Share

Deadly Ash
Deadly Ash
Penulis: LiEunSaVaLove

1. Ketahuan

Di tengah hutan lebat, terdapat rumah kayu tua yang masih berdiri kokoh. Hutan adalah pilihan tepat untuk ditinggali. Mereka bukanlah Tarzan. Hanya keluarga kecil yang hidup bahagia. Namun, tidak berselang lama, kehidupan mereka hancur dengan cepat.

"Kemarilah! Ikut aku!" Suara anak kecil laki-laki terdengar pelan. Dia sedang berbicara dengan anak kecil perempuan, yang bersembunyi di balik pohon besar.

Usia mereka tidak terpaut jauh. Yang terpaut jauh hanyalah posisi kehidupan.

"Papamu akan marah, jika Ashley mendekati rumahmu. Tidak hanya Ashley saja yang dimarahi, kamu juga." Suara anak kecil perempuan terdengar gemetar.

"Aku sudah menemukan jalan lain untuk kita masuk. Tidak akan ketahuan. Kamu akan selalu aman di tanganku," paksa anak kecil laki-laki, dengan menarik tangan sahabat kecil. "Aku akan menyembunyikanmu, jika ada yang melihat."

Ashley Collins. Anak kecil perempuan yang berperawakan kotor dan menjijikan. Anak pertama dari Keluarga Collins memang suka sekali main jauh dari rumah. Karena suka main jauh dari rumah, itulah mengapa Ashley bisa bertemu dengan Jordi Rider.

Jordi Rider. Anak kedua dari Keluarga Rider yang kaya raya. Kehidupan mewah selalu mengelilingi Jordi, tetapi tidak dengan kebebasan. Sebenarnya, Jordi memiliki kebebasan untuk pergi ke mana pun, tetapi bukan bermain dengan anak dari keluarga miskin.

Kamar tidur yang luas membuat mata Ashley berbinar. Luas kamar Jordi sudah seperti luas satu rumah Keluarga Collins. Jika dilihat dari luar, rumah Keluarga Rider terlihat seperti istana.

"Ini kamarmu?" tanya Ashley, yang masih terpukau dengan kerennya kamar Jordi.

Ranjang besar yang empuk dan hangat, televisi lebar yang terpasang di dinding, banyak mainan dan buku, serta pakaian mewah yang tergantung di lemari. Semua yang terlihat di depan mata telah membuat Ashley iri.

"Tentu saja! Aku ini anak kedua dari keluarga kaya raya." Jordi menyombongkan diri. Karena masih anak-anak, Jordi bebas mengungkapkan isi hati. "Peti besar yang tadi kita lewati itu sengaja dibuat oleh pelayanku, supaya kita bisa bermain di sini. Orang tuaku tidak tahu. Pelayan yang membuat jalur peti itu juga tidak tahu."

Dengan imut, kepala Ashley dimiringkan karena bingung. "Lalu, apa yang kamu katakan pada pelayan?"

"Aku mengatakan pada mereka rahasia. Akan tetapi, kalau mereka tidak melakukannya, maka aku aku katakan pada papa, kalau mereka tidak berperilaku baik padaku. Mereka pun langsung menurut." Jordi sangat bangga pada diri sendiri. "Aku diperlakukan seperti pangeran."

Sekali lagi Ashley terpukau. Ada rasa keinginan hidup menjadi anak kaya raya. "Ashley juga ingin diperlakukan seperti putri kerajaan-"

Jordi menutup mulut mungil Ashley dengan wajah panik. "Jangan berisik! Terkadang, pelayan dan orang tuaku bisa saja masuk ke sini. Kita bicara pelan saja, ya?"

Masih dengan ditutupi Jordi, Ashley mengangguk mengerti.

Dilihat dari ujung rambut hingga ujung kaki, Ashley terlihat kotor dan berantakan. Jordi menyarankan sesuatu yang membuat Ashley semakin bersemangat. "Kamu harus merubah penampilan dulu. Tunggu, adikku punya pakaian yang bagus untukmu. Tunggu di sini!"

Ashley menuruti semua perintah Jordi dengan semangat. Dengan wajah penuh bahagia, Ashley duduk di kursi belajar Jordi, dengan menggoyangkan kaki. Pikiran Ashley dipenuhi dengan impian menjadi putri kerajaan. Putri yang selamanya bersama dengan pangeran.

Suara langkah kaki berlari ke kamar terdengar jelas. Ashley mengintip dari celah pintu yang dibuka sedikit. Terlihat Jordi membawa tiga pakaian anak kecil perempuan.

Pintu telah tertutup rapat. Jordi langsung memberikan semua pakaian yang dibawa. "Coba kamu pakai satu per satu! Kamu pasti cantik dengan menggunakan salah satunya."

"Semua pakaian ini sangat bagus! Ashley tidak tahu harus pakai yang mana." Ashley menatap Jordi bingung.

"Pakai saja yang ini! Erine selalu bilang, kalau gaun ini sangat cantik," suruh Jordi.

Tanpa ragu, Ashley melepas pakaian kotor di depan Jordi. Melihat tubuh Ashley yang hanya memakai pakaian dalam dan bertubuh kotor, tidak membuat Jordi sama sekali malu.

Pakaian yang berwarna merah muda sangat cocok di tubuh mungil Ashley. Berkali-kali Ashley memutar tubuh di depan cermin. "Ashley sudah seperti putri kerajaan?"

"Sudah. Kamu akan selalu menjadi putri kerajaanku," jawab Jordi dengan senyuman lebar. Jordi sangat menyukai Ashley dengan pakaian seperti yang dipakai Erine.

"Papa! Kamar Erine berantakan!" Suara teriakan Erine dari luar membuat Jordi dan Ashley berubah menjadi panik. Erine sama sekali tidak suka melihat kamar yang berantakan. Jordi lupa merapikan lemari Erine.

Ashley ditarik dengan sigap oleh Jordi ke jalan rahasia, melalui peti besar tadi. "Pergilah! Jangan lihat ke belakang! Larilah secepat mungkin!" suruh Jordi pada Ashley. Peti besar tersebut langsung ditutup rapat, hingga suara kunci terdengar.

Nasib sial memang selalu datang pada Ashley. Bermain bersama anak dari keluarga kaya raya sangat menyulitkan. Kenapa hanya bermain saja harus memandang status?

Jordi mulai kebingungan. Ada dua pakaian yang harus Jordi sembunyikan. Antara pakaian Ashley yang masih tertinggal, atau dua pakaian Erine yang sengaja diambil. Tidak ada waktu berpikir. Pakaian Ashley langsung disembunyikan di bawah ranjang.

"Jordi, apa kamu melihat- Ini pakaian Erine, 'kan?" Anak lelaki lebih tua dari Jordi, Stuart Rider, tidak sengaja melihat dua pakaian Erine. "Mengapa kamu mengambil pakaiannya? Jangan bilang, pakaian ini ingin diberikan pada Ashley?"

Diamnya Jordi membuat Stuart mengerti. "Aku sudah menemui pelaku-"

Jordi dengan cepat menutup mulut Stuart menggunakan dua tangan kecil. "Kumohon, Kak! Jangan bilang pada papa dan mama!"

Setelah berhasil melepas tangan Jordi, Stuart memarahi sang adik. "Lalu, untuk apa kamu memberinya pakaian Erine? Kamu tahu, kalau Erine tidak suka berbagi. Apalagi, dengan keadaan Ashley yang seperti itu. Kamu bisa bilang padaku."

"Kakak ingin membantuku? Selama ini, Kakak hanya diam saja. Saat aku dimarahi, atau Ashley dilukai, tidak ada pembelaan darimu!" Jordi tidak menyukai sifat sang kakak yang hanya diam di depan orang tua. Niat Stuart memang baik, tetapi diam di keadaan yang tidak tepat bukanlah hal yang baik.

Pintu kamar Jordi terbuka lebar. Sudah ada banyak orang dewasa, juga Erine yang memegang boneka beruang merah muda.

"Itu baju Erine! Kak Jordi, kenapa baju Erine ada di kamar Kakak?" Erine mendekat dengan wajah kesal.

"Jordi, jawab! Kenapa baju Erine ada padamu?" Donny Rider, kepala keluarga dari Keluarga Rider. Wajah Donny memang terlihat kejam. Donny tidak main-main, jika ada orang miskin yang mendekati rumah mewahnya, apalagi menginjak lantai seujung kuku kaki.

Jordi hanya menundukkan kepala. Melihat adiknya tidak bisa menjawab, Stuart berinisiatif untuk membela. Stuart tidak ingin seperti apa yang dikatakan Jordi tadi. Sesekali menutupi kesalahan sang adik tidak ada salahnya.

"Aku yang menyuruhnya, Pa. Jordi tidak salah-"

"Diam, Stuart! Jangan membelanya! Sejak kapan kamu ada di posisinya?" Donny menatap tajam pada anak pertama.

Erine berlari di kamar Jordi, seakan mencari sesuatu yang disembunyikan sang kakak. Erine sudah hafal dengan kelakuan Jordi, yang suka menyembunyikan sesuatu.

"Jordi, jawab saja pertanyaan papamu!" Wanita yang sudah melahirkan tiga anak, Marry Rider, berharap ada jawaban dari anak kedua yang nakal.

Sudah empat kali Jordi ketahuan bermain bersama Ashley. Percuma saja untuk Jordi berbohong. "Iya, Pa. Jordi mengambil baju Erine untuk diberikan pada Ashley."

"Papa! Ada baju si anak miskin di bawah ranjang Kak Jordi!" Erine menunjuk pakaian kotor yang ditemukan di bawah ranjang Jordi.

"Berarti, anak miskin itu sudah berani menginjak rumah ini." Donny setuju dengan sang istri.

"Ini sudah tidak bisa dibiarkan. Gerry, suruh pengawal untuk mencari anak miskin itu! Dia pasti masih ada di sekitar sini. Cepatlah!" suruh Donny pada lelaki yang masih satu darah dengannya.

Gerry Rider. Lelaki muda dari adik Donny yang hampir tidak ada bedanya. Mungkin, sedikit. Tidak seperti Donny yang melarang orang miskin mendekati Keluarga Rider, tetapi Gerry selalu menginginkan apa yang diinginkan. Dengan kata lain, egois.

"Baik, Kak." Gerry bergerak dengan cepat menyuruh para pengawal.

"Jangan, Papa! Ashley tidak salah! Jordi yang memaksanya datang ke sini! Hukum Jordi saja!" Mata Jordi sudah mulai mengeluarkan air mata. Sambil menahan celana Donny untuk tidak pergi, Jordi berharap.

Satu tamparan keras mendarat pada pipi Jordi, membuat Erine menutup mulut karena terkejut. Begitu juga dengan Stuart yang ingin membantu, tetapi pikiran menyuruh Stuart untuk tetap diam.

"Itu hukuman untukmu! Stuart, jaga kedua adikmu untuk tidak keluar dari rumah ini!" Donny memberi tugas pada Stuart, lalu pergi meninggalkan ketiga anak bersama Mary.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status