Di tengah hutan lebat, terdapat rumah kayu tua yang masih berdiri kokoh. Hutan adalah pilihan tepat untuk ditinggali. Mereka bukanlah Tarzan. Hanya keluarga kecil yang hidup bahagia. Namun, tidak berselang lama, kehidupan mereka hancur dengan cepat.
"Kemarilah! Ikut aku!" Suara anak kecil laki-laki terdengar pelan. Dia sedang berbicara dengan anak kecil perempuan, yang bersembunyi di balik pohon besar.
Usia mereka tidak terpaut jauh. Yang terpaut jauh hanyalah posisi kehidupan.
"Papamu akan marah, jika Ashley mendekati rumahmu. Tidak hanya Ashley saja yang dimarahi, kamu juga." Suara anak kecil perempuan terdengar gemetar.
"Aku sudah menemukan jalan lain untuk kita masuk. Tidak akan ketahuan. Kamu akan selalu aman di tanganku," paksa anak kecil laki-laki, dengan menarik tangan sahabat kecil. "Aku akan menyembunyikanmu, jika ada yang melihat."
Ashley Collins. Anak kecil perempuan yang berperawakan kotor dan menjijikan. Anak pertama dari Keluarga Collins memang suka sekali main jauh dari rumah. Karena suka main jauh dari rumah, itulah mengapa Ashley bisa bertemu dengan Jordi Rider.
Jordi Rider. Anak kedua dari Keluarga Rider yang kaya raya. Kehidupan mewah selalu mengelilingi Jordi, tetapi tidak dengan kebebasan. Sebenarnya, Jordi memiliki kebebasan untuk pergi ke mana pun, tetapi bukan bermain dengan anak dari keluarga miskin.
Kamar tidur yang luas membuat mata Ashley berbinar. Luas kamar Jordi sudah seperti luas satu rumah Keluarga Collins. Jika dilihat dari luar, rumah Keluarga Rider terlihat seperti istana.
"Ini kamarmu?" tanya Ashley, yang masih terpukau dengan kerennya kamar Jordi.
Ranjang besar yang empuk dan hangat, televisi lebar yang terpasang di dinding, banyak mainan dan buku, serta pakaian mewah yang tergantung di lemari. Semua yang terlihat di depan mata telah membuat Ashley iri.
"Tentu saja! Aku ini anak kedua dari keluarga kaya raya." Jordi menyombongkan diri. Karena masih anak-anak, Jordi bebas mengungkapkan isi hati. "Peti besar yang tadi kita lewati itu sengaja dibuat oleh pelayanku, supaya kita bisa bermain di sini. Orang tuaku tidak tahu. Pelayan yang membuat jalur peti itu juga tidak tahu."
Dengan imut, kepala Ashley dimiringkan karena bingung. "Lalu, apa yang kamu katakan pada pelayan?"
"Aku mengatakan pada mereka rahasia. Akan tetapi, kalau mereka tidak melakukannya, maka aku aku katakan pada papa, kalau mereka tidak berperilaku baik padaku. Mereka pun langsung menurut." Jordi sangat bangga pada diri sendiri. "Aku diperlakukan seperti pangeran."
Sekali lagi Ashley terpukau. Ada rasa keinginan hidup menjadi anak kaya raya. "Ashley juga ingin diperlakukan seperti putri kerajaan-"
Jordi menutup mulut mungil Ashley dengan wajah panik. "Jangan berisik! Terkadang, pelayan dan orang tuaku bisa saja masuk ke sini. Kita bicara pelan saja, ya?"
Masih dengan ditutupi Jordi, Ashley mengangguk mengerti.
Dilihat dari ujung rambut hingga ujung kaki, Ashley terlihat kotor dan berantakan. Jordi menyarankan sesuatu yang membuat Ashley semakin bersemangat. "Kamu harus merubah penampilan dulu. Tunggu, adikku punya pakaian yang bagus untukmu. Tunggu di sini!"
Ashley menuruti semua perintah Jordi dengan semangat. Dengan wajah penuh bahagia, Ashley duduk di kursi belajar Jordi, dengan menggoyangkan kaki. Pikiran Ashley dipenuhi dengan impian menjadi putri kerajaan. Putri yang selamanya bersama dengan pangeran.
Suara langkah kaki berlari ke kamar terdengar jelas. Ashley mengintip dari celah pintu yang dibuka sedikit. Terlihat Jordi membawa tiga pakaian anak kecil perempuan.
Pintu telah tertutup rapat. Jordi langsung memberikan semua pakaian yang dibawa. "Coba kamu pakai satu per satu! Kamu pasti cantik dengan menggunakan salah satunya."
"Semua pakaian ini sangat bagus! Ashley tidak tahu harus pakai yang mana." Ashley menatap Jordi bingung.
"Pakai saja yang ini! Erine selalu bilang, kalau gaun ini sangat cantik," suruh Jordi.
Tanpa ragu, Ashley melepas pakaian kotor di depan Jordi. Melihat tubuh Ashley yang hanya memakai pakaian dalam dan bertubuh kotor, tidak membuat Jordi sama sekali malu.
Pakaian yang berwarna merah muda sangat cocok di tubuh mungil Ashley. Berkali-kali Ashley memutar tubuh di depan cermin. "Ashley sudah seperti putri kerajaan?"
"Sudah. Kamu akan selalu menjadi putri kerajaanku," jawab Jordi dengan senyuman lebar. Jordi sangat menyukai Ashley dengan pakaian seperti yang dipakai Erine.
"Papa! Kamar Erine berantakan!" Suara teriakan Erine dari luar membuat Jordi dan Ashley berubah menjadi panik. Erine sama sekali tidak suka melihat kamar yang berantakan. Jordi lupa merapikan lemari Erine.
Ashley ditarik dengan sigap oleh Jordi ke jalan rahasia, melalui peti besar tadi. "Pergilah! Jangan lihat ke belakang! Larilah secepat mungkin!" suruh Jordi pada Ashley. Peti besar tersebut langsung ditutup rapat, hingga suara kunci terdengar.
Nasib sial memang selalu datang pada Ashley. Bermain bersama anak dari keluarga kaya raya sangat menyulitkan. Kenapa hanya bermain saja harus memandang status?
Jordi mulai kebingungan. Ada dua pakaian yang harus Jordi sembunyikan. Antara pakaian Ashley yang masih tertinggal, atau dua pakaian Erine yang sengaja diambil. Tidak ada waktu berpikir. Pakaian Ashley langsung disembunyikan di bawah ranjang.
"Jordi, apa kamu melihat- Ini pakaian Erine, 'kan?" Anak lelaki lebih tua dari Jordi, Stuart Rider, tidak sengaja melihat dua pakaian Erine. "Mengapa kamu mengambil pakaiannya? Jangan bilang, pakaian ini ingin diberikan pada Ashley?"
Diamnya Jordi membuat Stuart mengerti. "Aku sudah menemui pelaku-"
Jordi dengan cepat menutup mulut Stuart menggunakan dua tangan kecil. "Kumohon, Kak! Jangan bilang pada papa dan mama!"
Setelah berhasil melepas tangan Jordi, Stuart memarahi sang adik. "Lalu, untuk apa kamu memberinya pakaian Erine? Kamu tahu, kalau Erine tidak suka berbagi. Apalagi, dengan keadaan Ashley yang seperti itu. Kamu bisa bilang padaku."
"Kakak ingin membantuku? Selama ini, Kakak hanya diam saja. Saat aku dimarahi, atau Ashley dilukai, tidak ada pembelaan darimu!" Jordi tidak menyukai sifat sang kakak yang hanya diam di depan orang tua. Niat Stuart memang baik, tetapi diam di keadaan yang tidak tepat bukanlah hal yang baik.
Pintu kamar Jordi terbuka lebar. Sudah ada banyak orang dewasa, juga Erine yang memegang boneka beruang merah muda.
"Itu baju Erine! Kak Jordi, kenapa baju Erine ada di kamar Kakak?" Erine mendekat dengan wajah kesal.
"Jordi, jawab! Kenapa baju Erine ada padamu?" Donny Rider, kepala keluarga dari Keluarga Rider. Wajah Donny memang terlihat kejam. Donny tidak main-main, jika ada orang miskin yang mendekati rumah mewahnya, apalagi menginjak lantai seujung kuku kaki.
Jordi hanya menundukkan kepala. Melihat adiknya tidak bisa menjawab, Stuart berinisiatif untuk membela. Stuart tidak ingin seperti apa yang dikatakan Jordi tadi. Sesekali menutupi kesalahan sang adik tidak ada salahnya.
"Aku yang menyuruhnya, Pa. Jordi tidak salah-"
"Diam, Stuart! Jangan membelanya! Sejak kapan kamu ada di posisinya?" Donny menatap tajam pada anak pertama.
Erine berlari di kamar Jordi, seakan mencari sesuatu yang disembunyikan sang kakak. Erine sudah hafal dengan kelakuan Jordi, yang suka menyembunyikan sesuatu.
"Jordi, jawab saja pertanyaan papamu!" Wanita yang sudah melahirkan tiga anak, Marry Rider, berharap ada jawaban dari anak kedua yang nakal.
Sudah empat kali Jordi ketahuan bermain bersama Ashley. Percuma saja untuk Jordi berbohong. "Iya, Pa. Jordi mengambil baju Erine untuk diberikan pada Ashley."
"Papa! Ada baju si anak miskin di bawah ranjang Kak Jordi!" Erine menunjuk pakaian kotor yang ditemukan di bawah ranjang Jordi.
"Berarti, anak miskin itu sudah berani menginjak rumah ini." Donny setuju dengan sang istri.
"Ini sudah tidak bisa dibiarkan. Gerry, suruh pengawal untuk mencari anak miskin itu! Dia pasti masih ada di sekitar sini. Cepatlah!" suruh Donny pada lelaki yang masih satu darah dengannya.
Gerry Rider. Lelaki muda dari adik Donny yang hampir tidak ada bedanya. Mungkin, sedikit. Tidak seperti Donny yang melarang orang miskin mendekati Keluarga Rider, tetapi Gerry selalu menginginkan apa yang diinginkan. Dengan kata lain, egois.
"Baik, Kak." Gerry bergerak dengan cepat menyuruh para pengawal.
"Jangan, Papa! Ashley tidak salah! Jordi yang memaksanya datang ke sini! Hukum Jordi saja!" Mata Jordi sudah mulai mengeluarkan air mata. Sambil menahan celana Donny untuk tidak pergi, Jordi berharap.
Satu tamparan keras mendarat pada pipi Jordi, membuat Erine menutup mulut karena terkejut. Begitu juga dengan Stuart yang ingin membantu, tetapi pikiran menyuruh Stuart untuk tetap diam.
"Itu hukuman untukmu! Stuart, jaga kedua adikmu untuk tidak keluar dari rumah ini!" Donny memberi tugas pada Stuart, lalu pergi meninggalkan ketiga anak bersama Mary.
Sementara itu, di hutan lebat tempat Ashley sudah terbiasa berbaur. Beberapa orang mengejar Ashley yang ketahuan keluar dari rumah mewah Keluarga Rider."Jangan sampai anak miskin itu lolos! Kalian akan dipecat, kalau hal itu terjadi!" Gerry mengancam para pengawal.Selagi para pengawal mengejar Ashley, Gerry mencari jalan pintas. Jalan lain yang Ashley mungkin tidak akan menyadari keberadaan Gerry.Pakaian imut merah muda memang sangat mewah dan cantik, tetapi merepotkan untuk berlari. Ashley lelah harus mengangkat rok yang menempel ke tanah, atau tidak sengaja menginjak rok bagian bawah.Ashley harus sampai di rumah sebelum tertangkap. Namun, tangan besar menarik Ashley ke suatu tempat. Ashley juga tidak bisa berteriak, karena bibir mungilnya telah disekap."Jika tidak ingin ditangkap kakakku, diamlah!" Orang yang menangkap Ashley adalah Gerry. "Kamu akan selamat darinya. Jadi, menurutlah!"Bagi Ashley, Gerry dan Donny tidak ada bedanya. M
Kembali lagi pada pohon besar yang pernah Ashley tempati untuk bersembunyi. Mata Ashley sedang memandang anak kecil laki-laki yang pernah bermain bersama dengan Ashley. Ya, Ashley rindu bermain dengan Jordi.Bagaimana cara Jordi selalu menganggap Ashley sebagai putri kerajaan selalu terulang di kepala Ashley. Ingin sekali mendengar ucapan itu lagi.Sayangnya, Ashley hanya bisa memandangi Jordi dari kejauhan. Hutan di dataran tinggi bisa membuat Ashley melihat rumah mewah Keluarga Rider yang terbuka, atau halaman yang tidak tertutup atap. Di sana, Jordi sedang berlatih kuda bersama kedua saudara."Apa kamu ingin kembali ke tempat itu?" Ashton bertanya dari belakang Ashley, membuat sang anak terperanjat terkejutAshton maupun Stanley memang sengaja membiarkan Ashley berlarian di hutan, karena mereka yakin sang anak akan kembali ke rumah. Begitu juga dengan Tony.Namun, karena mereka telah menjadi abu, maka mereka akan mengawasi sang anak melalu
Empat tahun kemudian. Ashley sudah berumur sepuluh tahun. Bermain sudah tidak Ashley lakukan. Namun, Ashley selalu memandangi rumah Keluarga Rider dari pohon yang selalu digunakan untuk bersembunyi.Tujuan memandangi ingin mencari keberadaan dan keadaan Tony. Namun, yang berada di mata Ashley adalah Jordi dan kedua saudara Jordi. Bagaimana Ashley tidak rindu pada lelaki bernama Jordi?Tidak. Ashley harus fokus pada tujuan. Janji yang sudah terikat pada kelingking Ashley dan Ashton, sudah tidak bisa diubah. Balas dendam dan penyelamatan harus menjadi prioritas.Kembali pada alur kehidupan yang sama. Setiap hari, Ashley selalu memakan buah yang sama. Lima buah delima cukup untuk satu, bahkan dua hari. Namun, kini Ashley mengambilnya sendiri. Lebih tepatnya, mengambil buah delima dengan kekuatan abu.Abu sudah keluar dari telapak tangan Ashley, tinggal mengarahkan ke atas, maka buah delima sudah bisa diambil. Sayangnya, kekuatan abu Ashley belum cukup. Abu y
Mata sembab membuat Ashley agak susah membuka mata. Mengingat peristiwa menyedihkan yang terjadi pada Ashley tadi malam, rasanya enggan untuk bangun. Adanya orang tua selalu membuat hidup Ashley berwarna.Sepi. Biasanya, ada sapaan selamat pagi setelah bangun tidur. Sekarang, siapa yang akan menyapa? Siapa pula yang akan Ashley sapa?"Kekuatanmu akan bertambah dua kali lipat. Ingat tujuanmu hidup, tidak boleh menyerah, apalagi gagal fokus pada hal apa pun. Papa ingin kamu fokus pada apa yang telah kamu janjikan pada kami. Kamu dengar, Ashley?"Ucapan Ashton telah tertanam di kepala Ashley. Ya, ingat tujuan hidup, tidak boleh menyerah, jangan gagal fokus. Akan tetapi, bisakah beri Ashley waktu untuk tidak mengingat tujuan, menyerah, dan gagal fokus?Ashley hanya ingin mengenang kepergian orang tua. Seperti yang orang lain lakukan pada jasad, memberi nama di nisan.Tempat di mana semua telah menjadi abu masih ada. Banyak kenangan di tempat tersebut.
"Kamu suka kue kering dan susu?" Annie menepuk sofa di sebelah, menyuruh Ashley duduk. Ketika Ashley ingin bicara, Annie menyela. "Hasil curian tidak boleh berada di rumah ini. Jadi, rotimu kuberikan pada orang yang membutuhkan."Susah payah Ashley mengambil roti itu. Tidak susah, hanya saja, Ashley menyayangkan usaha terbaik yang sudah dilakukan.Ashley pun duduk di sebelah Annie. Kue kering di hadapan Ashley terlihat enak. Tanpa malu, Ashley memakan kue tersebut, sambil mendengarkan semua ucapan yang Annie katakan."Ada alasan dibalik aku mengajakmu tinggal bersama. Dari dulu, aku sedang mencari orang yang memiliki kekuatan abu."Tentang itu, tubuh Ashley membeku. Annie tadi berkata melihat Ashley ingin mencuri baju. Cara mencuri Ashley pasti sudah dilihat Annie. Kue kering yang baru digigit sekali, ditaruh kembali ke piring. Ashley bahkan membayangkan tubuhnya dibakar hidup-hidup."Jangan takut. Aku sudah berjanji padamu." Annie menunjukkan keli
Tidak ada kegiatan yang menyenangkan untuk Ashley saat ini. Teman-teman baru sedang asik dengan dunia masing-masing. Ashley hanya menyaksikan dunia mereka dari sofa panjang di ruang tamu.Sambil menyaksikan, Ashley menebak-nebak siapa yang memiliki kekuatan abu. Dua anak. Entah antara Michael dan Brandon, atau anak lain."Aku suka rambutmu." Michael membuat Ashley terkejut, dengan berbisik tepat di belakang telinga Ashley. "Ada apa, Ash? Kenapa kamu diam saja sedari tadi? Tidak punya teman, ya?"Tidak hanya Ashley dan Michael saja yang duduk di sofa panjang, masih ada beberapa anak lain. Namun, jarak dari anak-anak dan Michael serta Ashley agak jauh."Apa kamu pengguna kekuatan abu?" Michael sudah membuat Ashley terkejut dua kali. Bukan terkejut karena dikejutkan, melainkan terkejut karena mendadak tahu hal tersebut. Mungkinkah Michael percaya kekuatan itu, atau memang Michael juga pengguna kekuatan abu?Ashley memilih tidak menjawab. Michael bisa
Anak kecil laki-laki sedang asik melempar bola ke atas, lalu menangkapnya. Dia melakukan itu sambil menunggu sang ibu yang tengah asik berbincang dengan teman.Tidak disengaja, bola tersebut tidak bisa ditangkap, dan menggelinding ke tengah jalan. Sang anak pun mencoba mengambil sendiri.Suara klakson dari truk pembawa pasir terdengar sangat jelas.Orang-orang yang berada di sekitar jalan memperingati anak tersebut. Akan tetapi, anak itu terlalu fokus pada bola.Ibu dari anak itu pun baru tersadar, jika sang anak tidak ada di sebelah. Dengan inisiatif ingin menyelamatkan sang anak, tetapi temannya menahan. "Anakku dalam bahaya! Seseorang tolong dia!"Kekuatan abu pun keluar dari tangan wanita muda. Dengan cepat, abu tersebut membuat anak laki-laki menghilang dari tempat. Truk itu tidak menabrak anak laki-laki, melainkan kekuatan abu yang baru menghilang.Tentu saja semua orang menjadi bingung, terutama sang ibu. "D-di mana anakku?"Ab
"Bagaimana perasaan Anda saat melihat sekumpulan abu tadi?" Seorang reporter cantik sedang mewawancarai korban, yang hampir saja menabrak pembatas tinggi truk."Saya menjadi tambah panik, ternyata abu tadi menyelamatkan saya. Saya pikir, abu tadi ingin membuat saya tewas, sebelum terkena pembatas truk," jawab korban pria tua dengan wajah bahagia. "Kekuatan abu itu memang ada!"Pria tua itu berlari sambil meneriaki hal yang sama berulang-ulang. "Kekuatan abu memang ada!"Reporter menjadi bingung dengan tingkah pria tua tadi. Dalam hal pribadi, sang reporter tidak yakin dengan pernyataan pria yang diwawancarai. Namun, dalam hal pekerjaan, sang reporter harus terlihat profesional."Terlihat jelas sekali, jika kekuatan abu memang ada. Selama ini, banyak yang mengira kekuatan abu hanyalah sebuah dongeng ....""Kak Donny? Jangan-jangan ...." Pria dengan janggut tipis merasa ketakutan. Ditatapnya pria yang lebih tua. Masa lalu yang pernah terjadi, muncul