PROLOG

Dongeng tentang peri, makhluk mitologi, ataupun penyihir, telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Mereka seolah ada dan tampak nyata namun sebagian diantara kita hanya menganggapnya sebagai khayalan belaka yang digoreskan dengan pena atau diucapkan dari mulut ke mulut untuk menghibur anak-anak yang hendak berangkat tidur. 

Ingatkah kalian dengan Morgana Le Fay? Penyihir wanita yang terkenal sekaligus musuh Raja Arthur dan penasihatnya, Merlin. 

Ataukah Hansel dan Gretel?

Dua anak manusia yang dibuang ke hutan oleh orang tuanya karena alasan tertentu yang kemudian tersesat ke dalam sebuah rumah permen. Lebih tepatnya rumah jebakan milik penyihir jahat.

Bukan hanya mereka berdua melainkan ada anak-anak lain di dunia ini yang merasakan hal sama, maupun orang-orang yang membuat jebakan seperti sang penyihir.

Terlepas dari kebenaran kisah dua kakak beradik itu, penyihir bukanlah sosok yang hanya hidup dalam khalayan, melainkan lubang hitam dari sebuah kenyataan. 

Mereka melakukan banyak ritual-ritual gelap, menyebarkan wabah penyakit, malapetaka, kutukan, serta segala keburukan yang mereka timbulkan.

Tetapi…mereka tidak akan sanggup bertahan lebih lama atau bertindak lebih jauh selama kami masih hidup. 

“Glaze” itulah sebutan kami. Sebuah klan besar yang akan menumpas seluruh penyihir jahat di seluruh penjuru tempat. Kami punya markas, senjata, dan pasukan-pasukan yang handal dan terlatih.

Bagi penyihir yang melakukan ritual-ritual gelap, kami selalu mengintai dan menjegal sepak terjang mereka. Mengangkat senjata untuk mengeluarkan dunia dari lubang hitam yang tak berujung.