Jam sepuluh pagi Gilbert sudah terlihat di ruangannya dengan secangkir kopi, kepulan asap rokok sudah memenuhi seisi ruangan. Gaya hidupnya yang hedon terkadang memaksanya melakukan tindakan-tindakan tak masuk akal. "Kamu di mana!?, cepat ke sini sekarang!" bentak Gilbert kepada Erwin melalui telepon. "Iya bos saya segera ke sana." Perang urat syaraf dua pemilik cafe tampaknya semakin tak terhindarkan, apa yang terlihat dari luar seakan semua baik-baik saja, sungguh kontras dengan kejadian yang sebenarnya, cafe d'Arts sedang dalam masalah. Erick sudah membersihkan beberapa orang karyawan cafe yang menjadi kaki tangan Gilbert namun sepertinya manusia Hedon itu tak kehilangan akal. Erwin seorang pimpinan organ tunggal dipilihnya sebagai kawan dalam rencananya. Dan hari ini Erwin bersama dua orang wanita cantik sudah terlihat berada di ruangannya. "Ini surat kontrak untuk kalian, tanda tangan!." Kata Gilbert dengan melempar sebuah map ke mejanya. Setelah mengambil berkas yang t
"Selamat sore mba, selamat datang di cafe M&M," Kata seorang pelayan sambil menyerahkan buku menu. Tiara dan Frida menuliskan beberapa makanan di dalam pesanan mereka. "Frid kok pesannya banyak banget!?" kata Tiara seraya melongo. "Kita 'kan jadinya banyak pilihan mana yang enak, kita coba dulu makanannya," jawab Frida tersenyum-senyum melihat Tiara yang sedang bingung melihatnya. "Eitss tunggu, ... !" "Apaan lagi sih Frid?" tanya Tiara semakin bingung dengan tingkah Frida. "Sekarang kamu telpon mba Maria dan bilang kalau kita sekarang ada di sini," kata Frida. "Kok aku?, ... kamu saja deh," Kata Tiara, matanya mengerjap. Frida segera mencari-cari ponselnya di dalam tas kemudian menelpon nomor kontak yang ada di kartu nama Maria. Beberapa kali Frida menelponnya namun tidak ada jawaban. "Kenapa Frid, 'gak di jawab?" tanya Tiara. "Iya tersambung sih tapi 'gak di jawab, mungkin mba Maria lagi sibuk." "Tuh makanannya sudah datang, kita makan aja dulu nanti kita telpon lagi," K
"Halo Tiara, ... apa kabar?" sapa Erwin melalui telepon."Kabar baik, ada apa bang?""Hahaha Tiara, santai saja saya hanya mau tahu kabar kamu sekarang, karena sebentar lagi kamu sepertinya harus mencari pekerjaan baru,""Maksud bang Erwin apa?" Kata Tiara yang menjadi geram dengan ucapan Erwin."Aku atasan kamu yang baru, kamu tahu kan maksudku?, tidak lama lagi kamu akan kupecat dari cafe," ucap Erwin seraya tertawa terbahak-bahak."Gila!, ... itu saja kan yang bang Erwin mau sampaikan, terima kasih!" Tiara menutup telepon."Hahaha, ...." Erwin tertawa terbahak-bahak merasa puas mendengar Tiara kesal.Sepertinya rencananya untuk memancing kemarahan Tiara berhasil, ia terus melakukan segala macam cara untuk membalas sakit hatinya terhadapnya.Di hotel merkuri pagi itu Erick terlihat menunggu seseorang, ia tampak sesekali melirik jam tangan merk Alexandre Christie di tangannya."Kamu kok lama banget sih, aku ada jadwal meeting jam sebelas hari ini, aku sudah sejaman tunggu kamu!" Seru
Tiara berjalan meninggalkan cafe dengan perasaan getir di hatinya, kesakitan yang dialaminya bukan perihal asmara namun kesakitan karna sebuah impian yang kembali terpatahkan dan itu tak kalah pedihnya dari sekedar perihal cinta. Desiran angin malam itu, sepertinya tak mampu membawa pergi kegetirannya, hanya awan yang terlihat gelap malam itu membawa rintik hujan seakan turut merasakan kesedihan Tiara. "Halo pak, ... Tiara baru saja pulang hatinya sakit harus menerima hal ini." "Baik aku akan susul dia," Kata Erick yang baru saja bertemu seorang rekan bisnisnya, kemudian bergegas keluar dari hotel dan menancapkan gas mobilnya. Beberapa kali Erick menghubungi ponsel milik tiara namun tak ada jawaban, menimbulkan rasa was-was dan cemas yang 'kian menyelimutinya. Ia tahu kalau Tiara saat ini mungkin kecewa dengannya tapi bagaimanapun ia harus menemuinya, dengan perasaan yang berkecamuk itu Erick semakin memacu laju mobilnya berharap bahwa ia bisa segera bertemu Tiara. Mobil yang dik
Tiara masih mengurung diri di dalam kamarnya hal yang menjadi kebiasaannya di lakukan ketika perasaannya sedang lara, ia mungkin masih terbawa perasaan sedihnya.[Hai Tiara cantik, bagaimana? kamu sudah tahu kan sekarang bagaimana jika berani untuk menolak keinginanku?][Lihatlah sekarang kamu sudah kubuat pergi dari cafe ini hehehe, ayolah Tiara jangan terlalu jual mahal seperti itu.]] sebuah pesan singkat dari Erwin.Tiara tak menghiraukannya ia tak mau lagi terbawa emosi dengan perkataan orang semacam itu yang hanya membuang-buang waktunya untuk berpikir jernih.Erwin dan Gilbert naik daun di cafe setelah tragedi kecelakaan yang Erick alami.Sebagai penggantinya sementara nyonya Smith mengandalkan Lucy di sana.Tiara terlihat resah tak mengerti apa yang ingin ia perbuat sekarang."Apa yang harus aku lakukan sekarang?, aku harus tetap mengejar impianku," Kata Taira dalam hatinya.Bu Ratri bahkan tak pernah berkomentar perihal yang dia alami sekarang, ia tahu Tiara bukan anak kecil l
Hari ini Tiara sudah terlihat cantik dan segar, pagi-pagi tadi setelah membereskan kamarnya ia berolah raga dan senam sedikit, memanfaatkan waktu senggangnya setelah menarik diri dari cafe d'Arts. [Tiara kamu 'gak tahu ya kalau Erick sedang di rawat rumah sakit dia kecelakaan, lukanya parah.] kata Maria terdengar melebih-lebihkan keadaan erick yang sebenarnya. [Aku sedang di rumah sakit sekarang menjenguknya.] "Hahh, ... ya tuhan!, pak Erick kecelakaan?" pesan dari Maria semalam baru dibacanya sekarang. Sekujur tubuhnya bergetar membaca pesan singkat dari Maria di ponselnya, mulutnya setengah terbuka, ia mendadak menjadi bingung bercampur risau dengan apa yang terjadi dengan Erick. "Apa yang menyebabkan ia kecelakaan?, bagaimana keadaan dia sekarang?" pertanyaan-pertanyaan itu menyeruak di benak Tiara, raut wajahnya menunjukkan rasa kekhawatiran. "Mengapa tak seorang pun yang mengabari aku tentang kejadian kecelakaan pak Erick, Lucy atau teman-teman yang lain di cafe?" Ia membat
"Bagaimana mungkin Tiara tahu kalau Maria adalah mantan kekasih pak Erwin, pikiran itu muncul di benak Lucy ketika berpisah dengan Tiara di depan rumah sakit. Menjadi susah rasanya membuat Tiara dan Erick menjadi dekat jika Tiara telah tahu banyak tentang Maria, apalagi Tiara sampai mempercayainya."Hahh kenapa sih aku di beri tugas sampai serumit ini, menjodohkan dua orang yang sama-sama tidak mengerti dengan perasaan mereka sendiri," Lucy mengomel sendiri dalam risaunya.Namun ada seseorang yang lebih risau di luar sana, sudah hampir setengah jam menunggui Frida, Tiara sudah merasa tak sabar jangankan datang pesan pun tak ada."Hei ayo, ...!" Tegur Frida yang tiba-tiba saja sudah di depannya ia datang dengan mengendarai sebuah motor.Tiara bangkit dari tempatnya menunggu, hampir saja ia kesal menunggunya lama, wajahnya sudah terlihat kusam karena teriknya matahari siang itu."Habis jenguk mas Erick kok mukamu jelek begitu ya, hehehe, ....""Aku di sini hampir kering menunggumu, ka
Kabar mundurnya Tiara dari cafe d'Arts sepertinya menjadi perbincangan hangat di antara karyawan. Apalagi mereka tahu kalau tempatnya telah di gantikan oleh dua biduan lainnya yang sekarang bernyanyi di sana. "Kalau bagi aku Tiara lebih memiliki daya tarik yang jauh lebih baik di banding mereka sekarang," Kata salah satu karyawan cafe. "Sejak dia bernyanyi di sini pengunjung semakin banyak datang ke cafe ini," Tambahnya lagi. Gilbert yang kebetulan melintas di sana menegur mereka yang tengah asyik mengobrol, "Hei, ... kalian ini apa-apaan!?, saya menggaji kalian di sini bukan untuk mengobrol, ... ayo sana kerja!" "Lucy!, ... mana si Lucy!?, dia tidak becus mengatur karyawan, sebaiknya orang-orang seperti mereka di pecat saja," Gilbert memberengut. Gilbert yang sedang naik pitam tak tahu kalau Lucy sedang menemui Tiara, Lucy sengaja mendatanginya untuk memanggilnya ke cafe, ia belum tahu kalau Tiara sudah bekerja di cafe milik Maria dan bermaksud menyampaikan pesan Erick bosnya.