Tiara masih terus mengingat-ingat merunut beberapa kejadian yang dialaminya, dan membandingkan perlakuan antara Erick dan Gilbert padanya.
"Tapi pak, saya hanya seorang penyanyi, biduan yang tidak mengerti tentang bagaimana membuat mereka bisa mendukung bapak?" tanya Tiara yang mulai termakan dengan bujuk rayu dari Gilbert.
"Tenang saja Tiara, kamu tidak perlu repot memikirkan itu, banyak yang akan membantumu melakukan itu, dan kalau aku berhasil mempertahankan kepemilikan cafe itu, aku akan berikan sebuah jabatan untukmu di sana, bagaimana?"
"Berhenti di sini, ... saya turun di sini saja, rumah saya sudah di depan sana. Terima kasih, Pak." Tiara keluar dari dalam mobil.
Gilbert melototi tubuh yang molek itu. Pikiran mesumnya tiba-tiba muncul, birahi menjalar ke otaknya karena melihat Tiara yang putih mulus dan berparas ayu. Namun, ia harus tetap bersikap baik pada perempuan itu demi kelancaran rencananya.
"Tiara, kau pikir-pikir dulu tawaran
Erick hari itu kembali dari luar negeri.Dia dijemput beberapa orang karyawan kepercayaannya. Nyonya Smith menunggunya di ruang tengah rumah yang megah itu."Selamat datang kembali anakku, bagaimana perjalananmu?" sambut nyonya Smith melihat Erick tiba."Lancar, Bu. Bagaimana dengan cafe? Ibu ke sana melihat-lihat cafe 'kan?" tanya Erick antusias."Iya, ibu ke sana. Kamu dan Gilbert mengelola cafe dengan baik, Nak. Ibu lihat perkembangannya luar biasa!""Ibu bertemu dengan Gilbert? Ibu bercerita tentang apa pada Gilbert?" tanya Erick."Ibu berbincang biasa saja, bahkan Ibu bertemu dengan Tiara, penyanyi di cafe suaranya bagus. Ibu kagum dengan anak itu."Mendengarnya, Erick hanya diam. Dia menatap ibunya. Sungguh, ibunya tidak tahu tentang perseteruan yang terjadi di cafe miliknya."Kamu tahu 'kan karyawanmu yang bernama Tiara?" tanya nyonya
"Ada masalah apa sih di cafe tempatmu bekerja?"Karena desakan dari Frida, akhirnya Tiara buka mulut, lalu menceritakan semua kejadian yang di alaminya di cafe, pembicaraannya dengan pak Gilbert sampai dengan fitnah yang di alaminya sehingga membuatnya dalam posisi sulit.Frida yang mendengarnya melongo, begitu rumit 'kah situasi di cafe d'Arts yang sebesar itu."Baik Tiara, kalau itu yang menjadi masalah kamu sekarang maka, jalan keluarnya adalah mencari tahu terlebih dulu siapa penebar fitnah ke kamu."Mendengar apa yang di katakan Frida membuat Tiara merasakan sedikit kelegaan dalam hatinya, sepertinya perkataan sahabatnya itu ada baiknya juga."Frida, bantu aku ya, cari tahu siapa mereka?""Iya, tenang saja, aku 'kan sahabat kamu, aku pasti bantu kok."Tiara dan Frida beralih ke sebuah diskotik, mereka urung kerumah Frida yang awalnya adalah rencana Tiara untuk mengulik informasi tentang Erick dan Gilbert dari mamanya Frida.
Setelah mendapatkan sedikit pembuka informasi tentang Gilbert, pencarian informasi selanjutnya Tiara dan Frida adalah Erick.Namun sebelum melanjutkan pencarian informasinya, kali ini Tiara harus menghadapi masalahnya di cafe, masalah isu atas dirinya yang menghasut rekan kerjanya melakukan demo kepada manajemen cafe."Frida, rencana kita tunda dulu ya, aku harus memberi jawaban dan pembuktian dulu kepada Erick dan Gilbert.""Jawaban apa, pembuktian apa?, Tiara!" memangnya kamu ada masalah apa di cafe?""Saya di tuduh menghasut karyawan-karyawan di cafe untuk melakukan demo menentang manajemen cafe.""Serius Ra?" tanya Frida seperti tidak percaya dengan apa yang di katakan Tiara."Iya, aku serius, tapi kamu jangan khawatir, aku enggak apa-apa 'kok, saya tidak bersalah, saya tidak melakukan itu semua, dan akan menjawab semua tuduhan itu."Tiara sudah beberapa hari tidak ke cafe bernyanyi di karenakan ia mendapatkan skors atas tuduhan itu, sambil men
"Frida besok aku mau ketemu sama pak Erik, jadi bagaimana 'nih dengan penyelidikan kita," tanya Tiara melalui pesan singkat kepada Frida."Mencari informasi terkait Erick saya rasa tidak perlu," jawab Frida tampak yakin"Lah kenapa?, Frida maksud kamu kita tidak butuh informasi tentang Erick?" tanya Tiara penasaran dengan Frida."Sekarang, kamu sampaikan kepada dia yang sebenarnya, dia orangnya baik 'kok, semalam Mama berbicara banyak tentang Erick.""Oh ya!?" Tiara nampak tertarik dengan apa yang diceritakan Frida."Kata Mama, Erick dan keluarganya tidak mungkin melakukan hal semacam itu, ingin mengambil alih kepemilikan cafe dengan sepihak, kalaupun ia melakukannya hal itu wajar saja, mengingat kepemilikannya atas cafe d'Arts sebanyak tujuh puluh persen.""Dan yang perlu kamu tahu keluarganya punya banyak perusahaan bukan hanya cafe itu, melepas kepemilikan cafe, tidak sedikitpun mengurangi harta keluarga mereka.""Jadi Frida?" tany
Suasana tegang masih menyelimuti wajah Tiara, namun tidak demikian dengan Erick ia membawanya terlihat santai saja. "Tiara kalau kamu tidak melakukan hal itu, jawabanmu nantinya tidak akan mempengaruhi posisi kamu di cafe, percaya sama aku," ucap Erick meyakinkan Tiara. Tiara masih terdiam menunduk, tidak berani menatap Erick di hadapannya, kemudian dengan sedikit terbata-bata ia memberikan jawabannya. "Bapak harus percaya dengan saya kalau saya tidak pernah melakukan itu, saya bekerja di cafe bernyanyi setelah itu saya langsung pulang kerumah, saya tidak ada waktu untuk hal semacam itu," jawab Tiara meyakinkan Erick. "Apakah jawaban kamu bisa saya percaya?" tanya Erick melirik ke arah Tiara dengan tatapan yang seperti meminta sebuah kejujuran. "Iya pak, saya sudah berkata jujur, dan tidak melakukan apa yang di tuduhkan." Erick tampak mengernyitkan keningnya ia mencoba berpikir dan menelaah atas apa yang dikatakan Tiara. "Tiara
Dalam perjalanan pulang Erick memikirkan bagaimana ia harus menyelamatkan posisi Tiara di cafe perasaannya ia tetap memilih Tiara yang bernyanyi di sana. Pembicaraannya dengan Gilbert di cafe tadi menunjukkan bahwa Gilbert ingin menyingkirkan Tiara dari cafe itu, dan ada hal yang menarik perhatiannya disana, mungkin saja Gilbert di balik semua masalah ini begitu yang ada di benak Erick Tanpa sadar mobilnya sudah memasuki kawasan rumah elit, di mana rumahnya berada, ia sudah janji kepada ibunya akan pulang malam ini. Setelah pulang dari luar negeri ia jarang berada di rumahnya apalagi saat menggantikan posisi ibunya di cafe, ia lebih memilih untuk tinggal di salah satu kamar di sebuah hotel milik mereka. "Maaf Bu, saya agak terlambat tadi saat pulang pak Gilbert mencegatku untuk berbicara sebentar," kata Erick sambil memeluk Nyonya Smith, ibunya. "Mungkin ada hal penting yang ingin ia bicarakan dengan mu, sampaikan salam ibu kepada Gilbert kala
Suasana menjadi hening, tak ada suara yang keluar dari mulut Tiara begitupun Dewi, kemudian Bu Ratri keluar dari dapur membawa sebuah minuman dan kue buatannya. Sambil meletakkan di meja "Kenapa semua pada diam, ayok di minum dan ini kue buatan ibu sendiri ayo di coba." Bu Ratri kembali ke belakang setelah menyuguhkan minuman dan kue-kue. "Maaf ya Tiara kalau mba sudah menyinggung perasaan kamu," ucap Dewi kemudian membuka percakapan mereka lagi. Tiara masih terdiam bingung, dari mana, siapa yang menyebar berita itu sampai Dewi pun mengetahuinya. "Tidak mba, ... mba tidak menyinggung perasaan saya sama sekali, saya hanya tak habis pikir ...." Tiara terdiam sebentar, seperti sedang sedang berpikir, lalu kemudian melanjutkan, "Tapi mba sampai tahu masalahku di cafe, mba tahu dari mana?, aku penasaran 'loh mba," tambah Tiara. Tanpa pikir panjang Dewi segera menceritakan, ia menyampaikan dari mana ia mengetahui masalah itu. Bahwa Gilbert pernah mengunjungi Erwin untuk bekerja sam
Jam sepuluh pagi terlihat karyawan yang mendapat shift pagi sudah terlihat sibuk, ada yang mengangkut sampah membersihkan kaca mengepel lantai dan pekerjaan di cafe lainnya. Ada situasi berbeda yang sungguh kontras dengan keadaan itu, di salah satu sudut ruangan di cafe seorang pria paruh baya tengah duduk bersandar di sebuah kursi empuk dengan secangkir coffelatte di mejanya. Ia sepertinya sedang berbicara dengan seseorang di telpon. "Hari ini kita bisa bertemu 'kan?, kamu sudah siapkan biduanmu yang akan kamu tempatkan di cafe ini?" ucapnya dengan teman bicaranya. "Saya selalu siap untuk anda pak!, dan mengenai biduan itu sudah saya atur jangan khawatir begitu di butuhkan mereka akan segera saya suruh ke cafe." "Baik tunggu aku di tempat biasa kita bertemu sekitar setengah jam lagi, dan jangan lupa siapkan satu biduanmu untukku."ucap laki-laki itu terkikih. "Hahaha siap pak, saya sungguh telah tahu apa yang bapak sukai." Gilb