Share

Rumah besar

Pria itu kembali memperhatikan penampilan Kiandra dari atas hingga bawah, sepertinya ia sedang menilai penampilan Kiandra saat ini, memang tidak jauh-jauh dari penampilan orang kampung dengan sepatu sport yang sudah tidak begitu bersih karena sudah ada banyak jahitan di sekelilingnya agar tetap kuat.

"Sudah lulus SMP?"

'Hahh ...' Kiandra benar-benar tercengang, bisa-bisanya pria di depannya mengatakan kalau dia baru lulu SMP. Memang sih tubuhnya mungil dan masih pantas untuk lulus SMP. Tapi apa iya orang di depannya itu menganggapnya lulusan SMP.

"Saya lulus SMA pak, eh maksudnya kak Leo, baru tahun ini! Ijasah aja belum keluar, saya juga belum cap tiga jari!"

Pria itu mengeryitkan matanya, "Banyak omong juga ternyata kamu!"

"Saya hanya menjawab pertanyaan kak Leo!" Kiandra merasa tidak enak karena di anggap banyak bicara, walaupun memang kenyataannya iya. Hanya saat di rumah saja ia sedikit malas untuk bicara apalagi sama Salsa, karena gadis yang sudah menjadi saudaranya sejak kecil itu memang menyebalkan kalau sedang bicara.

"Jadi, berapa usiamu? Bisa bekerja apa saja? Cuci piring? Masak? Atau apa?"

"Saya bisa semua kak, di rumah saya mengerjakan semua pekerjaan rumah, saya cukup cekatan, usia saya delapan belas tahun, baru kemarin punya KTP!"

"Benarkah?" Pria bernama Leo itu terlihat tidak percaya.

"Kalau tidak percaya, kak Leo bisa lihat sendiri KTP saya!" Kiandra merogoh tas kecil yang berisi hp jadulnya, hp butut yang sudah terlihat retakan di mana-mana. Ternyata di balik casing softcase hp nya terselip sebuah KTP. Ia sedikit membuka casing softcase hpnya dan mengambil benda pipih itu, "Ini kak!"

Kak Leo mengambilnya dan bebetak kali mengeryitkan keningnya, membolak-balikkan benda pipih itu,

"Kenapa di simpan di situ?"

"Memang di sini kak aku menyimpannya!"

"Memang kamu nggak punya dompet?"

"Dompet buat apa kak, kan nggak punya uang!"

"Ya kalau punya dompet kamu bisa menyimpan kartu-kartu lainnya, bukan hanya ktp atau uang kan!?"

"Aku hanya punya KTP ini saja, oha iya kemarin punya kartu pelajar tapi kan sekarang sudah nggak fungsi, jadi nggak aku bawa-bawa!"

'Dia polos sekali' batin kak Leo.

Kak Leo kembali mengamati benda pipih itu dan benar saja gadis di depannya ternyata lahir delapan belas tahun yang lalu bukan lima belas tahun yang lalu.

"Baiklah, kamu lulus tes!"

"Tes?" Kiandra terlihat bingung, karena belum juga pria di depannya mengajukkan satu pertanyaan tapi sudah mengatakan kalau dirinya lulus tes, tes yang mana? Pikirnya bingung.

"Anggap saja semua pertanyaan saya tadi adalah sebuah tes untuk bekerja, semacam interview!"

Baiklah sekarang kiandra faham, ia pun memilih untuk ikut saja peraturan pria yang usianya sekitar tiga puluh tahunan itu.

Kak Leo beranjak dari duduknya dan mulai berjalan, tangannya menyambar sebuah jaket yang menggantung rapi di sudut ruangan.

"Ayo berangkat!" ajaknya kemudian, mungkin sekarang wajah Kiandra benar-benar terlihat bodoh dengan ketidak Tahuan dirinya.

"Kita ke mana kak? Ada tes lagi?"

"Kita ke tempat kamu kerja!"

"Saya bukannya kerja di sini ya?"

"Saya nggak butuh asisten, bosku yang butuh!"

'Jadi aku akan jauh sama pak Adi dong' batin Kiandra khawatir. Di tempat yang asing menurutnya dan dia akan jauh dengan satu-satunya orang yang ia kenal saat ini.

"Ayo, kenapa masih bengong di situ!?"

Kiandra pun segera mengikuti langkah pria itu keluar dari apaatemen dan mereka segera menuju ke pintu lift yang masih tertutup. Pria itu tampak memencet panah arah bawah hingga ke lantai satu. 

Sesampai di lantai satu, lift kembali terbuka dan mereka keluar, sekelebat dari kejauhan Kiandra bisa melihat pria yang mengantarnya ke kota memakai seragam biru muda berpadu dengan warna putih khas cleaning servis.

"Kak itu saudara saya, boleh nggak saya temui dia dulu?"

Kak Leo menghentikan langkahnya dan menatap Kiandra,

"Jangan deh, hari ini aku buru-buru! Lain kali saja, kamu kan sudah tahu tempat ini!"

Kiandra pun akhirnya hanya bisa pasrah saat kak Leo mengajaknya masuk ke dalam mobil. Mobil sudah melaju meninggalkan apartemen itu, walaupun terus menatap ke luar tetap saja ia tidak mampu mengingat jalan untuk kembali ke tempat itu, terlalu banyak gang yang bentuk dan namanya hampir sama, kebanyakan mengunakan nama para pahlawan. Walaupun Kiandra cukup baik prestasinya tetap saja ia tidak bisa mengingat semua nama pahlawan.

Hingga akhirnya mereka sampai juga di sebuah rumah yang terlihat dari kejauhan dinding-dinding kaca menutupi rumah itu, jarak rumah cukup jauh dengan rumah di sekitarnya. Rumah bergaya modern dengan kolam renang yang luas di samping rumah.

Hanya dengan melihat bentukan rumah Kiandra sudah bisa menebak kalau pemilik rumah itu bukan orang biasa.

Mobil sudah memasuki lepataran rumah, tampak penjaga membukakan pintu untuk mereka.

"Ayo keluar!" Ajak kak Leo kembali.

Kiandra pun segera berjalan mengikuti pria itu masuk ke dalam rumah besar d.an ada beberapa pelayan yang sudah menunggu mereka di dalam.

"Di sini tugasmu hanya mengurusi satu orang saja, tidak usah masak, atau bersih-bersih, siapkan saja keperluannya. Saat dia datang segera siapkan air hangat untuk mandi, siapkan baju juga, semua keperluannya, saya akan memberikan daftar baju apa saja yang di kenakan saat keluar atau saat malam hari!" 

Pria itu terus bicara sambil berjalan menaiki tangga. Mereka menuju sebuah kamar utama, begitu bagus dan sangat luas.

"Ini kamarnya!"

"Kamarku?"

"Nya' itu artinya bukan mu', mengerti?"

"Mengerti kak!"

Pria itu membuka salah satu pintu yang ada di kamar itu dan Kiandra masih mengikutinya,

"Dan ini lemari bajunya, semua barang-barang miliknya!"

Kiandra benar-benar terperangah dengan begitu banyaknya baju, asesoris dan sebagainya, semuanya bermerk. Dan yang membuatnya merasa luar biasa, banyak sekali foto Fabiano Sky di kamar itu dengan berbagai pose, bahkan hampir semuanya terlihat begitu seksi.

'Pemilik rumah ini fans berat Fabiano Sky juga ternyata' batin Kiandra.

Kemudian setelah mengelilingi tempat itu, kak Leo kembali keluar dan membuka satu pintu lagi, pintu menuju ke kamar mandi, sebuah kamar mandi yang luas lengkap dengan shower seperti air hujan, bathup dan lilin aroma terapi.

"Ini derajat air hangat yang di sukai ya, jangan lebih atau kurang. Dia terbiasa jika pulang, walaupun malam hari akan tetap mandi, jadi sebelum sampai di kamarnya kamu harus sudah menyiapkan air mandi, handuk dan aroma terapi, di setiap aroma terapi ada jadwalnya masingmasing."

Kiandra benar-benar mendengarkan dengan cermat, Kiandra anak yang cukup pandai, jadi sangat mudah baginya untuk mengingat sebagian besar yang di jelaskan oleh kak Leo.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status