Suasana mulai agak membaik saat ayahku berlari di antara kerumunan. Beberapa orang menghindar untuk memberinya jalan.
“Ayah!” Aku menghampirinya dan memeluknya. Setelah sekian lama tak bertemu, aku benar-benar merindukannya.“Akhirnya kau kembali Jenna! Ayah sangat merindukanmu, dan ayah selalu berharap kau baik-baik saja.”“Aku juga merindukan Ayah.” Jawabku sambil menyeka air mata agar aku tak terlihat lemah. “Ayah! aku tak pernah menghianati Glaze sekalipun. Semua yang telah kulakukan adalah demi kalian, tetapi kalian salah paham dengan cawan perak itu.” ujarku dengan suara lantang agar semua orang bisa mendengarku.“Lalu bagaimana kau bisa menyimpan cawan perak milik para penyihir itu di kamar tidurmu?” tanya salah seorang pemburu.Aku terdiam sejenak dan berusaha memikirkan jawaban yang paling tepat. Jika aku tak hati-hati, justru ucapanku bisa menyerangku sendiri.“Aku taOrang-orang masih sibuk melawan penyihir-penyihir itu, sementara kami bertiga menjauhi lapangan untuk mencari Millorick. Seperti dugaanku, rumah besar dibiarkan kosong tapa penjagaan. Semua orang sibuk melawan anak buah Millorick termasuk Chaz Egerton dan Ayahku. Kami masuk ke rumah besar dan berpencar.Aku bergegas naik ke lantai dua menuju ruang kerja ayahku. Lantai dua rumah besar begitu sepi dan sepertinya hanya ada aku disini. Ku kunci pintu ruang ayahku dan memeriksa kondisi sekitar. Rasanya tidak mungkin jika aku mengambil cawan itu dan memindahkannya ke tempat lain. Cawan itu lebih baik disana dan yang perlu kulakukan hanyalah menjaga pintu itu.Setelah mengunci pintu, aku memeriksa ruangan-ruangan kecil bersekat di sekitarnya, hanya ada satu ruang paling besar di lantai dua sebagai ruang utama. Kemudian terdengar suara-suara kecil di balik tembok yang menarik perhatianku.Seorang anak perempuan berusia sekitar tujuh tahun berdiri disana send
Aku terbangun di atas lantai kayu yang penuh debu dengan kepala yang masih terasa pening setelah berputar-putar di lubang cacing. Debu dan tumpukan dedaunan kering hampir memenuhi seluruh permukaan lantai. Pemandangan di sekitarku tampak gelap.Seberkas cahaya yang masuk melalui ventilasi masih cukup untuk memberitahu tempat apa ini. Kurasa aku berada di sebuah rumah atau lebih tepatnya gudang yang telah lama kosong.Tempat ini hanya terdiri dari satu ruangan yang aku pijak sekarang dengan sebuah pintu kayu yang diikat dengan rantai. Tak ada lubang apapun baik di pintu maupun dinding untuk mengintip keluar. Aku tidak tahu dimana aku berada sekarang, tetapi dari luar terdengar desiran angin yang cukup keras. Mungkin saja bangunan ini berada di tengah hutan.Aku berusaha mendobrak pintu kayu itu lalu mencoba memutus rantainya dengan belatiku tetapi hasilnya nihil. Dengan sekuat tenaga aku berteriak meminta bantuan seraya menggebrak pintu dari dalam.Setelah ber
Aku dan Alden kembali ke Glaze. Sementara Elgar dan Kathleen memutuskan untuk kembali ke Cornwall, atau setidaknya menginap di rumah kenalan mereka di Carvage. Kejadian masa lalu membuat mereka trauma.Walaupun Chaz Egerton tak mengenali Madison bersaudara saat kami menyusup untuk mengambil senjata, Ia sudah pernah melihat mereka saat itu, membawa cawan perak dan menuduh mereka berdua sebagai penyihir.Setelah kekacauan dua hari lalu kurasa para Hunters tidak akan lagi menganggapku sebagai penghianat. Semuanya telah jelas bahwa Glaze telah disusupi oleh si ratu penyihir dan para pengikutnya.Dua orang Hunters berjaga di pintu masuk. Melihat kemunculanku, mereka lantas membuka gerbang. Raut wajah mereka nampak ramah, seolah menyambut kami berdua."Kami senang kau kembali Miss Jennifer. Maafkan kami semua karena telah memfitnahmu sebagai penghianat." ucap salah seorang Hunters."Lupakan saja. Kita hanya diadu domba oleh penyihir itu." Aku melewatin
Satu minggu berlalu semenjak aku kembali ke Glaze sebagai Hunters. Tidak ada lagi kesalahpahaman. Beberapa bangunan yang rusak telah diperbaiki. Para pandai besi menempa ulang senjata-senjata yang bengkok maupun patah. Pasokan senapan baru telah ditambahkan.Para Hunters sibuk berlatih setiap hari untuk menghadapi ritual gerhana bulan darah. Desa-desa sekitar seperti York dan Carvage dijaga dengan ketat. Para penyihir itu pasti akan kembali lagi untuk mencari korban-korban selanjutnya.Setelah Kingsleigh, ayahku mengijinkanku menunjukkan cawan keabadian itu pada Emma dan Marlon. Mereka cukup tercengang melihat cawan paling sakti itu berada di Glaze selama hampir empat tahun. Sampai saat ini Chaz dan ayahku masih membiarkan cawan itu berada di tempat penyimpanannya.Ayah dan Chaz duduk di perpustakaan kecil dalam ruang kerja ayah. Aku teringat dengan ucapan Chaz ketika akan dijatuhi hukuman mati. Dia pernah mengatakan tentang kejadian di masa lalu yang tak
Hari telah gelap saat aku menginjakkan kaki di Cornwall. Pemandangan rumah-rumah kecil yang saling berjauhan dengan lampu remang-remang memunculkan kesan sunyi namun hangat. Kuketuk pintu rumah Madison bersaudara. Tak perlu menunggu lama karena Kathleen segera membuka pintu untukku."Jenna!" Matanya berbinar setelah melihatku lantas menarikku masuk dan menutup pintu. Ini pertama kalinya aku mengunjungi Cornwall di malam hari.Elgar menuruni tangga, melempar senyum saat pandangan kami bertemu. Aku memeluk mereka berdua. Setelah kekacauan di Glaze mereka seolah menghilang begitu saja dan tak pernah terdengar lagi kabarnya.Kathleen menyajikan teh rasa mint seperti saat pertama kali aku datang ke tempat ini. Tak ada kecurigaan, tak ada kompulsi, apalagi pertikaian. Kami memakan kue buatan Kathleen, tertawa bersama, dan saling menceritakan kehidupan masing-masing.Tentang Meredith Gingham itu, aku menceritakannya pada mereka. Tetapi mereka belum pernah mendenga
Elgar, lelaki muda itu cukup sulit dimengerti. Awalnya dia mengakui bahwa kemampuannya sebagai penyihir putih tidaklah seberapa. Tetapi melihatnya membuat mantra pelindung, menurunkan hujan, bahkan membekukan danau, kurasa.. dia hanya berusaha merendah. Lalu menciumku tiba-tiba. Ah, membuatku merasa canggung saja.Jujur saja aku merasakan sesuatu yang berbeda ketika dia menciumku. Jantungku berdebar saat dia melakukannya. Rasa itu selalu muncul saat aku menatap wajahnya. Mata birunya yang dalam, wajahnya yang putih, dan rambut gelapnya, Elgar seperti mengeluarkan cahaya dari tubuhnya. Entah karena pantulan cahaya ataupun memang sengaja melakukannya.Tak ada cukup waktu bagiku untuk berlama-lama di Cornwall. Aku harus tiba di Glaze secepat mungkin sebelum siang. Karena kondisi danau sudah kembali seperti semula, aku harus menyeberanginya dengan perahu kecil yang disediakan penduduk Cornwall.Hutan Greenleaves selalu sunyi dan sepi seperti biasa. Setelah berkali-k
Gerhana bulan darah semakin dekat. Hanya tinggal tujuh hari lagi mulai dari sekarang. Glaze sudah menyebar para Hunters untuk menjaga desa, terutama Carvage dan York.Sudah memasuki tengah malam saat aku dan Kingsleigh mendapat giliran berjaga di tepi hutan. Tepatnya di perbatasan York dekat Windstone. Bukan tidak mungkin penyihir-penyihir itu akan mencari korban mengingat peristiwa besar itu semakin dekat. Kami sengaja menghalau jalan masuk mereka sebelum mencapai desa.Windstone lebih bersahabat di musim semi setelah semua salju mencair. Beberapa rumah penduduk tampak berjajar dengan lampu-lampu temaram. Sunyi, sepi, hening dan angin berembus kencang. Kingsleigh pergi ke selatan setelah mendengar suara-suara aneh. Sementara aku tetap menunggu di tempat semula.Tepat di belakang, aku merasa ada seseorang yang mengintai. Kuletakkan senapan di dada sembari bersiap menembak jika ada pergerakan yang berbahaya. Makhluk itu, entah apa masih terus bergerak di sekitar.
Ayah memimpin pertemuan besar di aula utama yang dihadiri seluruh anggota Glaze. 41 Hunters, 10 pandai besi, 17 tabib, dan 12 taruna atau peserta latihan. Karena jumlah Hunters terbatas, para pandai besi dan taruna juga akan bergabung dalam misi ini. Seluruh penyihir hitam pasti akan berkumpul untuk ritual terbesar mereka. Jika hanya mengandalkan 41 Hunters tak akan cukup. Taruna Glaze kebanyakan berusia lima belas hingga delapan belas tahun. Awalnya Chaz Egerton memiliki ide untuk melatih pria-pria dewasa untuk melindungi desa mereka, tetapi ayah menolak. Taruna Glaze jauh lebih terlatih meskipun mereka usia mereka masih sangat muda. Tentang cawan itu, sudah diputuskan bahwa aku dan reguku lah yang akan membawanya keluar dari Glaze. Dengan pertimbangan sejak awal aku lah yang sering terlibat dengan cawan perak itu. Ayah dan Chaz Egerton memutuskan bahwa kami akan membawa cawan itu ke sebuah reruntuhan benteng kuno di dekat perbukitan, letak bukit Kanchea berada. Jik