Share

Bab 4 Menyapa

"Eh, itu istri dan anak Pak Ilyas kayaknya," celetuk Roby.

Namun Hira yang diajak bicara hanya mampu bergeming.

Terlalu sakit hati, rasa menyayat di dadanya membuat Hira tak mampu berucap. Tenggorokannya serasa tercekat.

'Ya, Arkana sudah menikah dan punya anak,' lirihnya dalam penyesalan.

"Ayo, malah melamun!"

Tin.tin.

"Eh, Pak Reno. Maaf Pak, silakan."

Roby menyilakan bos lamanya untuk melewati jalan.

"Kalian belum pulang? Ini baru mau ambil motor, Pak."

"Udah, ikut mobil saya aja, yuk!"

"Kemana, Pak?"

Pak Reno hanya menatap sekilas karyawan cantiknya terdiam. Heran itulah yang dipikirnya, biasanya ceria dan cerewet tapi ini sebaliknya.

"Masuk aja dulu!"

Roby membukakan pintu belakang untuk Hira sedangkan dirinya di samping Pak Reno.

Hira tak menyadari dirinya berada di mobil bos lamanya. Dia tergelak dan menoleh kanan kiri.

"Astaghfirullah, Bi. Katanya pakai motor, kenapa berganti mobil mewah begini?" ucapnya polos membuat pengemudi terbahak.

"Astaga, Hira. Dari tadi kamu kemana aja. Tumben si cerewet ini jadi pendiam," ledek Pak Reno.

"Hah, Pak Reno?"

"Apa, baru nyadar?" Sang bos sudah mencebik kesal sedangkan Hira hanya mengulum senyum mengurangi rasa malu.

"Kita mau kemana, Pak?"

"Kencan."

"Jangan bercanda, Pak!"

" Saya serius."

"Mana ada kencan bertiga," dengus Hira.

"Jadi, kamu mau kita kencan berdua. Kalau begitu Roby turun sini saja."

"Ishh, Hira tega nih mau ninggalin aku."

"Terserah Pak Reno aja, deh."

Di sinilah mereka bertiga, menikmati makanan restoran berkelas yang jarang-jarang didapatkan Mahira, entah kalau Roby. Sepertinya Roby anak orang kaya yang berpura-pura jadi orang biasa agar Mahira mau berteman baik dengannya.

"Pak Reno, tadi Pak Ilyas seperti dijemput mobil berisi penumpang anak-anak dan perempuan berjilbab."

Deg,

Entah kenapa jantung Hira tiba-tiba berdegup kencang mendengar penuturan Roby.

Kecewa dirasanya yang hilang sementara, kini mencuat kembali. Dia mencoba menikmati makanan di depan mata. Namun kunyahan demi kunyahan tak mampu membuatnya menelan sempurna.

"Oh, itu anak dan istrinya Pak Ilyas."

Uhuk,uhuk.

Hira tersedak makanan yang sedari tadi susah ditelannya membuat wajahnya memerah.

"Kamu tidak apa-apa, Ra?" Roby mencoba menepuk punggung Hira dengan lembut. Namun sang empunya segera mengangkat tangan kiri menghentikan aksi Roby.

Hira tak enak hati manakala Pak Reno mematap tajam perlakuan Roby barusan padanya.

"Minumlah!" Sebuah gelas berisi air putih disodorkan Reno pada Hira yang mencoba tersenyum.

"Ngapain juga kamu tanya-tanya, Bi? Hira jadi tersedak, kan?" Reno kesal dengan kelakuan karyawannya yang membuat Hira tersedak.

"Maaf, Pak. Ini juga mewakili pertanyaan yang membuat penasaran Hira, kok."

Hira sudah melotot tajam ke arah Roby yang seenaknya menjadikan dia umpan. Meski kenyataan rasa ingin tahu Hira pun besar.

"Istrinya cantik dan sholihah. Ilyas sangat mencintainya, terlihat dari kebersamaan mereka yang terkesan harmonis," lanjut Reno. Setidaknya itu yang terlihat dari luar, entah kehidupan di dalamnya siapa yang tahu. Mereka korban perjodohan orang tua.

Reno mengedikkan bahunya, sedangkan Hira mendengarkan dengan seksama.

'Arkana dijodohkan oleh orang tuanya?'

Hira mencoba terbang ke masa lalu.

"Ra, apa rencanamu setelah lulus?" tanya Arkana sembari duduk santai di depan ruang sidang skripsi.

"Apa, ya? Kerja dulu baru nikah, kayaknya Ar," jawab Hira ragu.

"Kalau ada yang melamarmu?"

"Hah, siapa? Laki-laki yang dekat denganku hanya Mas David. Tapi nggak mungkin dia tertarik sama aku."

Ucapan Hira menyisakan raut kecewa di wajah Arkana karena hanya nama David yang ada diingatannya.

Di sisi lain Hira mencoba memancing respon Arkana mengenai ucapannya. Namun yang ditunggu tak sesuai ekspektasinya. Keduanya hanya terdiam dan mengalihkan pembicaraan.

"Ra, kenapa malah melamun?" Roby melambaikan tangan di depan Hira yang tersentak kaget bangun dari lamunannya.

"Sepertinya Pak Reno meragukan kebahagiaan Pak Ilyas," celetuk Hira tanpa memikirkan pertanyaan konyolnya.

"Sudahlah, kenapa ngurusin rumah tangga orang. Gimana kalau membahas rencana rumah tangga kita saja!"

"Apa...?" Roby dan Hira berteriak histeris bersamaan.

"Maksud Pak Reno apa?"

"Pak Reno mau mengajak Hira berumah tangga?"

"Haha, kalau Hira mau. Kalian ini memangnya tidak mau berumah tangga? Tentu saja dengan pasangan masing-masing nantinya."

"Owh..." Kedua karyawan Reno hanya ber-oh ria.

Selesai makan, mereka meninggalkan restoran untuk kembali ke kantor karena Reno ada lembur membuat laporan kinerjanya sebelum jabatannya diambil alih Ilyas.

"Kamu mau ikut ke kantor lagi atau gimana, Ra?"

"Saya turun di minimarket depan itu saja, Pak. Mau belanja bulanan, stok di kulkas sudah habis."

Reno menurunkan Hira tepat di depan minimarket kemudian melajukan mobilnya bersama Roby kembali ke kantor karena motor karyawannya masih terparkir di sana.

Saat kaki Hira melangkah, netranya tak asing dengan mobil sport hitam yang terparkir di depan minimarket.

Fix, itu mobil yang ditumpangi Pak Ilyas dan keluarganya.

Hira mengendap dan memicingkan matanya. Tampak olehnya Ilyas sedang membuka ipadnya di samping sopir.

Tak ada penumpang lain di dalamnya, pasti mereka sedang belanja.

Hira mengurungkan niatnya masuk ke minimarket.

Dia tidak siap bertemu anak istri bos barunya. Gegas Hira membalikkan badan melangkah menjauhi tempat tujuannya.

"Mahira?"

Deg.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status