Share

Kepentok Cinta Mas Bian
Kepentok Cinta Mas Bian
Penulis: Tri Ani

Prolog

Brakkkkk

Suara motor jatuh menabrak pohon mangga yang ada di pinggir jalan membuat orang-orang yang sedang sibuk dengan aktifitasnya berlarian menghampiri. 

Seorang pria paruh baya bergeletak dengan bsambil memegangi kakinya yang tertimpa sepedah motor, keningnya juga terlihat berdarah.

"Ya ampun pak, apanya yang sakit?" tanya ibu-ibu penjual mie ayam yang kebetulan sedang membuka berobaknya hendak berjualan. Sepertinya wanita itu kenal siapa bapak itu.

"Aduhhhh buk, kaki saya terkilir tidak bisa berdiri!" ucap bapak itu sambil terus memegangi kakinya dan tidak memperdulikan keningnya yang berdarah. Sepertinya kakinya lebih sakit dari pada keningnya.

"Tolong bapak-bapak bantu pak Tato ke puskesmas!" ucap wanita itu sambil meminta bapak-bapak yang kebetulan juga sedang mengerumuni bapak yang katanya bernama pak Tato.

"Naik angkot saya saja!" salah satu pria dengan handuk kecil menggantung di pundaknya.

"Bu Narmi, tolong beritahukan sama istri dan anak saya ya, Bu!" ucap pak Tato lagi saat beberapa orang mulai memapahnya agar untuk masuk ke dalam angkot.

"Iya pak, nanti saya kasih tau Kiandra sama nya Rusmi!"

"Terimakasih ya buk!"

Angkot itu pun membawa pak Tato ke puskesmas terdekat. Bu Narmi langsung menghampiri rumah keluarga pak Tato yang memang tidak terlalu jauh dari lokasi kejadian.

Dan beberapa orang lainnya sedang meminggirkan motornya yang terlihat bagian boks depannya remuk. Sepertinya pak Tato sedang mengantuk tadi karena pulang dari jaga malam.

Pak Tato berprofesi sebagai satpam di salah satu perumahan yang ada di desa sebelah. Profesi itu sudah di gelutinya hampir dua puluh tahun. Semenjak menikah dia sudah menjadi seorang satpam.

🌺🌺🌺

Ibu penjual mie ayam itu sekarang sudah berada di depan sebuah rumah dengan cat berwarna kuning yang sudah usam, bahkan dindingnya sudah ada beberapa yang terlihat batubatanya.

Rumah dengan ukuran lima kali sepuluh meter itu tampak sepi, Bu Narmi segera berlari memasuki pagar yang terbuat dari bambu yang di cat dengan warna hijau dan putih itu. 

Tok tok tok 

"Bu..., Bu ...., Bu Rus! Pak Tato Bu, Bu ...!" wanita itu terus mengetuk pintu rumah berwarna merah tua itu tapi tetap saja tidak ada jawaban.

Sepertinya rumah itu kosong, hingga seseorang dari belakang berjalan cepat menghampiri Bu Narmi.

"Dudhe ada apa?" tanya seorang gadis yang terlihat rapi dengan tas yang mengandung di bahunya.

Wanita itu segera menoleh pada gadis yang baru datang itu,

"Syukurlah kamu datang Kia!"

"Ada apa ya budhe?"

"Bapak kamu!"

"Kenapa bapak?"

"Bapak kamu kecelakaan, sekarang sedang di bawa ke puskesmas!"

Gadis bernama Kiandra itu begitu panik mendengar penuturan wanita itu.

"Ibu di mana budhe?"

"Nggak tahu, saya panggil-panggil dari tadi nggak ada sahutannya!"

"Salsa?"

"Juga nggak ada!"

"Terimakasih ya budhe atas informasinya, Kiandra langsung ke puskesmas!"

Gadis itu pun kembali memutar sepedanya dan mengayuhnya menuju ke puskesmas desa.

Hanya butuh waktu lima belas menit dan dia sudah sampai di purkesmas. Saat di sana, seorang bidan mengatakan jika bapaknya ternyata di larikan ke rumah sakit.

"Rumah sakit?!"

Tampak sekali gadis itu tertegun, mendengar nama rumah sakit saja sudah membuat bulu kuduknya berdiri. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan bapaknya sekarang, pasti sangat parah, itu yang ia pikirkan.

Kiandra menatap sepedanya, jarak rumah sakit dengan puskermas cukup jauh. Ia tidak mungkin mengayuh sepedahnya ke sana.

"Mbak aku titip sepedahku di sini ya!" ucapnya pada para perawat yang sepertinya baru magang di puskesmas itu.

"Iya dek, nggak pa pa!"

Penampilan Kiandra memang terlihat lebih muda dari usianya, dia masih pantas jika masuk sekolah SMP, padahal satu bulan yang lalu dia baru saja lulus SMA dan sedang mendaftar ke salah satu perguruan tinggi yang tidak jauh dari rumahnya.

🌺🌺🌺

Gadis dengan begitu banyak prestasi akademi, bernama Kiandra. Ia tinggal bersama ayah , ibu sambung dan adik sambungnya. Walaupun satu ayah tetap saja perlakuan ibu sambungnya berbeda.

Ayahnya bernama Tato yang berprofesi sebagai satpam sedangkan ibunya sesekali mendapat panggilan memasak dari para tetangga setiap kali ada hajatan.

Adik perempuannya bernama Salsabila, dia begitu di manjakan oleh ibunya. Mungkin karena anak kandung, Salsabila bahkan di berikan fasilitas terbaik. Walaupun mereka beda ibu tapi usia mereka seumuran, saat Kiandra harus cari beasiswa dulu untuk kuliah, Salsabila sudah langsung bisa masuk ke salah satu universitas tanpa melakukan tes apapun dan uang pendaftaran pun langsung lunas.

Sebenarnya ibu sambung Kiandra adalah selingkuhan ayahnya saat ibunya masih hidup dan mereka menikah setelah ibu Kiandra meninggal karena melahirkannya. Saat itu ibu sambungnya juga sedang hamil Salsabila.

🌺🌺🌺

"Bu, kamar atas nama pak Tato Saputro di mana ya?" tanya Kiandra pada salah satu perawat yang berdiri di balik meja resepsionis.

"Masih di ruang IGD dek, kamu bisa tunggu di depan ruangannya saja ya!"

Lagi-lagi Kiandra di panggil dek, tidak masalah baginya. 

Kini Kiandra sedang duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruang IGD. Hingga dua wanita beda generasi menghampirinya dengan sedikit berlari.

"Bagaimana keadaan bapak?" tanya wanita paruh baya itu saat sudah berada di depan Kiandra.

Kiandra pun segera berdiri,

"Belum tahu Bu, masih ada dokter di dalam!"

"Bapak ada-ada aja sih Bu, sudah tahu Salsa sedang butuh banyak uang, bapak pakek acara jatuh segala!" keluh gadis dengan wajah kesal sambil melipat tangannya di depan dada.

Bu Rusmi mengusap bahu putrinya itu agar tenang, "Sabar Sa, berdoa saja semoga biayanya tidak terlalu banyak!" 

"Apaan sih Salsa nih, bukannya keadaan bapak yang di khawatirkan malah lainnya!" batik Kiandra sambil menatap Salsa kesal.

Sepertinya Salsa mengerti maksud tatapan Kiandra, "Kenapa lihat aku kayak gitu, nggak suka?" 

"Memang nggak ada yang lebih penting ya di otak kamu selain uang, dasar mata duwitan!" ucap Kiandra kesal.

"Jaga ya mulut kamu, memang kamu bisa bayar biaya rumah sakit ini?" Salsa tidak kalah kesalnya dengan ucapan Kiandra.

"Kalian apa-apaan sih, ribut di rumah sakit! Kalian membuat kepala ibu semakin mau pecah saja!" ucap Bu Rusmi sambil mengusap kasar kepalanya lalu duduk membuat kedua putrinya akhirnya diam dan ikut duduk. 

Hingga pintu IGD itu pun terbuka dan seorang dokter keluar dari ruangan itu. Mereka bertiga pun dengan cepat menghampiri sang dokter.

"Bagaimana keadaan suami saya dok?" tanya Bu Rusmi.  Salsa dan Kiandra berdiri di belakang ibunya siap untuk mendengarkan keterangan dari dokter.

"Pak Tato mengalami patah tulang kali, membuat kakinya harus di oprasi untuk kembali memperbaikinya!"

"Jika tidak di operasi bagaimana dok?"

"sulit kemungkinan bisa berjalan lagi!"

Mereka bertiga pun hanya bisa saling pandang. Ini keputusan yang sangat berat untuk mereka bertiga.

Bersambung

Jangan lupa untuk dukung tulisan saya ya, beri komentar dan subscribe ya 

Follow akun I* aku ya

I* tri.ani5249

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status