Share

Apartemen Mewah

Kini Kiandra dan pak Adi sudah berada dalam bus yang sama, ia duduk tepat di samping pak Adi. Ini untuk pertama kalinya Kiandra pergi ke kota. Ia sudah membayangkan sebuah kota besar, dengan mobil-mobil mewah yang saling bersalipan di jalan raya yang luas bahkan bisa untuk perjalan empat mobil sekaligus tidak seperti jalan di kampungnya, hanya bisa untuk satu mobil dan satu motor. Kalau ada dua mobil yang saling berpapasan, salah satunya harus berhenti terlebih dulu.

Walaupun malam hari, Kiandra masih sangat bersemangat untuk melihat kelap-kelip lampu kota, benar-benar pemandangan yang jarang ia jumpai di kampung.

Sesekali pak Adi menceritakan sesuatu jika menjumpai sesuatu yang menarik dan dia tahu ceritanya dan Kiandra berfitur bersemangat untuk mendengarkannya.

Butuh waktu lima sampai enam jam untuk sampai di kota, entah jam berapa akhirnya mata Kiandra tidak mampu untuk terjaga kembali. Pak Adi pun akhirnya meminta Kiandra untuk tidur agar pagi-pagi sekali saat mereka sampai di kota, Kiandra terlihat segar.

Entah sudah berapa lama ia tidur, saat bangun ia sudah bisa melihat langit mulai terang kembali. Pak Adi juga baru saja bangun, saat ia melihat sekeliling ternyataereka sudah akan sampai,

"Di depan kita turun!"

"Baik pak!"

Benar saja, saat sampai di depan halte, pak Adi mengajak Kiandra untuk berdiri dan berjalan menghampiri kenek bus.

Saat sampai di halte, bus pun berhenti dan kami pun turun bersama beberapa orang lainnya. 

Kiandra kira masih akan mencari kendaraan lagi, tapi ternyata salah. Setelah mereka turun pak Adi mengajak mereka untuk berjalan.

"Tidak pa pa kan kita berjalan sebentar, sayang soalnya uangnya kalau buat naik angkot, jaraknya tidak terlalu jauh!"

"Terserah pak Adi saja!"

Mereka pun berjalan menyusuri trotoar, sesekali pak Adi kembali bercerita. Ia memberitahukan beberapa kebiasaan yang berbeda dari kebiasaan orang kampung. Pak Adi juga memberitahukan tempat-tempat yang mungkin Kiandra ingin kunjungi atau memang sangat di butuhkan untuk di kunjungi. Pak Adi juga memberikan nomor ponselnya apa bila butuh sesuatu.

Akhirnya mereka sampai juga di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi dengan begitu banyak lantai. Kiandra sampai tercengang menatap gedung itu, bahkan saat ia mendongakkan kepalanya ia tetap tidak bisa melihat ujung gedung itu.

"Wow, serius pak, ini rumahnya? Ini rumah apa kantor?" Kiandra sampai meloncat-loncat agar bisa melihat ujung gedung tapi tetap saja tidak bisa.

"Ini apartemen, kata asisten yang akan jadi majikan kamu, suruh ke apartemennya dulu!"

"Oh gitu!"

"Ayo masuk!"

Pak Adi pun menarik tangan Kiandra agar mengikutinya, pak Adi bertanya sebentar pada scurity yang sedang bertugas dan scurity itu pun menatap Kiandra.

"Serius mau kerja dek?"

"Iya pak!" Kiandra mengangunggukkan kepalanya.

"Baiklah kalau begitu saya antar ke apartemennya pak Leo!" 

"Saya nggak usah ikut ya, soalnya sudah waktunya jam kerjaku, titip keponakanku ya!" Pak Adi berpamitan pada mereka, ternyata pak Adi bekerja sebagai salah satu cleaning servis di apartemen itu.

"Aman!"

Kini Kiandra dan scurity itu mulai memasuki lift mereka menuju ke lantai enam apartemen itu. Sepenjang jalan scurity itu memberitahu bagaimana nanti cara bersikap Kiandra dengan majikan barunya. Sepertinya karena yang bertanggung jawab mencarikan dia, jadi dia ikut bertanggung jawab.

"Mengerti pak!" Kiandra hanya menjawab sebisanya, ia juga tidak kenal dengan pria yang mengantarnya itu.

Hingga akhirnya mereka sampai juga di depan sebuah apartemen dengan nomor pintu 673, entah apa artinya nomor itu tapi tidak mungkin itu banyakkannya ruangan di apartemen itu.

Ting tong ting tong

Scurity itu memencet bel beberapa kali hingga pintu itu terbuka, seorang pria sudah berdiri di depannya dengan masih mengenakan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya, sepertinya orang itu baru saja selesai mandi.

"Ada apa?"

"Maaf pak Leo, ini asisten rumah tangga yang saya janjikan kemarin!"

Pria yang bernama Leo pun mengamati penampilan Kiandra dari atas hingga bawah, "Cepat sekali!?"

"Iya pak, kebetulan cleaning servis di apartemen ini kemarin pulang kampung dan ternyata ada yang berminat kerja!"

Lagi-lagi pria yang bernama Leo itu mengamati penampilan Kiandra hingga membuat Kiandra merasa risih di buatnya, apalagi saat ini pria itu sedang bertelanjang dada.

"Menarik! Perkenalkan nama kamu!"

Scurity itu menyenggol bahu Kiandra yang sedang melamun agar segera menjawab pertanyaan pria itu,

"Eh, nama saya Kiandra pak!"

"Baiklah, tinggalkan Kiandra di sini!"

"Baik pak Leo, saya permisi!"

Scurity itu meninggalkan Kiandra dengan pria itu sendiri. 

"Mau tetap di luar atau masuk?" pertanyaan pria itu lagi-lagi menyadarkannya,

"Iya masuk pak!"

Kiandra pun mengikuti pria itu masuk ke dalam apartemen pria itu, ia membantu menutupkan pintu dan berjalan di belakang pria yang bernama Leo itu.

"Duduklah, saya akan berganti baju dulu!"

"Baik pak!"

Pria itu akhirnya meninggalkan Kiandra juga dan masuk ke dalam ruangan lainnya yang sepertinya itu adalah sebuah kamar. 

Hehhhh ....

Kiandra bernafas lega sekarang, setidaknya tidak melihat pria telanjang itu. Ia pun memutusakan untuk duduk di salah satu sofa kecil dengan notif bulu berwarna abu-abu serasih dengan ruangan itu. Ruangannya sudah sangat rapi tidak mungkin jika pria itu masih membutuhkan pembantu rumah tangga.

Karena terlalu lama menunggu, Kiandra pun memutuskan untuk kembali berdiri dan melihat-lihat apartemen itu, ia tersenyum saat melihat foto artis idolanya juga terpajang di salah satu dinding apartemen itu.

"Ini Fabiano sky! Jadi pria itu juga penggemar Fabiano Sky!" gumam Kiandra, ia begitu mengagumi poster yang ada di ruangan itu, poster itu terlihat nyata seperti foto, bahkan pose tanpa baju dan mempertontonkan otot kekar Fabiano itu tidak pernah ia temui di manapun, hanya di tempat itu.

Kiandra jadi tertarik untuk memegangnya, meraba tubuh Fabiano walaupun hanya dalam foto, ia membayangkan memegang tubuh keker pria itu, ia bahkan menempelkan pipinya ke dada bidangnya, "Seperti nyata!"

"Hmmm!" suara deheman membuat Kiandra segera menoleh ke sumber suara dan ia bisa melihat pria itu sedang berdiri di belakangnya sekitar dua meter dan sedang mengamatinya, entah sejak kapan pria itu berdiri di situ.

'Mati aku ...!' batin Kiandra.

"Siapa suruh kamu sentuh foto itu!" hardik pria itu dan Kiandra hanya bisa menunduk.

"Maafkan saya pak!"

"Memang saya terlihat begitu tua di mata kamu?"

"Maaf mas, saya sungguh tidak sengaja!"

"Panggal saya kak Leo!"

"Baik kak Leo!"

Pria yang ingin di panggil kak Leo oleh Kiandra itu pun berjalan mendekat dan duduk di sofa yang tadi sempat di duduki oleh Kiandra. Kini Kiandra menghela nafas lega, setidaknya ia sudah berdiri dari sofa itu, terlihat sekali jika sofa itu adalah sofa kesukaannya.

"Duduklah!" dia mempersilahkan Kiandra untuk duduk di sofa yang ada di depannya bersekat sebuah meja berukuran sedang. Walaupun gugup tapi Kiandra berusaha bersikap biasa saja menghadapi pria itu. Kiandra duduk dan tangannya ia letakkan di pangkuannya dengan memilih kemeja bermotif kotak besar yang menutupi Kaos tanpa lengannya.

BERSAMBUNG

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status