"Terima kasih ya sudah datang," ucap Kiky pada Tiara dan Frida.
"Maaf ya kiky, tadi kita telat datangnya. Soalnya, Tiara menjalankan misi menjadi wartawan dadakan," balas Frida melirik ke arah Tiara.
Mereka pun bercengkerama saat pesta tersebut. Namun, sesampainya di mobil, Frida yang masih penasaran mencoba menggali informasi dari Tiara tentang foto pria bersama wanita di dalam pub.
"Tiara, kamu begitu bersikeras menguntit sampai ke dalam pub dan mengambil foto mereka, untuk apa? Mana fotonya mesum lagi!" kata Frida penasaran.
"Kamu tahu 'gak? Beberapa hari yang lalu, aku dipanggil Pak Erick ke hotel Merkuri."
"Apa ... hotel Merkuri!?" seru Frida dengan matanya yang melotot kaget.
"Tunggu! Aku belum selesai bicara. Jangan berpikir yang tidak-tidak, ya. Di sana, dia bicara ke aku kalau di cafe ada dua pemilik yang berkuasa, tetapi punya tujuan yang berbeda. Sekarang, aku berada di antara dua pemilik itu."
"Kamu me
Terima kasih para pembaca semuanya yang telah mengikuti bab demi bab. Semoga ada sebuah pelajaran yang bisa di petik dalam setiap bab dari cerita ini. #Regards
Di sela-sela penampilannya, Tiara sesekali melirik seorang wanita bertubuh besar yang tengah menontonnya dengan antusias. Tiara di buat penasaran dengan sosok perempuan yang berpostur besar itu. Perempuan itududuk di meja depan dan sangat menikmati penampilannya.Baru kali ini ia di gemari oleh kaum ibu-ibu, hal itu yang menimbulkan rasa penasarannya."Mas, Ibu itu siapa? Kok keliatannya Pak Gilbert sepertinya segan dengan dia?" tanya Tiara kepada seorang karyawan cafe."Itu Nyonya Smith pemilik cafe ini, ibunya pak Erick. Orangnya terkenal baik dan ramah," jawabnya. Tiara hanya mengangguk-anggukan kepala.Selesai manggung, Tiara berjalan menuju toilet untuk berganti pakaian sebelum pulang.Belum sampai ke toilet, muncul Erwin yang tiba-tiba menariknya untuk duduk di dekatnya. "Lepaskan!" ujar Tiara menghempas tangannya dan terduduk di kursi. Suaranya membuat beberapa pengunjung cafe sontak terkejut, termasuk Nyonya Smi
Tiara masih terus mengingat-ingat merunut beberapa kejadian yang dialaminya, dan membandingkan perlakuan antara Erick dan Gilbert padanya. "Tapi pak, saya hanya seorang penyanyi, biduan yang tidak mengerti tentang bagaimana membuat mereka bisa mendukung bapak?" tanya Tiara yang mulai termakan dengan bujuk rayu dari Gilbert. "Tenang saja Tiara, kamu tidak perlu repot memikirkan itu, banyak yang akan membantumu melakukan itu, dan kalau aku berhasil mempertahankan kepemilikan cafe itu, aku akan berikan sebuah jabatan untukmu di sana, bagaimana?" "Berhenti di sini, ... saya turun di sini saja, rumah saya sudah di depan sana. Terima kasih, Pak." Tiara keluar dari dalam mobil. Gilbert melototi tubuh yang molek itu. Pikiran mesumnya tiba-tiba muncul, birahi menjalar ke otaknya karena melihat Tiara yang putih mulus dan berparas ayu. Namun, ia harus tetap bersikap baik pada perempuan itu demi kelancaran rencananya. "Tiara, kau pikir-pikir dulu tawaran
Erick hari itu kembali dari luar negeri.Dia dijemput beberapa orang karyawan kepercayaannya. Nyonya Smith menunggunya di ruang tengah rumah yang megah itu."Selamat datang kembali anakku, bagaimana perjalananmu?" sambut nyonya Smith melihat Erick tiba."Lancar, Bu. Bagaimana dengan cafe? Ibu ke sana melihat-lihat cafe 'kan?" tanya Erick antusias."Iya, ibu ke sana. Kamu dan Gilbert mengelola cafe dengan baik, Nak. Ibu lihat perkembangannya luar biasa!""Ibu bertemu dengan Gilbert? Ibu bercerita tentang apa pada Gilbert?" tanya Erick."Ibu berbincang biasa saja, bahkan Ibu bertemu dengan Tiara, penyanyi di cafe suaranya bagus. Ibu kagum dengan anak itu."Mendengarnya, Erick hanya diam. Dia menatap ibunya. Sungguh, ibunya tidak tahu tentang perseteruan yang terjadi di cafe miliknya."Kamu tahu 'kan karyawanmu yang bernama Tiara?" tanya nyonya
"Ada masalah apa sih di cafe tempatmu bekerja?"Karena desakan dari Frida, akhirnya Tiara buka mulut, lalu menceritakan semua kejadian yang di alaminya di cafe, pembicaraannya dengan pak Gilbert sampai dengan fitnah yang di alaminya sehingga membuatnya dalam posisi sulit.Frida yang mendengarnya melongo, begitu rumit 'kah situasi di cafe d'Arts yang sebesar itu."Baik Tiara, kalau itu yang menjadi masalah kamu sekarang maka, jalan keluarnya adalah mencari tahu terlebih dulu siapa penebar fitnah ke kamu."Mendengar apa yang di katakan Frida membuat Tiara merasakan sedikit kelegaan dalam hatinya, sepertinya perkataan sahabatnya itu ada baiknya juga."Frida, bantu aku ya, cari tahu siapa mereka?""Iya, tenang saja, aku 'kan sahabat kamu, aku pasti bantu kok."Tiara dan Frida beralih ke sebuah diskotik, mereka urung kerumah Frida yang awalnya adalah rencana Tiara untuk mengulik informasi tentang Erick dan Gilbert dari mamanya Frida.
Setelah mendapatkan sedikit pembuka informasi tentang Gilbert, pencarian informasi selanjutnya Tiara dan Frida adalah Erick.Namun sebelum melanjutkan pencarian informasinya, kali ini Tiara harus menghadapi masalahnya di cafe, masalah isu atas dirinya yang menghasut rekan kerjanya melakukan demo kepada manajemen cafe."Frida, rencana kita tunda dulu ya, aku harus memberi jawaban dan pembuktian dulu kepada Erick dan Gilbert.""Jawaban apa, pembuktian apa?, Tiara!" memangnya kamu ada masalah apa di cafe?""Saya di tuduh menghasut karyawan-karyawan di cafe untuk melakukan demo menentang manajemen cafe.""Serius Ra?" tanya Frida seperti tidak percaya dengan apa yang di katakan Tiara."Iya, aku serius, tapi kamu jangan khawatir, aku enggak apa-apa 'kok, saya tidak bersalah, saya tidak melakukan itu semua, dan akan menjawab semua tuduhan itu."Tiara sudah beberapa hari tidak ke cafe bernyanyi di karenakan ia mendapatkan skors atas tuduhan itu, sambil men
"Frida besok aku mau ketemu sama pak Erik, jadi bagaimana 'nih dengan penyelidikan kita," tanya Tiara melalui pesan singkat kepada Frida."Mencari informasi terkait Erick saya rasa tidak perlu," jawab Frida tampak yakin"Lah kenapa?, Frida maksud kamu kita tidak butuh informasi tentang Erick?" tanya Tiara penasaran dengan Frida."Sekarang, kamu sampaikan kepada dia yang sebenarnya, dia orangnya baik 'kok, semalam Mama berbicara banyak tentang Erick.""Oh ya!?" Tiara nampak tertarik dengan apa yang diceritakan Frida."Kata Mama, Erick dan keluarganya tidak mungkin melakukan hal semacam itu, ingin mengambil alih kepemilikan cafe dengan sepihak, kalaupun ia melakukannya hal itu wajar saja, mengingat kepemilikannya atas cafe d'Arts sebanyak tujuh puluh persen.""Dan yang perlu kamu tahu keluarganya punya banyak perusahaan bukan hanya cafe itu, melepas kepemilikan cafe, tidak sedikitpun mengurangi harta keluarga mereka.""Jadi Frida?" tany
Suasana tegang masih menyelimuti wajah Tiara, namun tidak demikian dengan Erick ia membawanya terlihat santai saja. "Tiara kalau kamu tidak melakukan hal itu, jawabanmu nantinya tidak akan mempengaruhi posisi kamu di cafe, percaya sama aku," ucap Erick meyakinkan Tiara. Tiara masih terdiam menunduk, tidak berani menatap Erick di hadapannya, kemudian dengan sedikit terbata-bata ia memberikan jawabannya. "Bapak harus percaya dengan saya kalau saya tidak pernah melakukan itu, saya bekerja di cafe bernyanyi setelah itu saya langsung pulang kerumah, saya tidak ada waktu untuk hal semacam itu," jawab Tiara meyakinkan Erick. "Apakah jawaban kamu bisa saya percaya?" tanya Erick melirik ke arah Tiara dengan tatapan yang seperti meminta sebuah kejujuran. "Iya pak, saya sudah berkata jujur, dan tidak melakukan apa yang di tuduhkan." Erick tampak mengernyitkan keningnya ia mencoba berpikir dan menelaah atas apa yang dikatakan Tiara. "Tiara
Dalam perjalanan pulang Erick memikirkan bagaimana ia harus menyelamatkan posisi Tiara di cafe perasaannya ia tetap memilih Tiara yang bernyanyi di sana. Pembicaraannya dengan Gilbert di cafe tadi menunjukkan bahwa Gilbert ingin menyingkirkan Tiara dari cafe itu, dan ada hal yang menarik perhatiannya disana, mungkin saja Gilbert di balik semua masalah ini begitu yang ada di benak Erick Tanpa sadar mobilnya sudah memasuki kawasan rumah elit, di mana rumahnya berada, ia sudah janji kepada ibunya akan pulang malam ini. Setelah pulang dari luar negeri ia jarang berada di rumahnya apalagi saat menggantikan posisi ibunya di cafe, ia lebih memilih untuk tinggal di salah satu kamar di sebuah hotel milik mereka. "Maaf Bu, saya agak terlambat tadi saat pulang pak Gilbert mencegatku untuk berbicara sebentar," kata Erick sambil memeluk Nyonya Smith, ibunya. "Mungkin ada hal penting yang ingin ia bicarakan dengan mu, sampaikan salam ibu kepada Gilbert kala