***Pagi harinya, disaat proses pembelajaran sedang berlangsung, Aletta tidak sepenuhnya memperhatikan materi yang sedang diajarkan gurunya itu karena fikirannya malah berkelana pada satu orang. Satria. Pagi, siang, maupun malam, cuma ada Satria saja difikirannya. Bahkan, dalam mimpi Aletta sekalipun.“Sadar, Al ... sadar ...!” Kanaya yang dari tadi memang tahu jika teman sebangkunya itu tak sepenuhnya menyimak pelajaran, mulai menegur lewat senggolan pada bahunya.Aletta merengut. “Apa, sih? Ganggu orang lagi ngayal aja, deh,” sahut Aletta sewot, tapi dengan nada berbisik.Kanaya memutar bola matanya malas.“Al, gue tahu ya lo itu nge-fans banget sama Satria, t
Aletta menelan ludah seraya mematut penampilannya sendiri melalui cermin. Hari ini dia sudah bertekad untuk memulai rencananya mengejar cinta Satria. Ragu? Itu pasti ada. Namun, Aletta sudah fikirkan semua resikonya baik-baik. Jika nanti Satria menolaknya, tak apa. Yang pasti Aletta sudah lega jika sudah mengutarakan perasaannya itu pada Aletta.“Semoga berhasil ....” Setelah menguncir rambut panjangnya seperti biasa, Aletta segera mengambil tas seraya berjalan keluar kamar. Dalam rencananya kali ini, Satria berniat tidak akan memberi tahu Kanaya dulu. Dia akan melakukan semuanya sendiri. Buat apa dia bercerita? Toh, k
Seorang wanita yang diperkirakan berusia 40-an baru saja tiba di halaman rumah megah bak istana yang bercat putih elegan itu. Dia membuka kaca mata hitamnya. Detik itu juga air matanya meluruh.“Mama kangen kamu, Satria.”“Nyonya Ahana?" Wanita yang bernama Ahana itu menoleh. Dia tersenyum pada seorang satpam yang berjaga di sana. Sejujurnya, dia cukup terkejut karena satpam di rumah itu masih mengenali dirinya. Padahal, terakhir dirinya kemari sekitar 17 tahun yang lalu. Tepat dua bulan dia baru saja melahirkan seorang putra, tetapi terpaksa harus dia tinggalkan demi mengejar karirnya di Belanda.Ahana tersenyum ramah. Satpam yang menyapanya tadi, lalu mempersilahkan majikannya itu untuk masuk. Sesampainya di dalam, Ahana langsung disapa oleh puluhan asisten rumah tangga y
“Oke, anak-anak. Sampai di sini materi yang Ibu sampaikan. Selamat siang dan sampai jumpa minggu depan.” Bu Kinan selaku guru bahasa Indonesia baru saja keluar dari kelas XI IPS-2 bersamaan dengan bel istirahat berbunyi. Yang itu artinya, waktunya bagi para murid di kelas itu untuk mengisi perut mereka yang dibiarkan kelaparan selama dua jam lebih.“Nay, lo ke kantin duluan aja, ya. Gue mau ke toilet bentar,” ucap Aletta seraya bangkit berdiri. Kanaya yang saat itu sedang merapihkan alat tulisnya mengangguk. Alettapun langsung melenggang pergi dari sana.Setelah memasukkan semua alat tulisnya dengan benar ke dalam tas, Kanaya beralih mengambil handphone-nya untuk dia bawa ke kantin.“Headshet-nya mana, ya? Aduh, kayaknya ketinggalan di rumah nih. Gimana ya?” gumam Kanaya kebingungan.
**Jantung Aletta rasanya mau meledak saat melihat Satria berjalan mendekat ke arahnya. Gadis itu menelan ludahnya dengan rasa gugup bercampur takut.“Enggak, Al. Jangan sampai kelihatan gugup. Tenang ... bersikaplah biasa. Jangan buat dia curiga,” batin Aletta menyemangati dirinya sendiri.Satria menghentikan langkahnya saat jaraknya lumayan dekat dengan Aletta. Lelaki itu terdiam sebentar. Wajahnya seperti tidak asing. Satria merasa pernah melihat wajah itu. Beberapa menit dia berfikir, akhirnya dia berhasil mengingatnya. Gadis di depannya ini
Tangan Satria mengepal kuat. Dugaannya selama ini memang benar. Aletta yang sudah mengiriminya surat belakangan ini. Bukti rekaman CCTV yang dikirimkan Kevin semalam, yang mengarah ke kelasnya itu jelas memperlihatkan Alettalah yang memberinya surat selama ini.“Dasar gadis kuda poni! Awas aja ya, lo!” kecam Satria seraya tancap gas melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju sekolah.Sesampainya di halaman sekolah, Satria langsung melangkahkan kaki-kakinya dengan cepat menuju kelas XI IPS-2. Kelasnya Aletta.***Bruk!“Mana temen lo?!” sentak Satria setelah sampai di kelasnya Aletta dan berdiri tepat di depan meja Kanaya. Gadis itu terlonjak kaget bukan main den
***‘Aku mencintaimu dengan tulus.’‘Tanpa perduli seburuk apapun sikapmu, sejahat apapun kamu, perasaan ini tidak bisa aku hilangkan ....’‘Aku percaya. Kelak suatu saat nanti kamu yang di sana akan bisa melihat itu.’‘Tetapi, hari ini aku sadar. Semua itu cuma omong kosong. Cinta yang selama ini aku perjuangkan, aku dambakan bahkan aku impikan ternyata hanya menimbulkan luka dan sakit.’‘Aku mengaku kalah, Satria.’‘Aku menyerah ....’‘Harusnya aku sadar sejak awal. Bintang yang bersinar terang di langit memang hanya diciptakan untuk dipanda
Setelah bertemu dengan Raka tadi di rooptoof, Aletta langsung berjalan tergesa ke kantin menyusul Kanaya seperti yang dijanjikannya tadi. Namun, beberapa menit kemudian, Kanaya mengiriminya chat dan mengatakan jika dirinya sudah kembali ke kelas. Aletta mendengus. Dia lalu menggerakkan tangan membalas chat dari Kanaya lagi. Bruak! Di tengah jalan, Mauryn beserta gank-nya menabrak Aletta sampai tersungkur ke lantai koridor. Sebenarnya bukan itu yang membuat Aletta terbelalak dengan wajah kaget. Pasalnya, karena tabrakan tadi, handphone di genggamannya terjatuh dan kemungkinan langsung rusak seketika mengingat handphone-nya itu bukan handphone mahal dengan kualitas tinggi. “Ups ... jatuh deh. Makanya, kalau jalan hati-hati.” Sudah biasa bagi kelas unggulan meremehkan kelas lain. Apalagi kelas IPS seperti Aletta. Sangat tidak mungkin bagi Mauryn meminta maaf sekalipun yang salah di sini adalah dirinya. Aletta mengepalkan tangannya. Emosinya sedang tidak