Frida mengibas-ngibaskan sebuah majalah bekas di ruang tamu, ia gerah dengan hawa panas hari ini yang terasa membakar tubuh. "Tiara kamu di mana 'sih!, lama banget!" seru Frida yang mulai tak tenang. "Ayo aku sudah siap 'nih." "Iya kamu sudah siap dan kelihatan segar baru saja berdandan, ... aku hampir dehidrasi menunggu kamu di sini, besok kalau sudah jadi istri manajer kamu beli kipas angin ya!" Kata Frida mengomel. "Yuk ah, mengomel melulu." Kata Tiara sambil menarik lengan Frida. Hari ini Frida akan mentraktir Tiara makan di sebuah restoran yang baru di buka. "Kita makan di mana Frid?" "Di restoran baru buka 'gak jauh 'kok dari cafe jadi kita bisa hemat waktu yang lumayan di pakai untuk bersantai." Perasaan Tiara ada yang terasa kurang dengan makan siang hari ini tanpa kehadiran teman-temannya yang lain, "Kamu tidak mengajak yang lain?" "Ajak sih, tapi semua pada sibuk, tidak ada waktu kamu saja yang 'gak dan selalu ada untukku, ah so sweet." kata Frida. "Tapi sepertiny
Sore sudah menghampiri gelap, matahari sudah kembali keperaduannya ketika sebuah mobil sedan berwarna pink cerah melaju memasuki parkiran cafe d'Arts.Dengan sangat terburu-buru Tiara dan Frida keluar dari dalam mobil, sebentar lagi ia harus bekerja, setelah beberapa hari mendapat skors."Tiara aku duduk di sana ya!" ucap Frida menunjuk ke suatu meja di dalam cafe."Iya aku ganti pakaianku dulu."Setelah beberapa hari tidak bekerja suasana di dalam cafe terlihat berbeda dari sebelumnya, tampak beberapa wajah-wajah baru di sana."Kamu mau ke toilet?" Tanya seseorang karyawan melihat Tiara berdiri di depan sebuah kamar toilet."Iya mba." Jawab Tiara dengan tersenyum.Karyawan itu mempersilahkan Tiara untuk masuk lebih dulu, "Kalau begitu kamu duluan saja ke dalam."Ia menyuruh Tiara masuk ke toilet padahal dirinya lebih dulu berada di sana."Loh mba kan lebih dulu sebelum saya.""Gak apa-apa kok sepertinya kamu sedang buru-buru masuk saja," ucap wanita itu dengan sopan kepada Tiara."Te
Jam sepuluh pagi Gilbert sudah terlihat di ruangannya dengan secangkir kopi, kepulan asap rokok sudah memenuhi seisi ruangan. Gaya hidupnya yang hedon terkadang memaksanya melakukan tindakan-tindakan tak masuk akal. "Kamu di mana!?, cepat ke sini sekarang!" bentak Gilbert kepada Erwin melalui telepon. "Iya bos saya segera ke sana." Perang urat syaraf dua pemilik cafe tampaknya semakin tak terhindarkan, apa yang terlihat dari luar seakan semua baik-baik saja, sungguh kontras dengan kejadian yang sebenarnya, cafe d'Arts sedang dalam masalah. Erick sudah membersihkan beberapa orang karyawan cafe yang menjadi kaki tangan Gilbert namun sepertinya manusia Hedon itu tak kehilangan akal. Erwin seorang pimpinan organ tunggal dipilihnya sebagai kawan dalam rencananya. Dan hari ini Erwin bersama dua orang wanita cantik sudah terlihat berada di ruangannya. "Ini surat kontrak untuk kalian, tanda tangan!." Kata Gilbert dengan melempar sebuah map ke mejanya. Setelah mengambil berkas yang t
"Selamat sore mba, selamat datang di cafe M&M," Kata seorang pelayan sambil menyerahkan buku menu. Tiara dan Frida menuliskan beberapa makanan di dalam pesanan mereka. "Frid kok pesannya banyak banget!?" kata Tiara seraya melongo. "Kita 'kan jadinya banyak pilihan mana yang enak, kita coba dulu makanannya," jawab Frida tersenyum-senyum melihat Tiara yang sedang bingung melihatnya. "Eitss tunggu, ... !" "Apaan lagi sih Frid?" tanya Tiara semakin bingung dengan tingkah Frida. "Sekarang kamu telpon mba Maria dan bilang kalau kita sekarang ada di sini," kata Frida. "Kok aku?, ... kamu saja deh," Kata Tiara, matanya mengerjap. Frida segera mencari-cari ponselnya di dalam tas kemudian menelpon nomor kontak yang ada di kartu nama Maria. Beberapa kali Frida menelponnya namun tidak ada jawaban. "Kenapa Frid, 'gak di jawab?" tanya Tiara. "Iya tersambung sih tapi 'gak di jawab, mungkin mba Maria lagi sibuk." "Tuh makanannya sudah datang, kita makan aja dulu nanti kita telpon lagi," K
"Halo Tiara, ... apa kabar?" sapa Erwin melalui telepon."Kabar baik, ada apa bang?""Hahaha Tiara, santai saja saya hanya mau tahu kabar kamu sekarang, karena sebentar lagi kamu sepertinya harus mencari pekerjaan baru,""Maksud bang Erwin apa?" Kata Tiara yang menjadi geram dengan ucapan Erwin."Aku atasan kamu yang baru, kamu tahu kan maksudku?, tidak lama lagi kamu akan kupecat dari cafe," ucap Erwin seraya tertawa terbahak-bahak."Gila!, ... itu saja kan yang bang Erwin mau sampaikan, terima kasih!" Tiara menutup telepon."Hahaha, ...." Erwin tertawa terbahak-bahak merasa puas mendengar Tiara kesal.Sepertinya rencananya untuk memancing kemarahan Tiara berhasil, ia terus melakukan segala macam cara untuk membalas sakit hatinya terhadapnya.Di hotel merkuri pagi itu Erick terlihat menunggu seseorang, ia tampak sesekali melirik jam tangan merk Alexandre Christie di tangannya."Kamu kok lama banget sih, aku ada jadwal meeting jam sebelas hari ini, aku sudah sejaman tunggu kamu!" Seru
Tiara berjalan meninggalkan cafe dengan perasaan getir di hatinya, kesakitan yang dialaminya bukan perihal asmara namun kesakitan karna sebuah impian yang kembali terpatahkan dan itu tak kalah pedihnya dari sekedar perihal cinta. Desiran angin malam itu, sepertinya tak mampu membawa pergi kegetirannya, hanya awan yang terlihat gelap malam itu membawa rintik hujan seakan turut merasakan kesedihan Tiara. "Halo pak, ... Tiara baru saja pulang hatinya sakit harus menerima hal ini." "Baik aku akan susul dia," Kata Erick yang baru saja bertemu seorang rekan bisnisnya, kemudian bergegas keluar dari hotel dan menancapkan gas mobilnya. Beberapa kali Erick menghubungi ponsel milik tiara namun tak ada jawaban, menimbulkan rasa was-was dan cemas yang 'kian menyelimutinya. Ia tahu kalau Tiara saat ini mungkin kecewa dengannya tapi bagaimanapun ia harus menemuinya, dengan perasaan yang berkecamuk itu Erick semakin memacu laju mobilnya berharap bahwa ia bisa segera bertemu Tiara. Mobil yang dik
Tiara masih mengurung diri di dalam kamarnya hal yang menjadi kebiasaannya di lakukan ketika perasaannya sedang lara, ia mungkin masih terbawa perasaan sedihnya.[Hai Tiara cantik, bagaimana? kamu sudah tahu kan sekarang bagaimana jika berani untuk menolak keinginanku?][Lihatlah sekarang kamu sudah kubuat pergi dari cafe ini hehehe, ayolah Tiara jangan terlalu jual mahal seperti itu.]] sebuah pesan singkat dari Erwin.Tiara tak menghiraukannya ia tak mau lagi terbawa emosi dengan perkataan orang semacam itu yang hanya membuang-buang waktunya untuk berpikir jernih.Erwin dan Gilbert naik daun di cafe setelah tragedi kecelakaan yang Erick alami.Sebagai penggantinya sementara nyonya Smith mengandalkan Lucy di sana.Tiara terlihat resah tak mengerti apa yang ingin ia perbuat sekarang."Apa yang harus aku lakukan sekarang?, aku harus tetap mengejar impianku," Kata Taira dalam hatinya.Bu Ratri bahkan tak pernah berkomentar perihal yang dia alami sekarang, ia tahu Tiara bukan anak kecil l
Hari ini Tiara sudah terlihat cantik dan segar, pagi-pagi tadi setelah membereskan kamarnya ia berolah raga dan senam sedikit, memanfaatkan waktu senggangnya setelah menarik diri dari cafe d'Arts. [Tiara kamu 'gak tahu ya kalau Erick sedang di rawat rumah sakit dia kecelakaan, lukanya parah.] kata Maria terdengar melebih-lebihkan keadaan erick yang sebenarnya. [Aku sedang di rumah sakit sekarang menjenguknya.] "Hahh, ... ya tuhan!, pak Erick kecelakaan?" pesan dari Maria semalam baru dibacanya sekarang. Sekujur tubuhnya bergetar membaca pesan singkat dari Maria di ponselnya, mulutnya setengah terbuka, ia mendadak menjadi bingung bercampur risau dengan apa yang terjadi dengan Erick. "Apa yang menyebabkan ia kecelakaan?, bagaimana keadaan dia sekarang?" pertanyaan-pertanyaan itu menyeruak di benak Tiara, raut wajahnya menunjukkan rasa kekhawatiran. "Mengapa tak seorang pun yang mengabari aku tentang kejadian kecelakaan pak Erick, Lucy atau teman-teman yang lain di cafe?" Ia membat