam yang cemburu, Salwa lalu mendekati Adam."Mas Adam juga ganteng kok! Mas Adam sama Mas Husein adalah kakak-kakak Salwa yang paling ganteng," jawab Salwa."Ya iyalah, Dek! Orang kakakmu juga cuma kita berdua," sahut Husein.
"Gimana? Mau pilih kost apa kontrakan?" tanya Husein.Hari pertama Husein dan Andhika masuk kerja, mereka tidak terlalu banyak pekerjaan. Atau bisa dibilang, mereka datang hanya untuk pengenalan dan mengurus beberapa dokumen."Gimana ya! Aku masih bingung! Menurutmu, sebaiknya aku kost apa ngontrak saja?" tanya Andhika."Kalau kamu meminta pendapatku, aku saranin kamu pilih kost saja. Kamu kan juga cuma sendiri di sini. Jadi aku pikir, kost adalah pilihan yang terbaik.""Gitu ya! Kalau gitu, bisa antar aku sekalian untuk mencari kost yang sesuai dengan keinginanku?""Boleh! Kita izin saja dulu!" ucap Husein.
Sore itu, akhirnya mereka berempat belanja bersama.Andhika yang memang sejak awal sudah tertarik dengan Salwa, selalu berusaha untuk mendekatinya di setiap ada kesempatan.Adam dan Husein melihat tingkah Andhika dengan sangat jelas. Sebagai sesama laki-laki, mereka sangat paham jika Andhika tertarik dengan Salwa."Kamu beli sampo yang ini? Apakah ini baunya sangat wangi?" tanya Andhika yang sudah berada tepat di samping Salwa.Salwa terkejut bukan main. Dia selalu menjaga jaraknya dengan laki-laki yang bukan mahramnya, dan setiap kali dia bersikap segan kepada mereka, mereka juga akan memperlakukan Salwa dengan segan.Tapi sikap Andhika ini benar-benar san