Share

Bab 109

Seminggu sekali, Nawangsih dengan senang terus menemani Suryawijaya kontrol kesehatan di rumah sakit, mengajaknya keliling rumah sambil menceritakan apa saja yang pernah terjadi di sana atau mengunjungi galeri Dendra. Tentu hanya kenangan mereka saja yang Nawangsih ceritakan, yang lain tidak penting katanya.

Suryawijaya tersenyum. Banyak yang menarik untuk di kenang di galeri Dendra, tapi di rumah dia merasa seluruh rumah itu memberikan ingatan yang lebih kuat.

"Yang lain tidak penting karena kamu tidak menerimanya." kata Suryawijaya, mereka berhenti di taman belakang rumah, memilih tempat yang cukup hangat untuk berjemur.

Nawangsih mengernyit, "Maksudnya? Ah iya... Mbak Keneswari pasti khawatir kalau tahu Mas celaka." ucapnya lugas, "Itu kan yang Mas maksud? Memori lama yang bikin aku pergi?"

Nawangsih menyipitkan mata dengan raut wajah penasaran. Suryawijaya gemas, raut wajah itu menghiburnya.

"Kamu benar, tapi Keneswari tidak akan menginjakkan kaki di sini lagi." Suryawijaya berkat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Herlina Maharani
mbak vi.... jgn dong mbak,, aduuhh.. setelah kepiluan bertubi-tubi masihkah harus pilu selamanya.. sedih sy...
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
Smg takdir menystukan ndomas Suryawijaya dg Nawangsih dlm pernikahan..klo ga aq syedih...
goodnovel comment avatar
Dian Susantie
ayo umumkan restu dr ayahanda bun... kalo ga dibilangin mereka berdua ga akan tau.. dan tetap pd keputusan mereka ga akan nikah... huhuhu... syedih..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status