“Bagus, Nak. Kamu melakukan yang terbaik. Papa bangga padamu,” ujar Thakur menatap senang putranya yang baru saja berhasil memenangkan tender. Benar kata pepatah, buah yang jatuh tak akan jauh dari pohonnya. Sama seperti Thakur yang jenius dan cekatan dalam menyampaikan materi, bakat yang sama juga dimiliki Satria. Thakur benar-benar beruntung memiliki putra sepertinya.“Setelah ini kamu mau kemana? Langsung pulang?”Satria terdiam. Hari ini dia sudah merencanakan sesuatu.“Enggak, Pa. Ada sesuatu yang harus aku kerjain,” jawabnya
“Habis dari mana lo?”Shireen yang baru saja satu langkah memasuki rumah, terkejut melihat Raka duduk di sofa seraya memandanginya dengan tajam.“Gue 'kan tadi udah bilang kalau gue mau pergi sama temen-temen gue,” jawab Shireen acuh. Gadis itu hendak melangkah pergi, tapi Raka mencekal kuat tangannya.“Temen yang mana yang ngajak lo pergi tanpa ada kabar sedikitpun? Lo gak lihat sekarang jam berapa? Udah mau tengah malem gini lo baru pulang. Lo gila, ya?” tanya Raka lagi. Shireen berdecak.
Aletta tersenyum tipis. Perkiraannya jika Satria pergi ke rooptoof ternyata tepat sasaran. Gadis itu melangkah dengan sumringah menghampirinya.“Sat ...!”Mata Satria terbuka. Dia melirik sekilas Aletta yang baru tiba di rooptoof dan duduk di sebelahnya sekarang.“Kenapa gak ke kantin?” tanya Aletta.“Gak tahu. Tiba-tiba aja males pas lihat ada cewek yang kesenengan dipegang-pegang sama cowok. Padahal, dia itu sekarang masih ngegantungin cowok lain,” jawab Satria sinis. Lelaki itu menjawab tanpa menoleh pada lawan bicaranya sedikitpun.Aletta menghela nafas. Dia tahu betul saat ini Satria marah dan perkataannya tadi adalah untuk menyindirnya.
Shireen sampai di rumah Kanaya. Dia langsung membantu Kanaya untuk masuk ke kamarnya dan merebahkan diri.“Rumah lo kok sepi banget?” tanya Shireen sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.“Iya, memang kalau jam-jam segini Papa belum pulang,” jawab Kanaya. Shireen mangguk-mangguk paham.“Kalau Mama lo?” tanyanya lagi.“Mama gue udah lama meninggal, Ren.”Mata Shireen terbe
“Aww ... Rak, kok lo dorong gue sih?”Raka terkesiap. Dia tertegun. Syukurlah yang barusan itu hanya hayalannya saja. Dengan cepat Raka berdiri. Nafasnya masih memburu, tapi sekuat tenaga lelaki itu menahannya. Tangannya mengepal erat.“Mending lo pulang, Al,” ujar Raka tanpa menoleh. Aletta yang tadinya masih kebingunganpun mendongak. Dia sadar jika ada yang salah dari Raka. Lelaki itu seperti terpengaruh sesuatu.Mata Raka terpejam. Dia harus tahan untuk tidak melewati batasannya. Dia tidak boleh melakukan itu. Apalagi, pada Aletta. Gadis baik-baik yang dia cintai.“Maaf soal yang tadi.” Setelah berucap demikian, Raka langsung berlar
‘Putusin Satria atau lo bakal nyesel!’Kening Aletta menyerngit dalam membaca satu pesan dari nomor yang tak dikenal. Nomor itu berbeda dari nomor yang kemaren mengancamnya lewat telpon.“Putusin Satria? Jadi dia tahu kalau aku dan Satria pacaran? Sebenarnya siapa dia?” gumam Aletta. Dia sebenarnya penasaran, tapi dia tak ambil pusing. Sekali lagi Aletta mengabaikan pesan itu dan langsung memasukkan ponselnya ke saku. Dia tak mau memikirkannya dan tidak perduli pada ancaman yang menurutnya tak masuk akal itu. Gadis itu berjalan menyusuri kori
“Saya turut prihatin atas apa yang dialami Nyonya Anna. Apabila, kamu ataupun Aletta perlu bantuan apapun bisa–”“Tidak usah, Pak,” potong Gerald cepat. Thakur menyerngit bingung.“Kenapa, Nak? Apa kamu tersinggung? Maaf, maksud saya tidak begitu. Saya hanya ingin membantu kalian saja sebagaimana Aletta pernah menyelamatkan nyawa saya dulu,” ujar Thakur. Gerald tersenyum ramah, lalu menggeleng.“Tidak, Pak. Saya sangat mengerti maksud Bapak. Terimakasih atas tawarannya, tapi ... kebetulan saya baru saja gajihan di tempat saya
Raka terbelalak membaca pesan-pesan yang ditujukan Aletta padanya dari nomor yang mengancamnya beberapa hari ini.“Hubungan gue sama Satria itu gak lebih dari bencana, Ka. Gue harus segera akhirin ini sebelum ada lagi yang terluka,” ujar Aletta dengan lirih. Keputusannya sudah bulat. Dia akan menyerah dengan nasibnya sekarang. Kisah Cinderella memang hanya ada di dongeng anak-anak saja. Jika terjadi di dunia nyata, hanya akan memberikan sakit dan luka.Raka menggeleng tak setuju. “Enggak, Al. Lo jangan nyerah dan kalah sama orang ini. Gue yakin ... dia itu cuma terobsesi sama Satr