Andhika melihat Adam yang tengah mengaji, dengan Husein dan Salwa yang menyimak di sampingnya."Suaranya Mas Adam benar-benar sangat merdu," gumam Andhika.Andhika tidak bisa melepaskan pandangannya dari Habibah bersaudara, terutama Salwa.Salwa terlihat sangat cantik dan begitu meneduhkan di mata Andhika."Kalau begini, aku malah semakin suka sama kamu," ucap Andhika pelan sambil terus menatap ke arah Habibah bersaudara.Takut jika sampai akan ketahuan Habibah bersaudara, akhirnya Andhika memilih untuk kembali menunggu mereka di ruang tamu.Andhika meninggalkan Habibah bersaudara yang sedang menga
Setelah kunjungan Andhika ke rumah Husein beberapa waktu lalu. Rasa kagum Andhika kepada Salwa bukannya hilang tapi malah semakin besar. Padahal Andhika sudah berniat untuk melupakan perasaannya pada Salwa, mumpung Andhika belum terlanjur mencintainya.Tapi setelah kunjungannya ke rumah Husein, rasa kagum Andhika bukan hanya bertambah kepada Salwa. Namun, Andhika juga menjadi kagum dengan hubungan Habibah bersaudara.Seumur hidup Andhika, dia tidak pernah melihat hubungan persaudaraan, sebaik dan seharmonis persaudaraan Habibah bersaudara."Apa aku bisa menjadi bagian dari mereka?" tanya Andhika pada dirinya sendiri."Kamu ini mikir apa sih! Kamu dan Salwa itu berbeda. Jangan berpikir terlalu jauh!" Andhika memukul
Hari demi hari berlalu begitu saja. Hari ini, saat Adam tengah berada di ruko, tiba-tiba saja Adam mendapatkan pesan dari nomor yang tidak diketahui.Pesan yang isinya benar-benar membuat Adam sangat terkejut."Astaghfirullahaladzim! Aku benar-benar lupa akan hal ini," ucap Adam.Adam pun lalu buru-buru membalas pesan orang tersebut, dan meminta izin untuk datang ke rumahnya di akhir pekan nanti.Tentu saja orang itu mengizinkan Adam untuk berkunjung ke rumahnya."Maafkan Adam, Bah! Adam benar-benar tidak bermaksud untuk melupakan kata-kata Abah waktu itu," ucap Adam dengan sedih.Tanpa terasa, air
Dalam hati Husein bertanya-tanya, hal apakah yang hendak dibicarakan Adam kepada mereka. Husein tidak bisa menebaknya sama sekali.Setelah Adam memberitahu apa yang terjadi. Jujur saja, dalam hati Husein langsung menolaknya.Jujur saja Husein masih belum rela jika Adam harus menikah sekarang. Apalagi setelah kepergian Abah dan Umi yang masih menyisakan kesedihan di hatinya.Husein masih membutuhkan Adam untuk menggenggam tangannya. Husein masih membutuhkan Adam sebagai sandarannya. Husein masih belum ikhlas jika Adam harus menikah sekarang.Walaupun Husein tahu, menikah adalah hal yang baik, tapi tidak untuk saat ini. Husein masih belum siap melepaskan Adam untuk menikah. Husein masih membutuhkan Adam.
Salwa tengah termenung di ruang kerjanya yang berada di butik. Salwa masih saja kepikiran akan kedua kakaknya itu.Penolakan Husein semalam, membuat Salwa tidak bisa berhenti memikirkannya.Salwa ikhlas, jika Adam hendak menikah untuk sekarang ini, karena biar bagaimanapun, Salwa masih mempunyai Husein di sisinya.Tapi kalau harus berkata jujur, perasaan Salwa sama dengan yang Husein rasakan. Salwa masih ingin Adam berada di sisinya, karena jika nanti Adam sudah menikah, maka Adam sudah memiliki prioritas tanggung jawab, selain Salwa dan Husein.Salwa sadar seratus persen, jika menikah itu adalah hal yang baik. Salwa juga bisa merelakan, jika memang Adam mau menikah dalam waktu dekat ini.
Seperti yang dikatakan Adam. Akhir pekan ini, Adam mengajak Husein dan Salwa, untuk berkunjung ke rumah Pak Ramli. Saat Adam melihat Husein dan Salwa berjalan beriringan, Adam pun tersenyum menatap mereka. "Kalian sudah siap?" tanya Adam yang sedang duduk di kursi ruang tamu. "Sudah, Mas!" jawab Salwa. Husein dan Adam yang kompak memakai kemeja kotak-kotak berlengan panjang, dan Salwa yang memakai gamis dengan warna senada dengan kemeja yang dipakai Adam dan Husein. "Ayo! Kita berangkat sekarang!" Adam kemudian berdiri dari duduknya. "Bismillahirrahmanirrahim! Semoga ini menjadi yang terbaik untuk semua. Semoga keputusanku ini tidak menyakiti hati keluarga Pak Ramli," ucap Adam dalam hati. Seperti biasa, Adam membonceng Salwa, sedangkan Husein menaiki motornya sendiri. "Mas Husein hati-hati ya!" pesan Salwa sebelum mereka benar-benar berangkat. "Iya! Kalian juga hati-hati ya!" balas Husein. Hampir satu jam perjalanan mereka menuju ke rumah Pak Ramli, akhirnya mereka sampai jug
"Maafkan Adam, Pakde! Tapi untuk saat ini, Adam benar-benar tidak bisa meninggalkan mereka," ucap Adam sambil tersenyum melihat kedua adiknya itu.Ada keheningan setelahnya. Pak Ramli juga tidak bisa memaksa Adam untuk menerima anaknya.Kalau ditanya apakah Pak Ramli kecewa? Jelas, Pak Ramli sangat kecewa dengan penolakan Adam.Apalagi Nurul, anaknya lah yang mengajukan untuk bertaaruf kepada Adam. Pak Ramli merasa sedih untuk Nurul.Entah darimana Nurul bertemu dengan Adam, sehingga membuat Nurul berani memintanya untuk melamar Adam lewat almarhum Abah Ali."Boleh Pakde bertanya, Dam?"Adam mendongak untuk melihat Pak Ramli."Boleh, Pakde!" jawab Adam."Jika Pakde tanya tentang kesiapan kamu untuk menikah, apakah kamu sudah siap?"Pak Ramli benar-benar berusaha untuk mengubah jawaban Adam. Selain karena untuk anaknya. Pak Ramli juga ingin sekali memiliki menantu dari salah satu anaknya Ali Habibah.Adam terdiam sebentar. Adam memikirkan kembali perasaannya, apakah dia benar-benar sud
Sudah dua hari Amira pergi ke Semarang, untuk menghadiri walimatul 'urs kerabatnya. Sekaligus juga Amira akan melihat pameran busana yang kebetulan juga diadakan di Semarang. Hari ini, Salwa memutuskan untuk menutup butiknya. Bukannya tidak mampu bekerja sendirian. Tidak lain karena hari ini Salwa harus mengecek kain yang tersedia di kios Adam. Saat seperti ini, biasanya ada Amira yang menjaga butik. Namun kali ini, Salwa sendirian, tidak ada yang membantu. Selesai mengecek kain yang diinginkannya. Salwa kemudian duduk santai di meja kasir, sembari menunggu pelanggan. Daripada waktu luangnya tidak sia-sia, Salwa memutuskan untuk membantu Adam di kios untuk hari ini. "Dek, kamu mau makan apa?" tanya Adam. Selesai sholat dzuhur, Adam memutuskan mencari makan siang untuk mereka berdua. "Apa aja, Mas! Kalau ada yang pedes-pedes. Atau kalau tidak ada makanan yang pedas, yang ada sambal ya!" balas Salwa. "Ya sudah! Mas Adam pergi dulu ya! Kamu beneran nggak apa-apa kan ditinggal Ma