Pagi hari di hari sabtu, Salwa sudah sibuk berada di dapur. Dia yang sudah diberitahu Husein jika Andhika hari ini akan main ke rumah, sedang sibuk memasak untuk menjamu Andhika nanti.Biasanya, meskipun hari sabtu, Salwa juga akan pergi ke butik, walaupun hanya setengah hari saja.Karena hari ini Andhika akan main ke rumah. Maka Salwa, selaku satu-satunya wanita di rumah ini, mengambil tanggung jawab untuk memberikan suguhan yang terbaik.Salwa juga tidak memasak makanan yang wah! Hanya sebisanya saja. Salwa memasak makanan ringan untuk camilan, dan juga masak untuk makan siang nanti.Salwa memilih untuk memasak lauk makan siangnya di pagi hari, karena Salwa pikir, jika nanti dia harus memasak siang hari, waktunya
Sesampainya di rumah Husein, Andhika merasa berat untuk melangkah masuk ke dalam rumahnya Husein. Apalagi dia membawa sayur mayur untuk dijadikan buah tangannya.Baru kali ini, Andhika berkunjung ke rumah orang dengan membawa sayur mayur. Ada rasa tidak percaya diri dalam hatinya."Ayo! Kenapa malah diam?"Husein yang melangkah masuk ke dalam rumahnya terlebih dahulu merasa heran, saat Andhika tidak mengikutinya."Kenapa?" tanya Husein.Husein melihat jika Andhika ragu-ragu untuk masuk ke dalam rumahnya."Ini semua gara-gara kamu! Masa iya, aku bawa sayur mayur kayak gini," ucap Andhika kesal.
Saat Salwa membawa nampan ke ruang tamu, Salwa mendengar Andhika yang bertanya, "Bagaimana dengan sepupu?" Lalu Adam menjawab, "Sepupu itu bukan mahram, jadi kalau seandainya kamu mau menikah dengan sepupu, itu boleh. Tapi masih banyak ya, yang menganggapnya aneh, karena berpikir, masa menikah dengan kakaknya sendiri sih. Padahal boleh lho, kalau memang mau menikah dengan sepupu, karena mereka itu bukan mahram," jawab Adam. Salwa meletakkan nampan yang di bawanya ke meja, sambil mendengarkan penjelasan dari Adam. Setelah Salwa menaruh minuman dan juga kudapan di atas meja, Salwa segera kembali lagi ke dapur untuk melanjutkan memasak. "Iya, Mas! Masih banyak yang menilai tabu, jika menikah dengan sepupu sendiri," ucap Andhika. Husein sendiri dari tadi juga hanya menyimak saja percakapan Andhika dan kakaknya. Menurut Husein, jika kakaknya itu sedang menjelaskan sesuatu, itu memang mudah sekali dipahami. Husein mengakui itu. "Hai Nabi, sesungguhnya kami telah menghalalkan bagimu ist
Andhika melihat Adam yang tengah mengaji, dengan Husein dan Salwa yang menyimak di sampingnya."Suaranya Mas Adam benar-benar sangat merdu," gumam Andhika.Andhika tidak bisa melepaskan pandangannya dari Habibah bersaudara, terutama Salwa.Salwa terlihat sangat cantik dan begitu meneduhkan di mata Andhika."Kalau begini, aku malah semakin suka sama kamu," ucap Andhika pelan sambil terus menatap ke arah Habibah bersaudara.Takut jika sampai akan ketahuan Habibah bersaudara, akhirnya Andhika memilih untuk kembali menunggu mereka di ruang tamu.Andhika meninggalkan Habibah bersaudara yang sedang menga
Setelah kunjungan Andhika ke rumah Husein beberapa waktu lalu. Rasa kagum Andhika kepada Salwa bukannya hilang tapi malah semakin besar. Padahal Andhika sudah berniat untuk melupakan perasaannya pada Salwa, mumpung Andhika belum terlanjur mencintainya.Tapi setelah kunjungannya ke rumah Husein, rasa kagum Andhika bukan hanya bertambah kepada Salwa. Namun, Andhika juga menjadi kagum dengan hubungan Habibah bersaudara.Seumur hidup Andhika, dia tidak pernah melihat hubungan persaudaraan, sebaik dan seharmonis persaudaraan Habibah bersaudara."Apa aku bisa menjadi bagian dari mereka?" tanya Andhika pada dirinya sendiri."Kamu ini mikir apa sih! Kamu dan Salwa itu berbeda. Jangan berpikir terlalu jauh!" Andhika memukul
Hari demi hari berlalu begitu saja. Hari ini, saat Adam tengah berada di ruko, tiba-tiba saja Adam mendapatkan pesan dari nomor yang tidak diketahui.Pesan yang isinya benar-benar membuat Adam sangat terkejut."Astaghfirullahaladzim! Aku benar-benar lupa akan hal ini," ucap Adam.Adam pun lalu buru-buru membalas pesan orang tersebut, dan meminta izin untuk datang ke rumahnya di akhir pekan nanti.Tentu saja orang itu mengizinkan Adam untuk berkunjung ke rumahnya."Maafkan Adam, Bah! Adam benar-benar tidak bermaksud untuk melupakan kata-kata Abah waktu itu," ucap Adam dengan sedih.Tanpa terasa, air
Dalam hati Husein bertanya-tanya, hal apakah yang hendak dibicarakan Adam kepada mereka. Husein tidak bisa menebaknya sama sekali.Setelah Adam memberitahu apa yang terjadi. Jujur saja, dalam hati Husein langsung menolaknya.Jujur saja Husein masih belum rela jika Adam harus menikah sekarang. Apalagi setelah kepergian Abah dan Umi yang masih menyisakan kesedihan di hatinya.Husein masih membutuhkan Adam untuk menggenggam tangannya. Husein masih membutuhkan Adam sebagai sandarannya. Husein masih belum ikhlas jika Adam harus menikah sekarang.Walaupun Husein tahu, menikah adalah hal yang baik, tapi tidak untuk saat ini. Husein masih belum siap melepaskan Adam untuk menikah. Husein masih membutuhkan Adam.
Salwa tengah termenung di ruang kerjanya yang berada di butik. Salwa masih saja kepikiran akan kedua kakaknya itu.Penolakan Husein semalam, membuat Salwa tidak bisa berhenti memikirkannya.Salwa ikhlas, jika Adam hendak menikah untuk sekarang ini, karena biar bagaimanapun, Salwa masih mempunyai Husein di sisinya.Tapi kalau harus berkata jujur, perasaan Salwa sama dengan yang Husein rasakan. Salwa masih ingin Adam berada di sisinya, karena jika nanti Adam sudah menikah, maka Adam sudah memiliki prioritas tanggung jawab, selain Salwa dan Husein.Salwa sadar seratus persen, jika menikah itu adalah hal yang baik. Salwa juga bisa merelakan, jika memang Adam mau menikah dalam waktu dekat ini.