Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)
***POV Ardan.Tak terasa sudah memasuki dua minggu aku menjalani rumah tangga bersama Susi.Dulu, aku berpikir akan sangat bahagia saat bersatu dengan cinta pertamaku. Namun, nyatanya hidupku masih terasa hampa. Sikap Susi jauh dari kata sempurna.Memang, tidak ada manusia terlahir tanpa celah. Akan tetapi, setidaknya Susi sedikit peduli dengan tugasnya sebagai seorang istri. Bukan hanya menjalani tugas saat di kamar saja.Semua kebutuhanku diurus oleh Bik Ijah. Susi masih tetap sama dengan perangainya yang lama.Bangun tidur selalu pukul sepuluh. Tak pernah sekali pun ia menemaniku sarapan di pagi hari, apa lagi menyiapkannya.Terkadang aku berpikir, apakah ini adalah teguran untukku yang tak bersyukur selama ini?Resti tak pernah telat menyiapkan sarapan, mengurus keperluanku. Bahkan tak pernah mengeluh.NaJudul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Semenjak mendapat informasi dari Bima, aku menjadi lebih bersemangat.Pagi ini Bima aku kirim untuk berangkat ke Amerika. Karena ia berkata akan lebih mudah mencari informasi selengkapnya saat sudah di sana."Jangan pulang jika tak membawa kabar baik untuk saya," ujarku pada Bima."Siap, Tuan. Di sana saya cukup banyak kenalan. Bukan perkara sulit mendapatkan informasi tentang Nyonya Resti," sahutnya.Aku tersenyum penuh harapan. Semoga Bima benar-benar berhasil menemukan jejak Resti..Aku pulang ke rumah setelah mengantarkan Bima ke bandara. Cerah suasana hatiku, Susi pun tampak heran melihatku."Mas, apa yang membuatmu tersenyum terus begitu?""Hem, tidak ada. Bosan kalau harus cemberut terus di rumah," ucapku sembari melangkah ke dalam kamar.Susi berdehem pelan, dan ta
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***"Bik Ijah!" teriakku.Berlari Bik Ijah sembari menjawab. "Ya, Tuan.""Cepat sadarkan Susi! Ambil minyak angin, atau siram saja dengan air panas kalau dirinya tak juga bangun!" perintahku.Mata Bik Ijah melebar mendengar ucapanku.Tak lama kemudian Susi langsung bangun, dan memakiku. "Mas sungguh kejam!"Sudah aku duga, Susi hanya pura-pura pingsan agar aku iba."Mas sudah muak dengan sikapmu. Malam ini juga Mas akan me ....""Cukup, Mas! Jangan mengatakan hal yang akan membuatmu menyesal. Aku sedang mengandung Anakmu, jika dirimu ingin mengusirku, maka bersiaplah untuk tidak bertemu selamanya dengan Anak ini!"Aku bergeming. Disaat aku ingin melepaskan Susi, kenapa dia malah mengandung.Apa ini artinya aku harus mempertahankan rumah tangga ini?Tidak!Aku sungguh dilema saat ini."Apa kau berkata jujur?" tanyaku menyelidik.
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Gilang.Ponselku bergetar saat aku hendak beristirahat memejamkan mata. Kira-kira siapa yang meneleponku selarut ini?Dengan malas aku mengecek ponselku, ternyata Papa."Assalamualaikum, Pa.""Walaikumsalam. Gilang katakan, selain belajar, apa kegiatan lainmu di sana?"Nada suara Papa terdengan serius. Aku menelan ludah dengan getir."A-apa maksud pertanyaan Papa? Gilang hanya belajar di sini.""Jangan berbohong! Papa meninggikan pendidikkanmu bukan untuk jadi seorang pembohong!"Kuatur napas perlahan. Ucapan Papa sungguh menampar hatiku, karena saat ini aku memang merahasiakan sesuatu."Baiklah, Gilang. Jika tak mau mengatakannya, biar Papa yang akan mengungkap kebenarannya. Resti ada di sana, dan kau sering bertemu dengannya. Itu benar, bukan?"Degh!Jantungku seakan berhenti berdetak.Dari mana Papa bisa t
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Setelah hampir tiga minggu, kini aku bisa bernapas lega. Semua urusanku hampir selesai. Tak aku terima kabar dari Susi lagi. Mungkin wanita itu sudah pulang ke kampung halamannya.Proses perceraian juga sangat cepat, karena dari awal dirinya tak pernah hadir.Siang ini, aku sudah bersiap-siap untuk terbang ke Amerika. Tiket sudah aku pesan, dan keberangkatan sebentar lagi.Mama dan Papa mendukungku."Berikan kabar terbaik, Nak. Bawa pulang kembali wanita terhebat itu!" ujar Mama.Aku mengangguk sembari mencium punggun tangannya, bergantian dengan Papa..Waktu berjalan. Aku sudah berada di dalam pesawat. Pikiranku melayang-layang, tak sabar ingin segera bertemu dengan Resti.Kali ini, aku akan membawanya bersamaku. Tidak ingin kehilangan sosoknya lagi..Waktu terus berlalu, tak terasa aku pun sampai.Tak in
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Hari berganti, semua kenalanku di sini sudah aku hubungi. Pencarian Resti berjalan tanpa henti. Aku tak mau kalah cepat dari Gilang.Bahkan Bima juga sudah berangkat, tak lama lagi dirinya akan sampai.Aku pun tak berdiam diri, aku turut dalam pencarian. Sepanjang jalan aku telusuri bersama orang-orang kenalanku yang tentunya akan lebih paham akan tempat ini.'Aku harus menemukanmu, Res. Apapun alasannya.'Tak lepas pandanganku mencari sosok itu. Namun, memang Amerika sangat luas. Mencari Resti membutuhkan kesabaran yang penuh, dan kesungguhan yang besar.Waktu terus berlalu ....Hingga sore datang, aku tak menemukan apa-apa. Orang suruhanku yang lain pun tak mendapatkan informasi saat ini.Akhirnya aku kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak, dan membersihkan diri.Saat tiba di kamar hotel, kurebahkan tubuh yang terasa begitu lelah. Ma
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***Pov Resti.Aku telah pindah, dan bersembunyi dari semua keluarga Bang Ardan. Namun, lagi-lagi Gilang menemukanku.Tak mengerti kenapa Gilang begitu gigih mencari keberadaanku."Mbak, jangan pergi lagi! Saya tidak akan memberitahu siapa pun. Saya berjanji," ucap Gilang."Maafkan saya, Gilang. Namun, saya benar-benar belum siap bertemu dengan Bang Ardan. Saya ...." Aku menunduk."Sudahlah, Mbak. Saya mengerti. Mbak masih mencintai Kak Ardan, bukan?"Cinta?Aku benci padanya. Sungguh benci, karena perasaan ini masih saja tetap dalam dan utuh. Mendengar kabarnya yang tengah mencariku, rasanya aku ingin luluh.Aku ingin menyambutnya, dan melepaskan semua kerinduan yang bergelora. Namun, apalah daya aku bukan untuknya lagi, dan dia sudah asing bagiku.Lalu kenapa hati ini tetap mendamba, mendengar kesungguhannya dalam usaha mencariku, membuat seulas s
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Resti.Hari ini Pak Tarjo membawa aku ke rumah Ayah untuk bertemu dengan keluarga Bang Ardan.Detak jantungku tak beraturan, gugup serta belum siap berhadapan dengan mereka.Sampai di rumah, Ibu menyambut dengan senyum khasnya. Ada kecemasan dari balik bola matanya."Res, kamu tidak sendiri, Nak. Jangan khawatir," ucapnya dengan lembut."Iya, Bu. InsyaAllah Resti tidak akan kenapa-napa," sahutku.Aku dan Ibu melangkah ke dalam bersama-sama. Terlihat Ayah sudah duduk dengan tenang di ruang tengah."Sebentar lagi Ardan dan orang tuanya sampai," ujar Ayah.Aku hanya berdehem pelan sambil memaksakan sebuah senyuman. Biar bagaimana pun, kedua orang tuaku tak boleh merasa dilema. Aku tahu, banyak bantuan yang diberikan mantan mertuaku itu hingga membuat kehidupan Ayah menjadi sukses seperti sekarang ini.Aku juga percaya, bahwa mantan Papa mertuaku tida
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Resti.Setelah dua jam berlalu, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Itu pasti Gilang.Rumi dengan sigap membukakan pintu."Hay, Mbak! Eh, maaf ... saya kira Mbak Resti yang membukakan," ucap Gilang.Aku yang duduk di ruang tengah dapat melihat dan mendengar mereka."Mbak Resti ada di dalam. Silakan masuk!"Rumi melangkah ke arahku bersama Gilang."Hey, apa kabar?" tanyaku sambil tersenyum."Saya baik, dan menjadi lebih baik ketika melihat senyummu itu lagi, Mbak."Gilang memang begitu, selalu membuatku tertawa."Saya akan membuatkan minum," ujar Rumi sembari berlalu.Seperginya Rumi ke dapur, aku langsung membisikan sesuatu pada Gilang."Bagaimana menurutmu tentang sosok wanita itu?"Alis Gilang bertaut mendengar pertanyaanku."Maksudnya gimana, Mbak?""Itu si Rumi. Cantik dan baik, menurutmu g