Kembali di pagi hari, di mana Opsir Benny berdiri di depan Keluarga Rider. Bukan menjelaskan tentang kasus Gerry, melainkan memberi kabar buruk mengenai tewasnya Erine.
Kabar buruk untuk Keluarga Rider menjadi kabar baik untuk Blair. Ash sudah tidak perlu menunggu kabar, karena Ash sendiri yang sudah membuat kabar tersebut, sedangkan Opsir Benny hanya menjadi tukang pos.
"Seperti apa yang Nyonya Marry katakan kemarin, pelaku dari kasus ini memanglah orang yang memiliki kekuatan abu kematian. Saksi mengatakan sendiri. Pelaku bisa menyamar sebagai orang lain, entah orang asing atau terdekat. Kalian harus berhati-hati. Saya akan berusaha mungkin untuk menangkap pelaku." Opsir Benny menenangkan para keluarga korban.
Karena sudah kehilangan dua anggota keluarga, Donny terlihat cemas. Apa yang dikatakan Gerry mengenai pembalasan dendam Ashley bisa saja terjadi.
Opsir Benny yang hanya menjalankan tugas tiba-tiba kerah seragam ditarik oleh Donny, lalu senjata api
"Tadi kusimpan di kantung celana. Sekarang di mana, ya?" Ava terlihat kebingungan. Berkali-kali mencari sesuatu yang telah disimpan lama, tetapi tidak ketemu. "Aku harus menemukan foto Gerry, sebelum Stuart mendapatkan lebih dulu."Sekali lagi Ava mencari di dalam kamar. Di bawah ranjang, bawah meja rias, dan mungkin saja tidak sengaja terbuang ke kotak sampah kecil. Ava mendecakkan lidah dengan kesal. "Aku harus mencarinya ke mana lagi?""Sedang mencari apa? Sepertinya, penting sekali." Stuart yang baru saja keluar dari kamar mandi terlihat bingung dengan gerak-gerik Ava.Tubuh Ava gemetar hebat. Ava berpikir, jika Stuart sudah lama berdiri di belakang. "S-sejak kapan kamu selesai mandi?" Stuart tidak boleh tahu mengapa Ava bisa memiliki foto Gerry. Ada masa lalu yang tidak bisa Ava ceritakan pada suami sendiri.Rambut Stuart yang terlihat kacau membuat Ava gemas ingin merapikan. "Sebenarnya, aku kehilangan anting yang diberikan Erine. Aku tidak sengaja
Satu keluarga menangisi kepergian Erine di pemakaman, kecuali Marry. Marry juga di bawa ke pemakaman, tetapi sengaja ditinggalkan dalam mobil bersama dua pelayan. Donny tidak ingin Marry mengacaukan suasana kepergian Erine ke liang lahat.Tempat parkir mobil dan makam Erine tidak begitu jauh, jadi Jordi bisa memperhatikan sang ibu dari kejauhan. Marry menangis sambil menggumamkan sesuatu. Jordi yakin, gumam tersebut pasti tidak ingin Erine pergi meninggalkan Marry."Ayah, apa tidak bisa biarkan ibu ikut melihat makam Erine?" tanya Jordi pada Donny. Jordi paham dengan perilaku Marry yang lebih menyayangi Erine, tetapi sebagai ibu, Jordi juga tidak bisa benci.Tanpa menoleh pada Jordi, Donny menjawab, "Ayah tidak ingin ibumu semakin sedih. Biarkan dia di sana.""Ibu meronta-ronta, Yah. Daripada situasi semakin buruk, lebih baik biarkan ibu keluar." Donny bergeming, membuat Jordi agak kesal. "Baiklah, biar aku yang bawa ibu-""Ayah bilang biarkan saja
Pandangan pada pantulan di cermin membuat Ava menjadi termenung. Tangan yang sedang menyisir rambut sang anak pun berhenti. Beberapa hari ini, Ava sungguh tidak bisa melupakan pria yang pernah berada di hati.Vera melihat sang mama terdiam. Seharusnya, rambut Vera sudah diikat kepang seperti permintaan, dan beberapa menit lagi akan berangkat sekolah. Namun, mama dari anak kecil perempuan tersebut malah diam termenung."Mama, kepang rambut Vera. Kepang dua, ya?" Vera mengajak Ava bicara melalui pantulan cermin, tetapi Ava tetap bergeming. "Mama!"Tetap tidak ada balasan. Justru air matalah yang keluar. Ava sungguh tidak rela di tinggal mati oleh Gerry.Kebetulan sekali Stuart masuk ke kamar untuk mengganti pakaian kerja. Melihat Ava yang menangis tiba-tiba, Stuart tidak ingin langsung bersuara."Papa, mama tiba-tiba menangis. Padahal, Vera hanya ingin diikat kepang dua. Mama juga tidak mendengarkan Vera bicara. Apa mama sudah tidak sayang dengan Ver
Rider's Corp. Bangunan besar nan tinggi terlihat sangat mewah dan megah. Dari halaman dan parkiran saja sangat lebar. Bagaimana jika Ash menghancurkan bisnis Keluarga Rider juga?"Anda pasti Nona Ash. Tuan Stuart sudah menunggu." Wanita berpakaian kantor menyapa Ash dengan ramah. "Silakan ikuti saya, Nona."Wanita itu hanya bekerja sebagai sekretaris. Tidak ada hubungan dengan Keluarga Rider. Maksud Ash, tisak ada hubungan kekeluargaan, bukan hubungan pekerjaan.Mungkin terlalu berlebihan, jika Ash juga menghancurkan bisnis Keluarga Rider. Banyak orang yang bekerja dengan giat di sini. Pasti sangat sulit mencari pekerjaan. Mereka bekerja mencari uang dari hasil keringat untuk keluarga. Ash tidak tega.Suara ketukan pintu dari luar membuat Ash tersadar dari lamunan. Ash tidak sadar, jika sudah sampai di depan pintu ruang direktur."Masuk." Suara pria yang Ash kenal terdengar sampai luar. Berarti, ruangan tersebut tidak kedap suara."Permisi,
Dalam perjalanan pulang, Ash berusaha menutupi tanda merah di leher menggunakan rambut. Berkali-kali hembusan angin membuat rambut terhembus. Ash mendecakkan lidah.Ash mampir ke toko kios pakaian sementara. Hanya untuk membeli syal. Padahal, cuaca sedang panas. Orang di sekitar menatap Ash dengan bingung."Mama, Vera mau es krim di depan sana!" Suara Vera terdengar oleh Ash yang tidak jauh. Ash dapat melihat Vera yang terus-menerus menarik baju Ava, meminta dibelikan es krim. Akan tetapi, Ava bergeming. Hanya menatap pada ponsel saja.Tidak ada anak kecil yang suka diabaikan. Dengan inisiatif, Vera menyebrang sendiri hanya demi es krim yang diinginkan."Wanita itu sudah melupakan anaknya." Ash menjadi ikut kesal. Anak kecil tidak bisa ditinggal sendiri. Akhirnya, Ash berlari cepat ke arah Vera yang belum menyebrang. "Vera! Jangan menyebrang sendiri! Biar aku temani.""Vera mau es krim itu! Mama diam saja, jadi Vera jalan sendiri. Belikan Vera es k
Sarapan pagi terlihat tenang. Tidak ada masalah terjadi. Akan tetapi, semua orang di meja makan dibuat bingung oleh penampilan Ash, yang menggunakan syal lagi untuk menutupi bagian leher."Kamu terlihat rapi sekali. Ingin pergi ke mana?" Jordi bertanya, setelah menelan makanan yang sempat dikunyah."Rumah sakit." Ash tidak berbohong ke mana akan pergi. Tanpa dijelaskan alasan pergi ke rumah sakit, Jordi sudah mengerti lebih dulu."Salep yang kuberikan sudah dipakai? Masih belum hilang, ya? Periksa saja ke dokter kulit." Jordi memberi saran. "Kita berangkat bersama. Arah sekolahku dan rumah sakit sama."Mendengar Jordi mengajak Ash, telinga Blair panas seketika. "Aku ikut! Daripada bosan di rumah, lebih baik menemani Ash pergi."Jordi menatap Blair tidak suka. Pasti ada rencana lain yang telah Blair siapkan.Donny membuka suara setelah lama tidak ingin ikut campur masalah Ash. "Ada apa dengan lehermu? Apa pelayanku tidak membersihkan kamarmu
Suara ketukan membuat Ash terpaksa membuka mata. Niat bangun di siang hari telah gagal. Mau atau tidak, Ash harus membukakan pintu demi tidak terganggu dengan suara ketukan yang semakin keras."Kak Ava? Kenapa?" Ash memandang bingung pada Ava yang berdiri sambil menangis."Aku ... minta maaf. Tentang kemarin. Aku sudah menuduh dan menjambakmu di depan orang-orang. Aku percaya dengan orang yang salah. Sungguh memalukan. Maafkan aku!" Ava sampai menggabungkan kedua tangan seperti sedang berharap.Ada seutas senyuman di wajah Ash. Sebenarnya, tidak ada dendam antara mereka berdua. Ava juga tidak ada sangkut pautnya dengan masa lalu. Namun, melihat Ava seperti itu telah membuat Ash puas."Jadikan pelajaran, ya, Kak. Jangan hanya dengar dari satu pihak. Kak Ava harus bisa memilah dan adil." Ava mendapatkan usapan hangat di lengan dari Ash. "Aku memang bukan siapa-siapa di sini, tetapi sudah menganggap kalian sebagai keluarga."Keluarga? Terdengar sangat
"Ibu!" Ash dalam wujud Erine memanggil dari kamar Jordi. "Kemarilah!"Tentunya Marry merasa sangat senang. Semenjak Blair pergi, tidak ada agi wujud Erine di hadapannya. Rasa rindu dari sang ibu pada putri kesayangan kembali muncul. "Anakku!""Ikut Erine saja, Bu. Ibu pasti bosan berada di rumah ini, 'kan? Kita akan pergi dari sini melalui peti itu." Ash kembali membuka peti jalan rahasia, dan menyuruh Marry untuk turun lebih dulu.Kamar Jordi dibiarkan terbuka, tetapi tidak dengan peti. Karena Ash yang terakhir turun, peti tersebut pun ditutup dari dalam."Kita ada di mana, Erine?" Marry memperhatikan sekeliling dengan rasa takut. Sebelumnya, dia tidak berani pergi sendiri ke tempat yang jauh, jika tidak ada yang menemani. Namun sekarang, sudah ada Erine di sebelahnya. Erine palsu. Lebih tepatnya seperti itu."Seperti yang Ibu lihat sendiri. Kita sedang berada di hutan. Mereka tidak akan menemukan kita di sini. Kita pergi yang jauh, ya?" ajak Ash